Hubungan Antara Dampak Rokok dengan Berita Balita Memeluk Jenazah Ayahnya

Hubungan Antara Dampak Rokok dengan Berita Balita Memeluk Jenazah Ayahnya

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Masih ingat berita tentang balita yang memeluk jenazah ayahnya yang sudah tiga hari? Memang membuat miris. Pilu. Terharu. Sedih. Dalam tulisan ini, akan coba disandingkan dengan dampak rokok. Lho, apa hubungannya? Boleh langsung simak ya!

Dalam kejadian di Jember, Jawa Timur itu, terlihat setia sekali ada balita menangis dan terus memanggil ayahnya. Ketika ditemukan, petugas dalam perasaan yang susah untuk dilukiskan. Sebuah tanda kasih sayang anak perempuan dengan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya, yaitu: ayahnya.

Pekerja Bangunan

pekerja-bangunan
Menjadi Pekerja Bangunan Bagian Pipa Bisa Jadi Berbahaya

Dulu, ada lawak dari Eko Patrio di salah satu stasiun televisi, meskipun di stasiun memang selalu ada televisi bukan? Menurut politisi dan juga anggota DPR itu, “Gue tidur, eh, langsung dibangunan…” Maksudnya jelas, dibangunkan. Dulu saya tidak terlalu tertawa. Ikut tertawa karena penonton di studio sudah tertawa duluan. Kini, saya juga tidak tertawa, karena bukan pelawak lagi yang lucu, melainkan politisi. Cocok bukan?

Baca Juga: Listrik: Hidup Segan, Mati sudah Pasti!

Nah, ada sebuah kisah nyata yang ditulis oleh Tere Liye. Tentang seorang gadis juga, sebut saja namanya Susan, jelas artinya bukan Susah Santai. Si Susan ini, suka sekali ketika ayahnya pulang. Kerja ayahnya adalah tukang pipa di konstruksi bangunan. Ayahnya senang memeluk Susan, bermain dan berkumpul bersama. Namun, setelah dewasa, Susan terkena kanker ganas. Penyebabnya adalah asbestos.

Lho, kok bisa? Rupanya, ada partikel-partikel kecil yang menempel di baju ayahnya, lalu masuk ke hidung Susan. Tidak terlalu banyak memang, tetapi efeknya jauh bertahun-tahun kemudian. Kanker ganas yang tidak bisa disembuhkan dan berakhir dengan kematian Susan.

Bandingkan dengan Dampak Negatif Rokok

Asbestos partikel berbahaya, itu jelas. Rokok? Siapa yang bilang tidak berbahaya? Atau justru membuat berbahagia? Bagaimana dengan seorang ayah yang merokok terus-menerus dan tanpa sadar, menitipkan racun ke buah hatinya yang erat memeluknya, dari partikel-partikel di baju si perokok tersebut?

Bahkan ketika merokok, ada juga yang sambil memeluk balitanya. Mencium anaknya sambil masih mengepulkan asap rokok. Mungkin bagi si ayah, dia mendapatkan manfaat rokok. Ya, manfaat rokok itu di antaranya membantunya berpikir, segar dan juga karena berada di komunitas para perokok.

Apapun jenis rokok, anak kecil jelas tidak tahu efek dari rokok tersebut. Hal yang dia tahu adalah bahwa ayahnya sudah pulang, membawa makanan, mainan atau apapun. Rasa rindu seharian tidak bertemu ayah karena bekerja di luar rumah, dilampiaskan sang anak dengan memanggil mesra, tersenyum, tertawa dan menceritakan kegiatan si anak tadi di rumah maupun di sekolah semampunya.

Baca Juga: 7 Kiat Meningkatkan Pengembangan Diri Secara Luar Biasa

Namun, bagi ayah yang perokok, apakah tahu yang begitu? Ketika di rumah, yang seharusnya menyayangi keluarganya, tetapi malah menjadikannya perokok pasif. Apa dijadikan perokok aktif semua? Bukankah sebagaimana ilmu motivasi itu, kalau pasif tidak termasuk bagus.

Kembali ke berita di atas tadi, itu sudah menjadi bukti bahwa seorang anak kecil atau balita memang mencintai ayahnya setengah mati. Mana tahu balita itu tentang kandungan rokok? Mana paham juga dia tentang komposisi rokok? Terlebih untuk mengenal dampak negatif rokok. Yang dia tahu bahwa cinta kepada ayahnya takkan pudar. Itu nyata.

Titip Salam

Ketika kita merasa jauh dengan orang yang kita sayangi, maka biasanya kita akan menitipkan salam. Tentu berupa salam sayang, rindu, kangen dan ingin ketemu lagi. Tiga pengertian terakhir sama saja ya? Dalam keluarga pun begitu. Ayah menitipkan salam untuk anak lewat ibunya. Atau suami kepada istrinya dengan perantaraan stasiun radio.

Namun, ada sesuatu yang dititipkan seorang ayah kepada si anak. Ini titipan yang cukup mengerikan. Apa itu? Ya, apalagi sesuai dengan bahasan dalam tulisan ini adalah menitipkan racun mematikan dan terbungkus dalam dampak rokok yang negatif. Balita yang sedang dicium oleh ayah perokok tidak pernah protes. Bahwa dia sudah dititipkan racun, diserapnya dan akan mematikan besok-besok.

Lampu Merah Karena Darah

lampu-merah
Lampu Merah Tanda Berhenti, Kalau Mau Sih…

Sampai di sini, apa kesimpulannya? Berhenti merokok atau terus? Mau terus membiarkan anggota keluarga kita menjadi perokok pasif dan terus terkena dampak rokok? Kalau toh ada manfaat rokok, yang menerima manfaat itu siapa?

Berhentilah, Kawan, bagi kamu yang masih merokok. Apalagi sudah memiliki buah hati dan istri yang cantik sekali. Berhentilah egois, sadarlah bahwa komposisi rokok itu tidak ada yang bagus sama sekali. Bila ingin tetap merokok, maka janganlah berada di dekat mereka. Jangan di sekitar orang lain yang seharusnya kamu sayangi!

Jika berada di persimpangan jalan, maka kita akan berhenti ketika ada lampu merah. Namun, bisa juga merahnya itu karena darah. Dari darah daging kita, maka itu semestinya yang menjadikan munculnya lampu merah. Berhentilah merokok demi mereka!

Buktikan bahwa kita memang menyayangi anak-anak kita. Ketika kamu memilih untuk menyayangi rokok dengan terus menghisapnya, maka suatu saat, rokok akan membuktikan bahwa sayang dan cintamu itu palsu!

Janganlah sampai, kamu yang nantinya jadi berita selanjutnya. Ketika ayahnya meninggal, masih ada anak balita yang memeluknya. Nyawa sudah padam, sementara rokok jenazah masih terus menyala. Hiii…

Baca Juga: Bayar Sekarang Atau Nanti?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

5 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.