Sosok Ibu yang Selalu Ada dalam Qolbu

Sosok Ibu yang Selalu Ada dalam Qolbu

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Biasanya, kalau menyangkut Hari Ibu pada tanggal 22 Desember ini, saya teringat sebuah dalil yang salah penempatannya.

Dalil itu adalah sebuah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Tentang seorang yang bertanya, yang manakah harus berbakti? Jawaban nabi kita yang mulia tersebut adalah ibu, ibu, ibu, baru ayah. Pada posisi itu, ibu menempati tiga kali lebih banyak daripada ayah.

Namun, pemikir poligami, seperti saya dulu, hem, sampai sekarang sih, bisa mengartikan hadits tersebut menjadi tiga ibu yang berbeda. Kamu harus berbakti kepada ibu yang satu, satunya yang lain, dan satunya yang lain lagi. Berarti ayah punya tiga orang istri. Kalau seperti itu, bagaimana menurutmu sendiri? Hehe…

Memang Tiga Kali Lebih Berbakti

hari-ibu-1

Mengapa untuk ibu berbaktinya tiga kali lebih besar daripada ayah? Ada beberapa jawabannya. Menurut Ibnu Battal rahimahullah yang dikutip oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah, yang pertama, ibu itu mengalami tiga hal yang tidak akan dialami oleh para ayah. Pertama adalah hamil, kedua melahirkan, dan yang ketiga adalah menyusui. Coba. mana ada sih ayah yang bisa hamil, melahirkan, dan menyusui?

Tiga hal itu pastilah sangat berat bagi seorang ibu. Mulai dari awal hamil saja, sudah merasakan sakit. Ketika mengidam, dia merasa tidak nyaman. Malam-malam ingin dibelikan es kelapa muda. Pas suaminya membelikan, ada juga ya yang buka tengah malam, jangan-jangan? Ya, pas suaminya membelikan, eh, ternyata es tersebut tidak mau dimakan. Lho, es kelapa muda itu harus dimakan atau diminum sih?

Kalau mengidam seperti itu masih mending. Yang parah adalah si ibu sudah bosan lihat wajah suaminya. Sudah muak dan ingin muntah rasanya lihat suami yang kumisnya ke sana kemari itu. Nah, kalau sudah begitu, bagaimana coba? Masa suaminya harus pakai topeng monyet-monyetan yang dijual di pasar malam itu? Nanti malah tambah cakep lagi.

Sebenarnya, mengidam itu adalah perasaan yang muncul dan bisa dilawan kok. Dilawan saja perasaan itu agar nanti hilang dengan sendirinya. Soalnya bikin repot suaminya. Tiba-tiba istrinya mengidam harus dibawa jalan-jalan ke Swiss. Waduh, kejauhan! Solusinya ya dibawa jalan-jalan ke Hotel Swissbell saja. Itupun hanya lewat di parkiran. Yang penting ‘kan ada aroma-aroma Swissnya, ya toh?

Itu tadi awal hamil. Makin meningkat kehamilan, makin berat perutnya. Bayangkan membawa beban sekitar tiga kilogram tiap saat, selama beberapa bulan. Suaminya coba membawa kelapa muda di perutnya, diikat, dan dibawa setiap hari. Pasti disangka penjual es kelapa muda ‘kan? Tidak usah juga bawa kelapa muda sih, ‘kan perutnya sudah melebihi kelapa lima buah toh. Walah.

Paling sakit bagi seorang istri adalah melahirkan. Ini fase antara hidup dan mati. Masih ada ibu yang melahirkan, akhirnya meninggal dunia dan Insya Allah terhitung syahid itu. Memang sangat berat, katanya sih seperti tulang-tulang patah sekaligus. Entah apa rasanya, tetapi ada juga seorang ibu yang sampai rela goyang patah-patah demi mendapatkan rupiah. Duh, siapa itu ya?

Setelah melahirkan, barulah menyusui. Ini juga fase yang tidak mudah, karena menyusui bisa sewaktu-waktu. Bisa pagi, siang, sore, malam, maupun tengah malam. Kan tidak mungkin bayi lihat jam dulu baru menyusu? Dia bisa bangun sembarang waktu, menangis, dan minta susu dari ibunya.

Itulah makanya, seorang ibu adalah sosok yang sangat mulia di hadapan Allah. Seorang ibu bisa menjadi jalan surga khusus bagi anak-anaknya. Seorang ibu juga menjadi surga khusus bagi suaminya. Kalau yang ini, diserahkan ke masing-masing pasangan suami istri ya..

Itu dari segi tiga fase yang dihadapi seorang ibu dan tidak sama sekali pada ayah. Lalu, jawaban kedua apa? Mengapa ibu bisa bernilai tiga kali lebih banyak daripada ayah? Jawabannya, karena anak-anak lebih berani kepada ibu daripada ayah. Jika kepada ibu, mereka berani membentak, berbicara dengan suara keras, memarahi, bahkan memukul. Saat itu, ibu hanya bisa diam, bahkan sampai menangis.

Namun, bandingkan dengan ayah atau bapak. Dibentak anaknya, ayah kemungkinan besar langsung membalas, apalagi jika wataknya memang pemarah. Anaknya bisa digampar. Ini bukan lagu lho, gampar-gampar pisang. Tapi memang sosok ayah lebih perkasa dan kuat daripada ibu. Makanya, anak-anak lebih banyak takut kepada ayahnya.

Sosok ibu sebagai seorang perempuan yang dekat dengan kelemahan, maka justru itu menjadi kekuatannya. Lemahnya seorang ibu jangan dianggap remeh, sebab jika hatinya tersakiti, maka doanya langsung makbul. Langsung mustajab dan dikabulkan oleh Allah.

Doa Ibu

hari-ibu-2

Pakai subjudul dulu ya! Biar tidak capek bacanya. Oh, ya, kalau capek bacanya, silakan dibaca dari awal lagi. Pasti sampai sini, lebih capek lagi deh!

Saya pernah baca ada dua buah cerita tentang doa ibu ini. Dua ibu ini sedang marah kepada anaknya. Namun, beda doanya. Yang satu saking marahnya, mendoakan semoga anaknya tertimpa bangunan. Saat itu, sang anak masih kecil dan tentu saja belum terjadi. Seiring waktu, ibu itu mulai lupa dengan doanya sendiri.

Barulah saat anaknya sudah dewasa, dia bekerja di bidang konstruksi bangunan. Kan ibunya memang tidak tahu, karena sudah lupa dengan doanya itu tadi. Ketika anaknya ke belakang bangunan, entah untuk urusan apa, tiba-tiba dia tertimpa reruntuhan bangunan itu. Saat ibunya mengetahui, ternyata dia teringat dengan doanya berpuluh tahun lalu. Rupanya, betul-betul dikabulkan Allah.

Doa yang kedua, cerita dari imam besar Masjidil Haram, Syekh Sudais. Waktu kecil, beliau main pasir dan menaburkannya di hidangan yang telah dibuat oleh ibunya. Ketika itu, mau ada tamu, makanya sang ibu menyuguhkan makanan. Tentu saja sang ibu marah, tetapi tidak berkata atau berdoa yang jelek. Beliau mengatakan, “Pergilah sana jadi imam Masjidil Haram!” Kira-kira begitu doanya.

Doanya terkabul, Masya Allah. Anak tersebut betul-betul menjadi imam besar Masjidil Haram dan terkenal sampai sekarang. Itulah cerita dari dua doa ibu yang berbeda. Yang sama adalah kedua ibu itu marah, tetapi yang keluar dari lisannya bagaikan langit dan bumi.

Menyikapi Hari Ibu

hari-ibu-3

Pada tanggal ini, teman-teman saya di kantor di Bombana sana melakukan upacara bendera memperingati Hari Ibu. Saya tidak ikut upacara karena sedang berada di Kendari dalam rangka perjalanan dinas. Meskipun saya tidak ikut upacara, semoga para ibu Indonesia memaafkan saya ya!

Tentang Hari Ibu ini, mirip-mirip dengan Hari Kartini. Soalnya, keduanya menyangkut ibu juga. Dua hari yang diperingati sebagai hari nasional. Kalau Hari Ibu ada upacara, sementara Hari Kartini biasanya banyak yang pakai kebaya. Pakai sanggul di rambutnya. Dulu pernah ada pelawak Jogja yang menyebutkan kalau ada ibu yang pakai sanggulnya ban vespa. Tentunya ini mengada-ngada, tetapi kalau ada ibu yang mau mencoba, dipersilakan juga.

Hari Ibu tanggal 22 Desember memang hanya satu hari. Namun, sejatinya, ibu itu hadir setiap hari. Menemani dan melayani anak-anaknya, baik itu masih kecil maupun mulai beranjak dewasa. Seorang ibu bisa mengatur anak-anaknya berapapun banyaknya. Namun, anak-anaknya belum tentu bisa mengurus ibu walaupun ibu tersebut seorang diri.

Betapa banyak anak yang menyerahkan ibunya ke panti jompo. Saya pernah menonton sebuah video seorang ibu yang menangis karena ditempatkan di panti tersebut dan bukan diasuh oleh anak-anaknya. Apalagi anak-anaknya tidak pernah menengoknya. Mereka lupa bahwa sejak kecil, bahkan belum lahir, sudah dalam pengasuhan ibunya tercinta. Begitu sudah besar, kok lupa sama sekali sih? Memangnya minum Panadol berapa kilogram kah? Kan kalimat iklan Panadol itu, Sudah Lupa Tuh!

Saya mengucapkan Selamat Hari Ibu kepada seluruh ibu di Indonesia, baik ibu itu masih muda, punya anak sedikit maupun banyak, dan tidak luput ibu yang menjadi janda, baik yang masih cantik, maupun yang cantik juga, tetapi sudah lewat jauh cantiknya.

Kaum ibu memang kaum yang unik. Dan, begitulah Allah menciptakan. Sosoknya yang cerewet atau banyak omong memang cocok, karena dia punya dua bibir. Tidak perlu dijelaskan di sini, apa dua bibir itu?

Ibu yang lebih mendahulukan perasaan daripada logika. Untungnya, hak cerai itu ada pada suami, bukan pada istri. Soalnya kalau istri marah, dia bisa sering minta cerai. Menurut Ustadz Khalid Basalamah, jika ada ibu atau istri marah-marah kepada suaminya, dibiarkan saja. Bahkan, anggap saja radio rusak. Mungkin ibu tersebut ingin mengeluarkan segala unek-uneknya setelah seharian menjaga anak.

Bagi para suami, semoga bertahan dengan istrinya di rumah. Rumah tangga itu memang tidak berjalan satu atau dua hari, tetapi jauh ke depan. Dimulai dari akad nikah dan berakhir nanti ketika kaki sudah menginjak surga. Artinya, ibadah pernikahan ini adalah yang terlama dalam hidup manusia.

Seorang ibu meskipun dimarahi oleh anak-anaknya, terutama yang laki-laki, tetapi yakinlah, dalam hati anak-anak tersebut, ibunya menduduki tempat yang sangat spesial. Seorang anak laki-laki dalam hati kecilnya selalu punya rasa sayang, cinta, dan rindu kepada ibunya. Apalagi jika anak tersebut saleh, maka doanya akan terus mengalir tanpa putus-putusnya, meskipun sang ibu sudah putus nyawanya.

Sedangkan bagi para ayah, istrinya juga punya tempat yang sangat spesial di hatinya. Apalagi jika istrinya suka dengan martabak. Sebelum suaminya pulang, istrinya minta dibelikan martabak spesial. Kalau sering dibelikan atau tiap malam dibelikan, mungkin lebih bagus suaminya membeli tukang martabak plus gerobaknya. Taruh di depan rumah, maka saat itulah yang spesial. Tapi kok spesial terus, yang super sama istimewa tidak dipesan? Yang jumbo juga? Lebih bikin kenyang lho!

Dan, seperti yang saya tulis dalam judul, sosok ibu itu memang selalu ada dalam qolbu. Untuk penulisannya, yang benar adalah qolbu. Soalnya, kalau ditulis qalbu, apalagi kalbu, maka artinya dalam Bahasa Arab adalah anjing. Saya pernah punya teman dengan nama belakang Kalbuayu. Nah, seorang teman saya yang laki-laki mengartikan nama itu bahwa yang punya nama sosoknya galak, tetapi ayu juga. Hem, ada juga!

kamis-menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

6 Comments

  1. Benar, selalu ada ruang dlm qolbu untuk ibu, wlpn sudah menjadi ibu. Semoga aku sbg ibu selalu ada dalam qolbu anak-anakku..

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.