Pantun Bale 14 Juni 2022: Guru yang Menulis

Pantun Bale 14 Juni 2022: Guru yang Menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pada dasarnya, membaca dan menulis itu adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid Sekolah Dasar. Meskipun itu kemampuan dasar, tetapi banyak yang belum sadar. Bahkan menganggapnya sulit. Dasar!

Menulis itu sebetulnya bukanlah bakat. Sebab, kalau itu dianggap bakat, nanti banyak orang yang beralasan tidak bisa menulis. Tidak merasa punya bakat. Padahal, setiap hari dia menulis. Entah itu menulis status, chat, komentar, maupun kata-kata yang tidak jelas, meskipun wajahnya ya, tidak jelas juga.

Menulis itu bisa dilatih. Betapa banyak orang yang tadinya merasa tidak berbakat, setelah tidak berlatih, eh, tidak bisa juga! Bandingkan dengan mereka yang terus belajar dan berlatih menulis, lama-lama akan bisa juga bukan? Selalu ada kesempatan yang terbuka bagi orang yang mau belajar. Bisa karena biasa. Bisa keluar karena sudah merasa luar biasa.

Belajar dari Blog Orang Lain

Pada edisi kali ini, namanya Pantun Bale. Tanggalnya Selasa, harinya 14 Juni 2022. Saya kembali akan mencoba mengulas tulisan dari para guru yang sudah tampil listnya di Senin Blogwalking, grup Whatsapp Lagerunal.

Mengulas di sini bukan berarti karena saya jago, bukan. Apalagi karena saya ayam jago, oh, lebih bukan lagi. Hanya ingin sekadar berbagi. Sharing. Membaca karya orang lain, mengomentari, dan tulisan ini pun bisa dikomentari, tetapi tidak usah pakai menari. Memangnya ini KKN di Desa Penari?

Baiklah, kita mulai saja dari list yang pertama ya! Soalnya kalau mulai dari list yang keseribu, jelas tidak ada!

Proses untuk Bisa Menulis

Link yang pertama adalah: https://satuguru.id/inspirasi/guru-menulis/lomba-karya-tulis-satuguru/perjalanan-diksiku/

Mempunyai alamat dengan domain satuguru, padahal yang menulis banyak lho! Kok cuma satu guru? Hehe..

Penulisnya adalah Mohamad Bajuri S.Ag.,M.Pd. Beliau mencantumkan link tulisannya, bukan di blog pribadinya. Ketika membaca blog tersebut, rasanya tulisannya terlalu kecil. Kalau dibaca dari jarak 10 meter, susah sekali dibaca. Mungkin ini dari format websitenya kali ya?

Pak Bajuri melakukan perjalanan yang cukup panjang demi mengasah kemampuan menulisnya. Tuntutan naik pangkat dari III/d keatas, haruslah dengan karya ilmiah. Awalnya beliau merasa khawatir saat akan membuat karya ilmiah. Apalagi mendengar kata “ilmiah” itu tentunya ada syarat-syarat khususnya. Tidak boleh dibuat sembarangan.

Karya ilmiah sudah pakem. Sudah ada aturan tertulisnya. Kalau saya sendiri tidak khawatir dengan karya ilmiah, sebab saya memang belum membuatnya. Jadi, saya tidak khawatir, hehe…

Untuk melatih penulisan karya ilmiah, Pak Bajuri melakukan terapi, wuih, terapi. Maksudnya latihan sedikit demi sedikit. Beliau menjadi anggota Candu Aksara, sebuah grup menulis puisi. Kalau saya sendiri, lebih kearah Candu Asmara. Hey, bukankah itu lagu dangdut zaman dulu ya?

Tidak hanya itu, ikut juga lomba cipta puisi, membuat antologi, mengikuti grup Lagerunal, menjadi anggota AISEI, mengikuti lomba blog, dan tentu saja, tidak tertinggal adalah aktif menulis di blog. Kata Om Jay, menulislah tiap hari, dan lihatlah apa yang terjadi? Saya sendiri juga belum bisa menulis di blog ini setiap hari. Namun, kalau setiap tahun, Insya Allah pasti ada tulisan yang baru, lah.

Usaha dari Pak Bajuri memang patut untuk ditiru. Dari tulisan beliau, terlihat bahwa beliau adalah orang yang serius belajar. Serius ingin belajar menulis. Terbukti dengan belajar bersama orang lain. Meskipun secara digital atau tidak bertemu langsung, itu bukan masalah. Jaman now sudah sering belajar lewat online. Asal ada internet, yang tentu saja tidak boleh lelet. Boleh juga ditambah Intermie, yang rasanya masih kalah dibandingkan Indomie.

Lanjut ke tulisan kedua! Mana linknya? Sebentar, subjudul dulu, lah..

Empat Posisi Anak

Link kali ini dari seorang ibu, yaitu: https://81-atik.blogspot.com/2022/06/qurota-ayun.html

Secara apik, beliau menuliskan tentang empat posisi yang bisa dialami oleh anak-anak kita. Eh, anak kita? Anak masing-masing dong.

Pertama, anak bisa sebagai perhiasan hidup, Kedua, jadi cobaan hidup. Hah, cobaan hidup? Ketiga adalah sebagai musuh. Waduh, mengerikan! Dan, yang keempat adalah qurrota a’yun. Nah, yang terakhir ini sudah terdengar adem, deh, tanpa harus minum Adem Sari.

Sebuah pernikahan memang punya tujuan untuk memiliki anak. Akan tetapi bin namun, tidak setiap orang yang sudah menikah itu punya anak. Betapa banyak sudah bertahun-tahun mengharapkan, belum dikasih juga. Bahkan, sampai meninggal juga masih belum ada. Mengapa Allah tidak memberikan mereka anak?

Jawabannya tentu tergantung Allah. Namun, setiap ketentuan Allah itu pasti baik. Tidak pernah jelek. Pemikiran manusia saja yang sering menjurus ke sana. Orang tua tidak punya anak belum tentu hal yang buruk. Asal sudah berusaha, tetapi belum dikasih, mau apa juga? Yang seperti itu jangan dibully, lebih baik ajak wisata ke Pulau Bali. Eh, tidak nyambung ya?

Dalam kasus-kasus yang ada sekarang, cukup mengerikan. Ada anak yang membunuh orang tuanya, menggorok leher ayah atau ibunya, mencuri uang mereka, bahkan membakar rumah orang tuanya karena tidak dibelikan sesuatu. Menurut Bu Atik, yang seperti itu anak akan menjadi musuh. Siapa lagi kalau bukan musuh orang tuanya? Dan, tentu saja nantinya akan jadi musuh Allah. Ini yang lebih mengerikan.

Padahal, setiap anak pasti dipelihara dengan baik oleh orang tuanya. Sewajarnya sih seperti itu. Sejak hamil sudah dirawat, melahirkan, dibesarkan, diberi makan dan minum, pakaian, dan semuanya. Seandainya orang tuanya harus memilih, dia lebih baik mati daripada anaknya yang mati. Nah, sungguh pengorbanan yang luar biasa bukan?

Lalu, kok ada anak yang durhaka? Ada anak yang kurang ajar terhadap orang tuanya? Tidak hanya kurang ajar, bahkan lebih ajar. Tidak hanya kurang. Yang seperti itu banyak faktor penyebabnya.

Yang jelas, anak bisa jadi baik atau buruk itu tergantung orang tuanya juga kok. Bukankah anak itu adalah peniru yang sangat hebat? Jika orang tuanya rajin sholat berjamaah di masjid, maka Insya Allah anaknya akan ikut. Begitu pula sebaliknya, bila orang tuanya sering mabuk, anak juga bisa mengikuti. Apalagi kalau mabuknya naik mobil angkutan umum antarprovinsi, wuih, jika tidak ada kantong plastik, hasilnya akan mengerikan!

Janganlah berbangga kalau punya anak, sebab monyet pun punya anak! Berbangga jika anak kita jadi saleh dan salehah. Bukan anak yang salah dan salahah. Halah.

Buku Kita Memang Menarik?

Sebuah buku tentunya ada kekurangan dan kelebihan. Kekurangan kalau kurang uangnya pas mau bayar di kasir, dan kelebihan kalau ternyata lebih dari beratnya sehingga menambah ongkos kirim.

Melalui tulisan resensi buku, kita bisa belajar dari link: https://naniku2020.blogspot.com/2022/06/apa-yang-menarik-dari-buku-kita.html

Pemilik blog, yaitu: Bu Nani, membagikan kesannya membaca buku dengan judul “Obat Malas Dosis Tinggi”. Beliau mencermati tentang gaya bahasa di buku tersebut, tercantum pengalaman orang lain, dan dibumbui pesan-pesan penulis. Namun, untuk membaca buku tersebut, tidak perlu dicampur dengan bumbu dapur. Buku bukan untuk dimakan ya.

Kalau membaca tulisan Bu Nani tentang resensi buku, kiranya setiap kita membeli atau membaca buku, membuat resensi itu hal yang sangat bagus. Kita bisa merangkum buku, tetapi dengan skala yang lebih luas. Jika baca buku, kemudian selesai, tanpa ditulis yang baru saja kita baca, rasanya masih kurang lengkap. Apalagi kita sudah membeli buku tersebut. Pakai utang di warung Mang Asep lagi. Bayarnya sepuluh tahun kemudian, pakai dicicil. Walah, memangnya buku itu harganya berapa sih?

Bagi saya, menulis resensi buku memang menarik. Meskipun saya belum bisa menulis yang seperti itu, tetapi paling tidak, ada niat untuk membuat yang sama, bahkan kalau bisa, lebih baik lagi. Insya Allah.

Tidak Hanya Sekadar Curhat

Bagi orang yang sudah negatif duluan, curhat itu bisa diartikan hancur hatiku. Sementara bagi yang masih positif, curhat ya berarti curahan hati. Itu dari orang yang negatif dan positif, sementara orang yang netral saya tidak tahu. Ini kok seperti bahas baterai ya, ada positif dan negatif?

Link pada kesempatan ini adalah: https://satuguru.id/inspirasi/guru-menulis/lomba-karya-tulis-satuguru/menulis-itu-mengasyikkan-dari-sekedar-curhatan-kini-menjadi-cuan/

Ditulis oleh seorang senior guru yang berkali-kali memenangkan lomba blog. Beliau adalah Pak Wahid Priyono, S.Pd. Ketika membuka link tersebut, saya menemukan wawasan baru, bahwa menulis blog itu jika ditekuni dengan serius, bisa menghasilkan uang juga lho! Istilahnya di situ adalah cuan, sementara kalau Ancu itu nama teman saya.

Ada berbagai cara agar bisa menghasilkan uang dari blog. Kalau cara saya sih, bisa juga dengan jual laptop yang sering dipakai menulis blog. Maka itu dapat dianggap mendapatkan uang dari blog. Eh, benar apa tidak ya?

Pak Wahid Priyono mengajarkan melalui content placement, kerjasama dengan sponsor, bikin toko online, sampai dengan ikut lomba blog. Semuanya bisa dilakukan, yang penting kemampuan kita memang mampu.

Namun, jika blog bisa menghasilkan uang atau pendapatan yang lumayan, perlu diperkuat traffiknya dulu. Artinya pengunjungnya ada atau tidak? Banyak atau tidak? Blog yang ramai dikunjungi orang, akan lebih menarik perhatian sponsor ikut memasang iklan di situ. Jadi, sekali lagi diperkuat traffiknya dulu. Namun, jangan sampai demi menambah traffik, akhirnya menulis blog di traffic light. Itu jelas mengganggu pengendara dan termasuk blogger yang nggak bener.

Menyembuhkan Diare

Link blog pada list kelima adalah: https://suyatibinyo.blogspot.com/2022/06/hari-ke-3-ramuan-untuk-diare.html

Membahas penyakit diare dengan obatnya yang tradisional. Penyakit diare ini memang sangat menyiksa dan membuat sakit. Perut terasa mulas, bolak-balik ke WC alias kamar mandi, akhirnya membuat aktivitas jadi terganggu. Pernah mengalami seperti itu? Selayaknya selama kita hidup pernah mengalami. Ada yang lima kali, sepuluh, dua puluh, silakan tambahkan sendiri ya!

Sebenarnya, Indonesia ini memang kaya dengan obat-obatan alami dan tradisional. Begitu kaya alam kita ini, tetapi masih banyak yang belum paham. Saat sakit, eh, langsung ke dokter. Tidak ada dokter umum, larinya ke dokter hewan. Hey, salah dokter!

Padahal, seandainya di sekitar rumah kita ditanami oleh berbagai tanaman obat, maka itu akan sangat membantu. Seperti yang dilakukan oleh teman kantor saya. Malah, ketika ada keluarga saya yang sakit, minta tanaman obat ke dia. Jika sudah menanam seperti itu, tidak perlu sampai mengeluarkan uang pergi periksa ke dokter. Tidak perlu antri untuk periksa dokter juga. Mau tahu caranya agar tidak antri saat ke dokter? Caranya mudah, jadilah dokter itu sendiri!

Beda dari yang Kemarin

Pada tulisan kali ini, saya tidak sempat untuk mempantunbalekan semua tulisan. Sebab, karena keterbatasan waktu, sehingga untuk menjelajah semua blog, mungkin di lain kesempatan.

Namun, yang jelas, setiap tulisan dalam list Blogwalking hari Senin kemarin tentu memiliki ciri khas tersendiri. Asal rajin menulis, maka ciri khas itu akan terbentuk dengan sendirinya kok. Tidak perlu kita mengekor tulisan orang lain. Dan, orang lain juga tidak perlu mengekor tulisan kita. Nanti kalau sama-sama mengekor, yang mana lebih panjang ya?

pantun-bale

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

15 Comments

  1. Membaca tulisan pak Rizky di atas sangat inspiratif. Menulis memang harus jadi pembiasaan. Apalagi kita guru harus mampu berliterasi, sebab jadi contoh untuk rekan sejawat, siswa bahkan masyarakat di sekitarnya.

  2. Pantun bale kali ini lebih serius menanggapi, tapi tidak mengurangi rasa menghibur, termkasih pak atas bacaannya .

  3. Ulasan keren.
    saya yang tiidak membaca di list senin BW, bisa mendapatkan informasi yang sama dari tulisan Pak Rizky’
    Sehat selalu Pak Rizky

  4. Menulis memang perlu latihan, semakin berlatih semakin bisa dan dirasa mudah, cukup sesuai kemampuan kita ya pak

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.