Sekarang, namanya belanja online memang terasa sangat menyenangkan. Ada berjuta-juta produk yang dijual di marketplace, tinggal klik, transfer atau COD, barang pun datang ke rumah.
Beberapa pekan lalu saya ke Jakarta. Ada sebuah perjalanan dinas yang harus saya lakukan bersama seorang atasan saya. Menginap di dekat Pasar Tanah Abang. Luar biasa memang suasananya. Maksudnya, rame banget. Untuk menyeberang jalan saja, agak susah karena itu tadi, banyak kendaraan. Kecuali kamu bisa terbang, maka akan sangat mudah untuk menyeberang jalan.
Selain macet, hal yang saya rasakan juga adalah panas. Iya, namanya siang hari, pastilah panas. Apalagi belum turun hujan, cuaca terasa semakin hot, lebih hot daripada artis-artis Korea dan Jepang itu, eh, ini hot apaan? Padahal, waktu itu saya tidak sedang mau berbelanja pakaian. Cuma mau makan bersama teman sekamar. Laki-laki, lah. Akhirnya, kami berdua makan ketoprak. Makanan seperti gado-gado, tetapi lebih enak, apalagi teman saya yang bayari.
Saya bayangkan, seperti itulah suasana ketika mau berbelanja. Padahal, misalnya mau beli pakaian, sudah dihadapkan dengan berbagai kesusahan, keruwetan, dan tetek bengek lainnya. Belum biaya parkir atau malah resiko kecopetan. Yang namanya pasar, pastilah ada copet. Dan, itu bisa tidak terduga kita bertemu dengannya. Apalagi kalau kita yang jadi copetnya, lebih tidak terduga lagi.
Nah, berbeda banget dengan belanja online. Kamu tinggal duduk atau rebahan di rumah. Kadang, kalau takut mata rusak karena main HP sambil rebahan, maka diganti dengan tengkurap. Yang namanya tengkurap ini bukan berarti penyakit kulit, lho, ya! Masa ada tengkurap, tengpanu, dan tengkadas?!
Kamu tinggal pilih produk yang mau kamu pilih. Wuih, kalimatnya memang aneh! Kalau kamu merasa tidak puas dengan cuma foto, maka ikuti saja yang sedang live. Banyak kok tempat live. Bisa dari marketplace itu sendiri, maupun lewat TikTok. Meskipun TikTok Shop masih belum dibuka, tetapi para seller itu mengajak kita klik link di bionya. Dari situ, ada toko online atau website yang menampilkan berbagai produk. Kamu bisa mencoba bikin toko online di sini.
Dekat Atau Jauh Memang Berbeda
Jika kamu tinggal di seputaran Jakarta atau Jabodetabek, maka barang yang datang mungkin tidak akan lama jika sellernya tinggal di kawasan itu juga. Namun, bila kamu tinggal jauh dari seller, di Sulawesi misalnya seperti saya, maka rata-rata yang dibutuhkan adalah sekitar lima hari. Itulah konsekuensi jika memang tinggal di luar pulau Jawa. Waktu selalu dibutuhkan untuk mengirim barang. Ini tidak pakai Doraemon yang bisa membuka jasa pengiriman lewat pintu ajaib!
Barang datang, biasanya ditandai dengan bunyi kurir, “Paket!!!” Pakai tanda seru tiga biar lebih nyahok. Akhirnya, barang pun datang. Betapa senangnya diri ini! Betapa bahagianya jiwa ini! Lalu, kamu menyambut kurir bagaikan pangeran tampan yang datang membawa kuda putih. Membawa bunga mawar, dengan senyum menawan karena lahir dari wajah yang tampan. Memang sih lebay bin bajaj, tetapi ini memang cerminan kamu sudah menunggu barang datang untuk beberapa waktu.
Nah, Ini Dia!
Biasanya, sebagai bentuk dokumentasi dan pelaporan paket sudah diterima, maka kurir akan memfoto paket itu dan biasanya pula bersama penerimanya. Dokumentasi itu menjadi penting sebagai tanda bahwa barang memang sudah benar-benar diterima. Tepat alamatnya, tepat orangnya, tepat barangnya, dan tepat kurirnya.
Jika sudah sampai di tahap ini, maka berhati-hatilah. Beberapa waktu yang lalu, ada isu kita dikirimi barang yang tidak jelas. Kita diminta untuk menerima barang itu. Dan, itu menjadi modus penipuan. Kalau yang ini, tidak ada kaitannya dengan penipuan, tetapi lebih kearah syahwati si kurir. Asam auratnya sedang tinggi.
Kalau kita sebagai laki-laki yang menerima paket itu, maka mungkin yang difoto adalah barang paket tersebut. Namun, jika perempuan, maka inilah yang ditakutkan. Kurir tersebut akan memfoto kita, dan jika itu sudah terjadi, maka foto kita entah mau diapakan sama dia.
Ketika foto sudah menjadi milik orang lain, sudah ada di HP-nya, maka kita tidak bisa mengendalikan lagi. Ini yang sangat ditakutkan, foto kita bisa menjadi objek seksual dan fantasi si kurir. Atau, dia malah menyebarkannya dengan mengedit sedemikian rupa agar tampak telanjang. Ini bisa terjadi lho! Sebab, laki-laki itu memang makhluk visual. Melihat perempuan bercadar saja, dia bisa membayangkannya telanjang kok. Apalagi yang memang tidak menutup aurat.
Makhluk visual bagi laki-laki lebih ditegaskan lagi oleh dr. Aisah Dahlan. Ah, kamu pasti tahu nama yang satu ini. Jika laki-laki punya istri, sementara istrinya bertanya, “Sudah cantik belum?”, maka yang lebih baik adalah mengirim foto selfie istri tersebut dan dikirimkan ke suami. Dari situ, suami akan lebih bisa menilai cantik tidaknya istri. Apalagi selain makhluk visual, laki-laki juga lebih menyukai barang. HP itulah yang menjadi barang favoritnya.
Jadi, bagaimana? Apalagi perempuan jika sudah gembira, bisa lupa dengan keadaan dirinya, bisa lupa dengan penampilannya sendiri. Kondisi cuaca yang panas, gerah, dan baju terasa melengket di punggung, membuat perempuan memakai baju yang sederhana. Pendek, tipis, bahkan cenderung seksi. Mereka sering tidak malu keluar rumah dengan pakaian begitu. Pakai kaos dan celana pendek. Paha mulusnya pun terlihat dengan jelas. Membuat tergiur laki-laki yang melihatnya.
Kurir juga manusia. Dia bukan malaikat, melainkan lebih mirip setan jika sampai melakukan perbuatan itu. Pakai dalih atau alasan dokumentasi, dia memfoto kita yang sedang tidak berjilbab. Memfoto kita yang sedang pakai baju daster, tetapi pendek dan bolong di sana-sini. Melihat wajah kita yang cantik, putih, dan aduhai, dia jadi makin bernafsu. Untungnya, dia tidak langsung menerkam kita, tetapi menerkamnya di waktu dan kesempatan yang lain.
Dari sini, apa yang harus kita lakukan? Terutama bagi perempuan yang menerima paket. Seperti stiker atau tulisan yang ada di pintu muslimah, berikan kami waktu untuk memakai jilbab. Ini dilakukan jika ada tamu, terutama laki-laki, pas tidak ada mahromnya, baik suami maupun bapaknya jika dia belum menikah. Waktu seperti itu memang harus dipahami oleh tamu laki-laki karena aurat bagi seorang muslimah sangatlah berharga. Aurat itu hanya dipersembahkan sepenuhnya kepada suaminya. Utuh tidak terbagi-bagi.
Dari kejadian atau mencegah kejadian itu tidak muncul bagi kita, pertanyaan selanjutnya, “Terus, kita mau berjilbab itu kapan?”
Perempuan berjilbab pun tetap bisa menjadi santapan objek nafsu laki-laki si kurir. Jadi, pakai saja masker atau sekalian dengan cadarnya. Jadi, laki-laki si kurir itu akan nyahok, ternyata yang diharapkan tidak terjadi. Dia gagal mendapatkan objek baru untuk koleksi di kamar pribadinya saat gelap dan tidak ada seorang pun di sana.