Kaum rebahan. Dari namanya saja, hobinya memang berbaring. Kalau dalam bahasa Sulawesinya, baring-baring. Entah itu baring di kasur/ranjang atau di tempat lain. Asal bisa rebahan, maka itu dikatakan sebagai kaum rebahan.
Kalau baca artikel-artikel lain di media lain pula, kaum rebahan ini melekat pada generasi Z. Sebuah generasi yang tidak ada kaitannya dengan Meggy Z, apalagi Ultraman Z. Termasuk Dragon Ball Z, mana kenal mereka?
Usai, eh, usia kaum rebahan itu antara 20 – 30 tahunan. Tapi itu bukan berarti selama 20 tahun mereka rebahan terus lho ya! Kira-kira mereka saat ini sedang kuliah atau baru tahap awal bekerja, tentu yang tidak bisa dilupakan adalah berbisnis juga. Mungkin lho, sebagian..
Ciri-ciri Kaum Rebahan
Kaum rebahan masa ciri-cirinya tiduran doang sih? Jelas tidak dong! Kalau cuma ciri begitu, tulisan ini akan jadi pendek sekali. Makanya, mesti dipanjang-panjangkan. Harus ada ciri-ciri lain. Yuk, mari kita mulai masuki ciri-ciri kaum rebahan, mungkin kamu salah satu di antaranya.
1. Penuh Aktivitas

Mengacu pada usia tadi bahwa kaum rebahan itu antara usia 20 – 30 tahun, maka akan dilanda dengan berbagai aktivitas. Mengenai kata “dilanda” itu, cocok tidaknya, dipikir sendiri ya?
Aktivitas kaum rebahan itu mulai dari ikut kuliah, bikin tugas paper, penelitian, praktikum, ikut UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), skripsi yang harus bolak-balik ke perpustakaan atau ketemu dosen yang kadang seperti hantu saja. Pas mau dicari susah, eh, begitu tidak dicari malah minta ketemu.
Baca Juga: Ada yang Namanya Pak Edi Siregar, Tapi Jarang yang Bernama Pak Ide Segar
Bagi yang kerja, mulai menikmati aktivitas jadi bawahan. Disuruh sana-sini, bahkan termasuk disuruh fotokopi. Itu sudah wajar karena namanya saja pegawai baru. Toh, meski namanya pegawai baru, tidak perlu ke mana-mana bawa plastik ya! Memangnya kursi mobil yang baru ke luar dari dealer?!
Nah, tidak cuma aktivitas dunia lho! Masuk juga aktivitas akhirat. Contohnya: ikut lembaga dakwah, jadi ikhwan maupun akhwat. Datang di majelis taklim. Ikut tarbiyah. Bantu seminar agama. Jual buku-buku Islam di pameran. Dan lain sebagainya.
Mereka menjalankan aktivitas terikat pada jam kerja. Makanya, ketika selesai, ada perasaan senang bin lega. Saatnya menuju ke surga dunia: kasur bagi kaum rebahan.
2. Liburan? Cukup di Sekitar Kamar Saja

Ada anak muda yang suka banget touring. Naik motor, pakai jaket tebal, helm, kacamata hitam, sepatu, pakai boks kayak rice cooker menggantung di belakang motor. Jauhnya perjalanan mereka. Pakai motor besar, melaju cukup anggun di jalan raya.
Padahal, kalau mau dipikir sebenarnya, jalan jauh lebih nyaman pakai mobil ya? Tidak terlalu kena angin, bisa pakai AC, bisa tiduran alias rebahan. Nah! Apalagi termasuk kaum rebahan, pastilah mencari tempat-tempat atau sesuatu yang bisa mewujudkan rebahan jadi kenyataan.
Namun, begitulah mereka, komunitas bermotor itu. Jauh-jauh naik motor, bisa jadi kena panas terik, atau hujan deras, tetap melaju. Meskipun yah – mungkin saja masjid dekat rumah mereka belum tentu juga sering didatangi. Tapi kalau tempat-tempat jauh, malah dikunjungi dengan sesuka hati. Heelllowww…
Sementara itu, kaum rebahan mana mau pergi jauh-jauh? Dulu mungkin sebelum memproklamirkan diri jadi kaum rebahan – meskipun dalam hati – mereka mau diajak ke mall. Makan di sana, nonton bioskop atau sekadar cuci mata, di dalam kamar mandi pakai sabun. Hehe…
Tapi sekarang, mereka belum tentu mau, kaum rebahan itu. Kalau jalan ke luar, bisa kena debu, polusi kendaraan, panas, atau malah hujan. Hiii, basah… Mereka lebih memilih untuk di rumah saja. Lebih tepatnya di dalam kamar. Berbaring. Rebahan.
3. Cukup Tiga Hal: Kuota Internet, Ranjang dan Kue Kesukaan

Kaum rebahan ternyata tidak butuh banyak senjata untuk melancarkan hobinya. Tidak butuh banyak biaya pula, bila semuanya tersedia di rumah. Mereka cuma butuh kuota internet alias paket data, ranjang sebagai media pertempuran utama dan perlu ditambah dengan kue-kue yang mereka suka. Oh, ya, minuman juga. Pasti akan seret kalau makan kue saja, tanpa minum. Ya nggak?
Baca Juga: Sebuah Ide Bisnis Unik Untuk Orang yang Takut Resign Kerja
Oh, ya, akan lebih nyaman lagi kalau di rumah itu dipasang hotspot. WiFi. Itu dibacanya waifai, bukan waifi ya! Dengan itu, mungkin kamu sebagai bagian dari kaum rebahan itu akan menemukan surga penuh kuota data. Tanpa kamu harus keluarkan uang sendiri buat internet, sudah ada hotspot yang membuat suasana jadi hot, tulisannya langsung spot! Halah, apa maksudnya ini?
Kecuali oh kecuali, kalau tagihan kamu juga sudah dibayar lho ya! Percuma kan sudah siap mau internet ria sambil rebahan, sinyal malah tidak ada karena bayarnya masih tertunda.
4. Lebih Nyaman Pasif Saja di Media Sosial

Masih ada kaitannya dengan poin tiga di atas. Kaum rebahan yang menjadi ciri sebagian generasi milenial sekarang adalah dekat sekali dengan medsos. Media sosial sudah menjadi makanan sehari-hari, bahkan hingga jadi makanan sehati-hati. Artinya medsos sudah menjadi bagian dari hati mereka. Selain mungkin patah hati yang bisa mengintai mereka. Waow…
Namun, kaum rebahan ini tidak serta-merta aktif banget di medsos juga lho! Sambil rebahan, dia mengamati linimasa medsos, dari atas sampai bawah.
Buka Facebook, lihat-lihat, terus Instagram, Twitter, Youtube dan lain sebagainya. Kalau gadgetnya selebar layar bioskop, mungkin akan dibuka semua dalam satu layar. Tapi karena layarnya kecil, plus harganya mungkin murah, maka seadanya saja. Hehe…
Kaum rebahan termasuk orang yang silent reader alias pembaca pasif. Tidak cuma statusnya orang, bahkan komentar dari status tersebut, juga mereka baca. Siapa yang komentarnya bagus, meskipun ada pula yang komentarnya bermutu, tapi rendah! Komentar cuma recehan. Bahkan terasa seperti orang yang baru belajar ngomong.
Makanya bagi kamu yang menyatakan diri terbebas dari kaum rebahan, maka perlu elegan dalam membuat status maupun berkomentar di status sendiri dan orang lain. Karena setiap tulisan kamu akan dibaca oleh generasi Z alias kaum rebahan itu.
Malu kan kalau isinya nol besar, tapi kamu ngotot berkomentar di medsos. Dari balik ranjangnya, sofa empuknya, maupun matras lantainya, saya yakin mereka ada yang tertawa dengan tulisan kamu itu.
Meskipun cuma sering berbaring, kaum rebahan bisa lebih update informasi daripada yang bukan kaum rebahan. Tentu karena itu dipicu oleh seringnya mereka buka medsos sambil melaksanakan suasana santai. Maaf, kalimat sebelumnya agak gimana gitu.
Sambil bersantai ria, informasi dari medsos itu mudah masuk. Selain itu, mereka juga gampang share, retweet, atau apapunlah yang penting sebar sana sebar sini. Kadang hoax yang bikin hoex mau muntah saja ikut tersebar, saking nyamannya cuma pegang layar sambil rebahan.
5. Mandi Itu Urusan Nanti

Ketika kaum yang suka merebahkan diri ini menelan jam alias menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kamar, hal ini jelas punya pandangan bahwa kasur atau ranjang menjadi tempat yang paling nyaman di dunia! Sampai akhirnya kaum rebahan pun malas kemana-mana. Ogah pindah tempat.
Bagaimana dengan mandinya? Bukankah itu pindah tempat juga jika kamar mandi tidak tercantum di dalam kamar tidur? Biasanya, jarang memang ada kamar tidur plus kamar mandi di rumah, kecuali hotel lho! Kalau pun ada, mungkin itu kamar orang tuanya. Biar tahu sendiri, lah…
Ditambah dengan hari libur, baik itu kuliah maupun kerja, maka mandi akan menjadi suatu kata yang terdzolimi. Alias tidak terlalu diperhatikan. Nanti-nanti sajalah. Dari pagi sampai siang, bahkan sore, mandi itu menjadi urusan yang berat, lebih berat daripada urusan negara ini sepertinya.
Bahkan, ada sebuah kalimat dari seorang generasi rebahan ketika melihat air di kamar mandi yang diam seribu bahasa. Dia bilang bahwa air di kamar mandi itu ngambek ya? Kok dari tadi diam saja? Dia pun ke luar dari kamar mandi dan tidak jadi mandi!
Baca Juga: Betulkah Blokir Kontak Membuat Nyaman di Otak?
Alasan lain misalnya menghemat air, karena di Afrika sana sulit banget air. Dia merasa harus berhemat sehingga memilih untuk tidak mandi dulu. Alasan lain, karena airnya dingin. Bagaikan air dari freezer, makanya juga tidak jadi mandi.
Malah ada yang mengajarkan cara mandi yang singkat, isinya padat, tapi tidak jelas. Caranya? Kamu masuk ke kamar mandi, tidak perlu buka baju. Celupkan tanganmu ke bak, cukup pakai dua jari saja. Lalu oleskan di sudut-sudut matamu. Hilangkan segera kotoran mata di sana.
Nah, bila itu dilakukan, maka mata kamu jadi terasa lebih segar. Rambut tidak perlu basah. Yang penting mata kamu kelihatan bersih, maka orang akan mengira kamu sudah mandi.
Ketika mau benar-benar mandi, itu dalam situasi apa? Itu terjadi ketika kaum ini diajak ke luar oleh keluarga maupun teman-temannya. Makanya, dia baru benar-benar mandi.
Masa tidak mandi, malu dong? Mau ditaruh di mana itu muka? Padahal jawabannya ya ditaruh di kepala. Mau di mana lagi? Masa ditaruh di uang, jadinya malah uang muka?! Haha…
Peluang Sukses Generasi Rebahan

Kini kita ganti dengan generasi rebahan ya? Biar keywordnya lebih berkembang begitu daripada sebelumnya dan agar lebih bisa terbaca Google. Yuk, lanjut!
Apakah generasi rebahan ini tidak bisa sukses? Oh, keliru besar! Mereka tetap bisa menikmati sukses. Apakah kamu terus tanya, sukses tidurnya? Sukses rebahannya? Wah, ini sih terlalu suudzon namanya! Ada kok contohnya yang sudah betul-betul sukses, meskipun jangan lalu disalahartikan bahwa orang sukses itu sudah pasti milyarder, punya aset triliyunan. Bukan cuma itu.
Generasi Z yang lahir pada tahun 1995-2010 dengan hobi rebahan contohnya ada di Jogja. Ayuhanna, pemilik Arha Transport Yogyakarta, mengaku punya hobi rebahan. Usianya masih 20 tahun, tapi terhitung sukses dalam berbisnis.
Baca Juga: 7 Kiat Meningkatkan Pengembangan Diri Secara Luar Biasa
Ayuhanna sudah setahun lebih bisnis sewa-menyewa sepeda motor di Jogja. Awalnya, dia sewakan sepeda motornya turis pakai media sosial. Ini tidak cuma turis asing lho, tapi juga turis lokal alias dalam negeri. Lho, tak disangka, kok peminatnya malah banyak. Lha kok iso?
Masa Mau Rebahan Terus?
Jadi kaum yang hobi rebahan memang enak dan nyaman. Badan terbaring terus di kamar, pakai bantal atau guling yang cukup empuk. Pertanyaannya, sarung bantal, guling dan sprei itu pernah diganti atau belum? Hehe… Jangan-jangan sudah sebulan lebih nangkring di kasur situ.
Kaum yang suka rebahan ini berarti di kasur tidak tidur ya? Tetap terjaga? Tapi tetap akan susah menjaga mata ketika bau bantal dan guling yang bisa jadi busuk itu benar-benar menusuk hidung sampai ke otak. Rasa ingin melayang dalam mimpi terus menghampiri.
Jika tidur, memang harus diperhatikan waktunya. Ada waktu tidur yang memang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Apa saja? Di antaranya sebagai berikut:
1. Setelah Subuh
Untuk yang waktu ini, memang cukup sulit dijaga, apalagi kalau generasi rebahan itu begadang sepanjang malam. Main game online atau chattingan tidak jelas bersama si anu tuh. Padahal begadang malam itu tidak bagus. Cobalah untuk ganti jadi begadang siang.
Ini juga termasuk sulit ketika bulan Ramadhan. Kenyang banget setelah sahur, mulai timbul ngantuk setelah sholat Subuh. Saya sendiri pun mengalami dan menjadi tantangan besar bagi kita untuk tidak tidur. Padahal suasananya sepi, masih agak gelap, kenyang, buka puasa masih lama, duh, lebih enak tidur memang.
Tapi eits! Tunggu dulu! Ada sebuah hadist dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: ”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya,” (HR. Abu Dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih). Artinya, kita ini sebagai umat akhir zaman akan dapat berkah justru di pagi hari. Lha, kalau bobok cantip, bagaimana mau dapat berkahnya?
Mungkin bisa diisi dengan olahraga ringan. Ambil air di gunung misalnya. Itu akan membuat mata kita terjaga, karena badan sangat berkeringat. Dijamin deh, ngantuk jadi hilang, pegal-pegal pun datang. Hehe…
2. Tidur Sebelum Sholat Isya
Bagi kamu yang sibuk beraktivitas, mungkin pulang sebelum Maghrib. Sudah mandi segar, kembali cakep atau cantik seperti biasanya, cieehh. Eh, tapi kok tiba-tiba ngantuk?! Ini bisa dialami kalau kamu sedang capek banget. Sudah sholat Maghrib di masjid, nunggu Isya kok masih agak lama? Akhirnya, kamu baring-baring dulu. Rebahan dulu. Lha kok bablas sampai tengah malam?!
Diriwayatkan dari Abu Barzah Radhiyallaahu ‘Anhu: ”Bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya,” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).
Ketika kamu jadi generasi rebahan, maka tetap perlu dijaga kapan seharusnya tidur pada waktu yang pas biar badan kamu tetap sehat meskipun sering rebahan.
3. Tidur Tengkurap

Sebuah hadist dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
“Aku tidur di masjid pada akhir malam, kemudian ada orang yang mendatangiku sedangkan aku tidur dengan posisi tengkurap dan berkata: “Bangunlah dari tengkurapmu, karena tidur yang demikian adalah tidurnya orang-orang yang dimurkai Allah.” Kemudian aku angkat kepalaku, maka ketika kulihat ia adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka akupun kemudian bangkit.” (HR. Al-Bukhari, dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 1187, Ibnu Majah, no. 3723, Ahmad, no. 7981, At-Tirmidzi, no. 2768).
Ini yang bisa banyak terjadi pada kaum yang hobi rebahan. Dari yang awalnya baring terlentang, kok rasanya pegal ya? Eh, jadi tengkurap deh! Apalagi kalau sedang menderita kurap, maka tengkurap akan lebih sering. Wah, ini apa hubungannya?!
Sambil tengkurap, gadget ditaruh di depan mata, dagu menempel di kasur, pokoknya jadi klop banget deh! Posisi yang weennakk tenannn….
Kapan Rebahan Paling Pas? Apa Rebahan Seperti Ini?
Nah, bila memang ingin jadi anak muda rebahan, betulan mau jadi begitu? Padahal anak muda itu semestinya penuh semangat lho! Dialiri dengan darah muda, darahnya para remaja. Kalau hidup kamu cuma dihabiskan dengan rebahan terus, kapan mau maju? Ini jelas bukan maju gigi atau hidung lho. Beda kondisi kalau itu.
Generasi rebahan tidak cuma menghinggapi anak muda atau generasi milenial lho! Bahkan orang tua pun bisa terkena. Itu contohnya Anggota DPR dan.DPD RI yang tidur saat sidang. Apa anak muda ingin mengikuti jejak mereka? Hihi…
Jika ingin rebahan sesekali, maka tentu boleh-boleh saja dan bagus sekali. Sebagai chas bagi tubuh agar bisa semangat lagi buat aktivitas. Namun, rebahan seperti apa yang mestinya mulai dipikirkan dari sekarang? Pertama, adalah rebahan di rumah sakit. Ketika kita sakit keras atau justru karena mengalami kecelakaan.
Kedua, adalah rebahan di alam kubur dalam bentuk kita sudah jadi jenazah. Nah, ini dia ujung akhir dari kehidupan kita, mau suka rebahan atau tidak, pada akhirnya akan rebahan juga untuk selama-lamanya.
Dua kondisi rebahan itu mungkin saja akan kita rasakan. Ketika itu terjadi, kira-kira gimana perasaan kita? Penyesalan dan merindukan kesehatan yang prima akan muncul, tetapi jangan sampai terlambat. Apalagi jika rebahan pada jenis yang kedua.
2 Comments