Tadi malam, saya dichat oleh seseorang, teman baru di Facebook. Dia mengenalkan diri dan bertanya profesi saya. Dengan mantap, saya jawab: Penulis. Namun, di ujungnya, saya blokir kontak dengan dia. Lho, kok begitu? Mau tahu alasannya? Boleh baca di sini sampai selesai ya?
Jadi begini, perkara blokir kontak dalam dunia permedsosan itu sudah sangat biasa. Memutuskan komunikasi lewat internet, hingga satu sama lain tidak bisa saling mengirim pesan, foto, video atau apapun. Blokir kontak bisa menjadi sebuah solusi bagi kita untuk lebih menenangkan diri, membuat nyaman hidup dan terbebas dari perasaan-perasaan yang tidak seharusnya muncul. Atau perasaan-perasaan yang negatif. Blokir kontak bisa kamu ambil bila dirasakan itulah yang terbaik.
1. Alur Bisnis Online
Ini menjadi faktor yang pertama, blokir kontak bisa terjadi. Alasan bisnis, meskipun itu disebut dengan bisnis online. Orang yang saya ceritakan di awal tulisan ini sedang menawarkan asuransi. Promosinya sih menabung tiap bulan, nanti digaji dalam tahun-tahun berikutnya. Menurut saya, yang namanya asuransi itu tidaklah penting-penting amat, toh sudah terkaver dalam BPJS, meskipun yah begitulah. Bahkan, itu sebenarnya mengandung keburukan, lho, pada satu sisi. Kamu boleh langsung meluncur kalau ingin lebih tahu di sini: Hukum Asuransi.
Nah, tidak cuma asuransi, bisnis apapun yang dijajakan secara online, itu memang ada tahapannya. Ada funnelnya. Ada corongnya. Tidak bisa dong, langsung ditawarkan begitu saja. Makanya, ketika ada orang posting produknya di Facebook, yang like sedikit, apalagi yang komen, terlebih yang share. Cuma posting foto begitu, siapa juga yang minat? Terlebih yang lebih parah, teman-temannya di Facebook bukanlah termasuk target marketnya. Lho, jualan kok bukan ke orang yang tepat?
Baca Juga: Hindari Sifat SABA dalam Bisnis Online
2. Perkara Cinta di Dalam Hati
Blokir kontak bisa masuk dalam perkara yang nomor dua ini. Eits, ini tidak selalu muncul pada diri jomblo, lho! Bahkan yang sudah menikah pun, dapat dihinggapinya. Misalnya, si jomblo atau orang yang sudah menikah itu, melakukan chat terus-menerus dengan seorang lawan jenis. Hampir tiap saat, hari-harinya diisi dengan ketik-mengetik pesan. Kirim-mengirim gambar. Telpon-menelepon suara. Begitulah.
Nah, cinta yang semacam ini, meskipun sebenarnya itu nafsu, ujungnya menjadi tidak jelas. Akhirnya, perasaan saja yang dimain-mainkan. Si perempuan menunggu, sementara si laki-laki tidak ada uangnya. Atau, si laki-laki yang sudah menikah, dia mampu dan sanggup, si perempuan mau, tapi tetap gagal, karena orang tua si perempuan inginnya si laki-laki tinggal satu kota dan belum menikah.
Bila hubungan tersebut menjadi tidak jelas, mengambang, terombang-ambing ke sana-sini, lebih baik blokir kontak saja. Atau sedari awal, blokir kontak perlu dilakukan. Karena toh, jika tidak, itu akan mengakibatkan penyakit di dalam hati. Berat lho, cinta yang tidak kesampaian. Kita saja misalnya dari Jogja mau ke Jakarta, tidak kesampaian terasa berat. Apalagi perkara cinta, yang tentunya ada di dalam hati. Bukankah hati ini selalu dibawa-bawa? Adakah hati yang tidak selalu dibawa? Ada itu, yaitu: hati ayam yang ada di dalam kulkas. Hehe…
Baca Juga Kisah Nyata: Aku Bukanlah Pelakor
3. Perkara Agama yang Masih Belum Dipahami
Ada sebuah kisah nyata. Seorang muslimah protes dengan postingan-postingan di medsos tentang poligami. Protes itu dilayangkan di sebuah forum resmi. Memang, ada sih peserta lain yang begitu. Dia menjadi sasaran protes dari sang muslimah. Dia menjadi target.
Laki-laki, bila disangkutpautkan dengan poligami, lebih banyak memberikan tanggapan. Apalagi syariat itu memang lebih ditujukan untuk laki-laki. Namun, si laki-laki yang menjadi obyek dari topik itu memberikan solusi yang jitu, berkelas dan tanpa basa-basi. Katanya, bila ada postingan atau status yang tidak disukai, lebih baik hapus, sembunyikan, laporkan dan blokir kontak penulisnya. Itu adalah solusi yang memang tepat, karena medsos adalah sarana untuk menjalin hubungan sosial secara baik. Kalau tidak cocok dengan karakter dan sifat kita, maka blokir kontak boleh kita ambil untuk lebih menenangkan perasaan.
Baca Juga: 5 Tips Ampuh Menghilangkan Malas
4. Perkara Dunia yang Susah Dijelaskan
Orang-orang di dunia ini memang banyak macamnya. Namanya saja orang-orang, pastilah banyak. Kecuali orang-orangan sawah. Wah!
Dua karakter yang berbeda pada orang adalah: orang yang tidak tahu dan dia memang merasa tidak tahu. Lawannya, orang yang tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Sama awalnya, yaitu: tidak tahu. Menghadapi dua jenis orang itu berbeda. Kalau yang tidak tahu dan memang merasa seperti itu, mudah saja kita menjelaskan. Pakai data, fakta, infografis, foto, video, testimoni, bisa menyebabkan dia menjadi mengerti atau paham.
Namun yang kedua. Ini yang lebih susah. Aslinya dia tidak tahu, tetapi akhirnya menjadi orang yang sok tahu. Ini pengalaman saya, yaitu: ketika menjelaskan tentang kotak suara berbahan kardus, yang sebenernya karton kedap air. Menghadapi salah seorang ustadz yang sok tahu tentang perkara ini. Meskipun beliau seorang ustadz, tetapi malah menyebut saya sebagai laki-laki kardusan! Waduh, bagaimanakah ini? Namun, pada akhirnya, percuma saya menjelaskan dan membantah perkataannya. Lebih baik blokir kontak saya lakukan, agar lebih tenang dan adem. Terserah tanggapannya, komentarnya, pendapat teman-temannya yang setipe dengannya, saya tidak peduli. Rupanya, ketika sudah blokir kontak itu terjadi, memang dunia saya rasakan lebih sejuk.
Baca Juga: 5 Ciri Penting Jika Anda Cerdas Atau Pintar
5. Faktor Dukungan Politik
Ini juga yang cukup parah terjadi pada era sekarang. Hem, sebenarnya sudah sejak lama sih. Ketika ada orang yang mendukung salah satu pasangan maupun partai politik, kadangkala nalarnya menjadi tidak jernih. Hubungan pertemanan yang tadinya adem-ayem, menjadi runyam-ayam (istilah apa ini?). Ketika ada orang yang bikin status tentang dukungan politiknya, mungkin ada orang yang langsung menyerangnya. Lewat komentar yang kadangkala pedas, melebihi oseng-oseng mercon.
Kalau yang menyerang itu adalah teman di Facebook dan notabene tidak terlalu kita kenal, maka lebih baik, kita memblokirnya. Tujuannya apa? Ya, supaya pikiran kita lebih segar dan enak membuka beranda Facebook. Bahkan, mungkin kita tidak termasuk mendukung salah satu calon, tetapi tetap diserang juga. Dianggap menyebarkan hoax. Nah, kalau sudah begitu, maka blokir kontak adalah mutlak.
Baca Juga: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
6. Membatasi Penyampaian Pendapat
Saya pernah memblokir teman baik di Facebook. Ketika dia membuat status, saya memberikan komentar. Tidak lama, lho, kok komentar-komentar saya dihapus? Tidak cuma satu status, tetapi juga beberapa yang lainnya. Sampai ada orang yang protes di komentar, kok main hapus sembarangan?
Dari situ, saya menganggap ini sudah tidak benar. Sudah mencoreng etika dalam berpendapat, apalagi di muka umum (Facebook ‘kan memang untuk umum). Kalau dia tidak mau dikomentari, kok bikin status? Yah, daripada saya jengkel, lebih baik saya blokir dia. Meskipun ketika ketemu, ya, baik-baik saja, tetapi tidak di medsos. Begitulah.
Sebelum Blokir Kontak Akan Dilakukan
Tolong dibedakan antara silaturahmi dengan hubungan pertemanan biasa. Silaturahmi itu lebih cenderung kepada keluarga, apalagi keluarga inti. Seburuk apapun hubungan kita dengan salah satunya, jangan sampai blokir kontak ya? Bagaimanapun, keluarga tetap hal yang utama dalam kehidupan kita.
Nah, dengan teman biasa, blokir kontak dapat terjadi. Kamu bisa blokir kontak lewat Facebook, Whatsapp, Telegram, maupun nomor HP-nya. Mungkin blokir kontak itu solusi sementara yang harus ditempuh. Mungkin nantinya, setelah itu terjadi, hubungan bisa diperbaiki. Yang penting, hubungan itu harus bermanfaat satu sama lain. Kalau memang tidak ada manfaatnya, buang-buang waktu, membuat stres pikiran, kembalilah ke blokir kontak itu.
8 Comments