IDN App: Aplikasi untuk Generasi Milenial dan Gen Z, Lebih dari Sekadar Membuat Blog

IDN App: Aplikasi untuk Generasi Milenial dan Gen Z, Lebih dari Sekadar Membuat Blog

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Saya mengikuti sebuah pelatihan menulis di grup WA. Isinya para guru. Kami diharuskan untuk menulis atau mereview materi-materi seputar kepenulisan. Syaratnya, ditulis di dalam blog pribadi masing-masing.

Sebagian besar memang masih pemula. Maksudnya bukan pemula jadi guru, melainkan pemula menjadi guru penulis. Terlihat dari banyak tulisan yang masih belum sesuai kaidah bahasa Indonesia. Masih banyak salah ketik, tulisan tidak rapi, layout masih kocar-kacir, dan dipasang di blog gratisan.

Tujuan Membuat Blog

aplikasi-baca-berita-idn-app-1
Membaca Blog. Sumber: Gambar oleh Karolina Grabowska dari Pixabay

Kalau blog gratisan, maka bisa dipakai blogspot maupun wordpress dotcom. Konsekuensinya, blog kita akan dipasang di belakangnya embel-embel blogspot atau wordpress tersebut. Yah, itu sih sah-sah saja. Namun, bisa jadi, domain akan menjadi sangat panjang. Terlebih jika ditulis nama lengkap. Misalnya: http://susantodaryonowiloyobangunkarto.blogspot.com. Susah dihafal bukan? Hehe…

Okelah, membuat blog memang menjadi sarana untuk mencurahkan pikiran, selain di media sosial tentunya. Mau yang gratisan atau berbayar, disesuaikan dengan masing-masing orang. Saya sendiri sudah nyaman dengan blog yang berbayar, karena memang dihitungnya cukup murah dalam satu tahun.

Baca Juga: Bagaikan Menyajikan Makanan dengan Penampilan yang Menarik

Namun bin akan tetapi, hehe, bukankah orang itu membuat blog agar bisa dibaca isinya ‘kan? Dalam pelatihan menulis untuk guru itu, mungkin sebagian besar pembacanya adalah guru juga. Dan, berapa sih jumlah anggota grup WA? Bukankah hanya 256 orang saja? Minus kita sendiri, jadi 255 saja. Lalu, saya yakin, tidak semua anggota grup akan membaca tulisan kita. Nah, jadi makin sedikit ‘kan?

Dishare di medsos? Hem, ini juga untung-untungan, karena kapasitas teman kita yang terbatas. Di Facebook cuma 5.000 orang. Apakah 5.000 orang itu masuk semua ke blog kita? Saya juga yakin. Maksudnya, yakin bahwa tidak semua bisa dan mau masuk.

Gampang Membuat Blog

Namanya blog pribadi, ya, suka-suka saja yang menulis. Mau tata bahasa yang cuma diketahui oleh penulisnya juga tidak masalah. Yang penting, muncul linknya, maka itu mungkin menjadi kebanggaan bagi mereka.

Seorang penulis konten internet bernama Asa Mulchias pernah juga membuat kelas menulis. Yang ini berbayar, kalau tadi di atas gratis. Apa yang dikatakan oleh Asa? Sebagai seorang penulis konten yang sudah malang-melintang di dunia internet, bahkan dahulu sempat juga menjadi penulis aneka buku, beliau sendiri tidak punya blog pribadi. Dalam pikiran saya waktu itu, lho tidak punya blog pribadi? Yang benar?

Ada alasannya beliau melakukan hal tersebut. Salah satunya adalah untuk branding justru lebih oke ketika tulisannya bisa menembus media-media besar dan terkenal. Ambil contoh adalah IDN App yang menjadi tempat sangat cocok untuk baca berita juga selain tempat menulis yang asyik.

Sebab, ada tantangan di situ. Bagaimana caranya tulisan kita bisa menaklukkan hati calon mertua editor media besar tersebut? Bagaimana memilih topik yang asyik buat dijadikan tulisan? Bagaimana membuat poin-poin minimal lima buah untuk artikel berbentuk listicle? Semua itu menjadi pembelajaran tersendiri. Orang lain yang lebih berpengalaman dan ahli literasi akan menilai tulisan kita dengan objektif.

Jika kita berhasil menembus hati editor, maka itu akan menambah portofolio kita. Portofolio beda dengan jenis kertas, nanti dikira ada portofolio, ada portokuarto. Jelas beda.

Link-link tulisan kita di media terkenal akan semakin memantapkan diri bahwa kita memang ada bakat untuk menjadi penulis profesional dan terkenal juga. Mungkin kita akan ditawari proyek menulis yang lumayan hasilnya. Bisa jadi ‘kan? Optimis saja!

Nah, biasanya, kalau dikaitkan dengan nama blog, sering dipakai nama pribadi. Nama asli. Tinggal di belakangnya mau dipakai dotcom, dotnet, dotblog, atau dot-dot yang lain, asal bukan dot bayi!

Pernah ada kejadian seorang tokoh agama terkenal di negeri ini. Terkena sebuah kasus yang notabene itu sebenarnya urusan pribadi dan keluarganya. Namun, jamaahnya membully beliau habis-habisan. Nama pribadinya jadi rusak dan terkesan hancur. Bidang usahanya juga terimbas sehingga sepi. Sementara, nama perusahaan itu terkait dengan nama pribadinya.

Kita bisa belajar juga dari perusahaan-perusahaan keren di luaran sana. Facebook, didirikan oleh Mark Zuckenberg. Dia membuat Facebook tidak memakai namanya sendiri. Begitu pula Apple, oleh Steve Jobs, Amazon oleh Jeff Bezos, dan masih banyak lagi.

Selanjutnya?

Meskipun membuat blog itu ada yang gratis, ada juga yang berbayar dengan biaya super murah, tetapi trafiknya? Jumlah pengunjungnya bagaimana? Belum tentu bukan akan banyak? Apalagi kita yang orang biasa, bukan artis atau tokoh publik.

Sementara mengelola blog pribadi juga membutuhkan waktu khusus. Padahal aslinya kita hanya hobi menulis. Ribet kalau harus mengelola theme, plugin, desain blog, dan lain sebagainya.

Problem ini juga dialami oleh generasi milenial dan gen Z lho! Meskipun mereka rata-rata melek teknologi dan tertarik kepada hal-hal baru, tetapi pada intinya, mereka ingin lebih eksis, tidak hanya di dunia nyata, tetapi kemungkinan besar lebih banyak di dunia maya.

Baca Juga: Mempercantik Bahasa dan Membahasakan Kecantikan

Buktinya? Mereka bisa punya banyak akun media sosial. Ya Facebook, Instagram, Twitter, YouTube hingga yang masih ngetren, yaitu: TikTok. Mereka menyasar ke media-media tersebut karena berharap banyak yang ngelike, komen hingga share. Jelas bangga dong apabila banyak yang suka. Rasa eksistensi diri akan makin meningkat.

Tapi, kalau diamati, itu juga cuma media sosial. Tantangannya juga ringan. Generasi milenial dan gen Z mudah saja bikin status, sembarang tulisannya, sembarang gambarnya, lalu upload. Selesai. Tinggal tunggu responsnya. Apakah banyak yang like atau malah dibully? Hehe…

Solusinya bagaimana? Adakah yang lebih cocok dan pas untuk wadah bagi anak milenial dan gen Z untuk menulis? Eh, tapi tunggu, kenapa sih harus menulis?

Meningkatkan Kecerdasan

Menurut seorang penulis yang sudah banyak menghasilkan tulisan secara online, yaitu: Iqbal Aji Daryono, mengakui memang membaca adalah sarana untuk menjadi pintar dan cerdas. Sarana ini sampai sekarang belum ada yang menyaingi.

Tapi, Mas, ‘kan ada menonton video? Bukankah itu cara juga untuk menjadi cerdas, atau terampil begitu? Ya, bisa juga. Namun, video yang dibuat itu biasanya sudah menjadi satu bahasa sama antara pembuat dengan si penonton. Istilahnya adalah bahasa universal.

Video yang ceritanya A, maka kemungkinan besar kita akan membacanya juga A. Mungkin ada persepsi yang berbeda, tetapi itu sedikit sekali.

Beda dengan kita membaca sesuatu. Antara si penulis dengan pembaca bisa beda persepsi. Itulah menariknya tulisan, karena berdasarkan kepada daya pikir dan analisis masing-masing pembaca.

Slogan “membaca adalah jendela dunia” itu sampai sekarang juga belum tergantikan, kok. Itu dari sisi membaca, yang bisa membuat cerdas dan pintar. Menulis beda lagi. Kekuatan dari menulis itu berlipat-lipat daripada membaca, seperti yang dibilang oleh Iqbal. Makanya, orang yang suka menulis, mendatangkan manfaat juga lho dari segi kesehatan, terutama jiwa maupun psikis. Menulis sebagai sarana untuk menyalurkan beban-beban hidup yang dirasakan, apalagi di tengah era pandemi semacam ini.

Oke, sampai di sini semoga paham. Tidak selalu harus dengan blog pribadi, tetapi butuh trafik kunjungan yang luar biasa untuk membaca tulisan kita karena kita tahu manfaat dari tulisan. Pertanyaannya, media mana yang tepat? Nah, inilah yang menjadi kunci atau fokus dari review yang sedang kamu baca sekarang. Nama media itu adalah IDN Times yang memunculkan fitur IDN App. Seperti apa sih? Saya akan mencoba membahasnya lebih khusus, tentang kualitas artikelnya. Membaca artikel-artikelnya yang ada bisa menjadi inspirasi untuk menulis di IDN App.

Mengulas Berita Lebih Detail

aplikasi-baca-berita-idn-app-2.jpg

Dalam IDN App, artikel itu terbagi dua, yaitu: narasi dan listicle. Narasi digunakan untuk kategori fiksi dan opini. Sedangkan listicle memang menjadi ciri khas dari IDN App.

Di sinilah menariknya artikel dari IDN App yang merupakan aplikasi baca berita dan tulisan lainnya ini. Format tulisan adalah listicle. Dan, bagi saya ini termasuk wow! Karena penjelasan dari berita terbaru misalnya, diterangkan item per item. Jadi, generasi milenial dan gen Z yang membaca berita tersebut, tidak harus sampai mengerutkan kening. Nanti bisa jadi keriput lho!

Saya ambil contoh, berita terbaru yang muncul pada tanggal 7 Desember 2020. Judulnya: Ciliwung Meluap Akibat Hujan Deras, 34 Permukiman di Jakarta Banjir. Dalam berita tersebut, banjir terjadi karena hujan deras yang melanda wilayah Jakarta pada Minggu (6/12) dan Senin (7/12). Dari judulnya, ada 34 pemukiman, tetapi pemukiman yang bagaimana?

Rupanya diterangkan di poin pertama, 30 permukiman di Jakarta Timur yang tergenang banjir tersebut. Lalu ada empat permukiman lagi di Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Baca Juga: Wartawan: Antara Menjadi Pahlawan Atau Mirip Penjual Bakwan

Bagaimana dengan para korban banjirnya? Dalam poin ketiga, belum ada warga yang mengungsi akibat banjir ini. Jadi, belum ada pos pengungsian yang dibuka. Begitulah membaca berita terbaru dari IDN App.

Begitu juga berita lain, masih berita Indonesia. Kali ini: “Polda Metro Periksa Rizieq Shihab soal Kerumuman Petamburan Hari Ini”. Polda Metro Jaya kembali menjadwalkan pemeriksaan Pemimpin FPI tersebut.

Poin pertama, ada salah tulis di sini karena disebutkan poin kedua. Rizieq dan menantunya diperiksa karena dugaan pelanggaran protokol kesehatan. Oh, yang kerumunan besar itu ya?

Simpatisan Rizieq Shihab dilarang datang ke Mapolda Metro Jaya karena dia cukup ditemani dengan pengacara. Membawa massa tidak diperbolehkan oleh aparat kepolisian. Dan, poin ketiga atau terakhir, kasus kerumunan tersebut ditingkatkan ke tahap penyidikan. Hem, kita tunggu kabar selanjutnya dari kasus ini.

Banyak Topik/Referensi Bacaan

aplikasi-baca-berita-idn-app-3
Aneka Jenis Topik, Pilih Sendiri ya!

Tidak cukup cuma baca berita, dan pastinya dong, IDN App menyediakan tulisan-tulisan yang lain. Kamu bisa baca di menu Home. Ketika saya membuka, ada di bagian menu dengan warna merah seperti: RELATIONSHIP, INDONESIA, dan INSPIRATION. Masih kurang? Coba eksplor lagi pada bagian bawah, kedua dari kiri. Di situ ada tulisan Explore dengan logo kaca pembesar.

Topik-topik yang ada, di antaranya:

  1. Hype-Entertainment.
  2. Hype-Humor.
  3. Life-Woman.
  4. Travel-Destination.
  5. Food-Recipe.
  6. Science-Discovery.
  7. Food-Dining Guide.
  8. News-World.
  9. Sport-Soccer.
  10. Business-Economy.
  11. Food-Diet.
  12. Life-Family.
  13. Health-Fitness.
  14. Travel-Tips.
  15. Hype-Fun Fact.
  16. Health-Sex.
  17. Health-Medical.
  18. Automotive-Car.
  19. Science-Experiment.
  20. Hype-Viral.
  21. Tech-Trend.
  22. Business-Finance.
  23. Automotive-Motorbike.
  24. Life-DIY (Jelas ini bukan Provinsi DIY atau Daerah Istimewa Yogyakarta, hehe).
  25. Tech-Games.
  26. Men-Style.
  27. Opinion-Politic.
  28. Sport-Arena.
  29. Fiction-Poetry.
  30. Men-Ladies.
  31. Men-Grooming.
  32. Men-Attitude.
  33. Opinion-Social.
  34. Hype-Throwback.
  35. Fiction-Story.
  36. Travel-Journal.

Wah, banyak juga nih! Ada 36 menu tulisan yang bisa kamu akses kapan saja dan di mana saja, asalkan punya gadget dan sinyal internet.

Ulas Beberapa Menu

Meskipun tidak bisa semua, coba kita ulas beberapa menu yang ada di IDN App.

Life-Inspiration

Judul: Gak Ada Gunanya, Jangan Mengikuti Hawa Nafsu untuk Membenci Orang Lain

Sebuah artikel tentang motivasi hidup. Membenci orang lain. Hem… Apakah kita pernah melakukannya? Mungkin kamu yang jadi generasi milenial dan gen Z, pernah melakukannya? Siapa yang kamu benci? Apakah teman kamu? Pacar? Atau jangan-jangan, orang tua kamu? Wah, jangan sampai ya!

Dari judulnya saja, sudah terlihat kalau ini pas banget untuk anak muda jaman now. Orang tua yang berjiwa muda juga boleh kok. Memakai kata “gak”, meski bisa juga dengan “nggak”.

Bahasanya gaul dan umum untuk anak muda. Makanya menggunakan kata “kamu” bukan “elu” atau malah kata bahasa Jawa, seperti: kowe atau sampeyan.

Tulisannya memang mencoba untuk meneliti kembali kenapa kita harus benci orang lain? Seperti poin pertama, apakah orang yang kita benci memang benar-benar layak untuk dibenci? Jangan-jangan karena mereka berbeda saja dari kita atau justru kita sendiri yang mengembangkan rasa iri kepadanya.

Pada intinya, kebencian tidak perlu dibalas dengan kebencian. Sebab, kebencian itu menguras tenang. Mendingan kamu menguras bak mandimu. Malah jadi bersih dan enak buat mandi lagi.

Dan, intinya, janganlah membenci orang lain! Cukuplah dengan perbuatannya saja yang kamu tidak suka.

Tulisan yang sangat menarik, tetapi seharusnya judul menggunakan tanda seru karena menggunakan kata “jangan” yang bermakna kalimat perintah.

Life-Relationship

Judul: Jangan Sampai Menyesal, 5 Kesalahan Besar saat Memilih Pasangan Hidup

Kamu jomblo? Atau sudah menikah? Nah, setiap manusia pada dasarnya memiliki pasangan, bukan? Laki-laki pasangannya dengan perempuan, begitu pula sebaliknya.

Agar pasangan hidup bisa dimiliki dengan langgeng, maka perlu dengan membaca tulisan ini, agar jangan sampai salah memilih pasangan. Salah memilih sepatu saja, bisa bikin kaki sakit kok kalau sempit, atau tidak nyaman dipakai jika terlalu lebar.

Baca Juga: Tips Aman Pakai dan Lepas Masker di Restoran

Ada lima langkah yang disajikan oleh Eka Ami (verified writer). Apa itu verified writer, Mas? Sabar, nanti dulu ya! Kita bahas artikel yang ini.

Bahasanya sudah bagus, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata “tidak” ditulis apa adanya, bukan diganti dengan “gak” maupun “nggak”.

Sebenarnya, kalau bahasanya formal begini, generasi milenial dan gen Z, akan belajar juga. Mereka bisa mempelajari bahasa Indonesia dengan lebih dalam, meskipun mungkin sudah diajarkan di sekolahnya, baik offline maupun online. Tapi ‘kan kalau membaca IDN App, terasa asyik. Sudah asyik begitu, mempelajari tulisannya akan lebih nyaman. Iya ‘kan?

Tech-Gadget

Nah, ini dia yang termasuk sangat penting untuk generasi anak muda jaman now. Tentang teknologi, sebab pada dasarnya, mereka memang sudah akrab dengan dunia tersebut. Lihat saja HP-nya. Mungkin itu model terbaru dengan harga yang lumayan wow! Eh, tapi sudah dimanfaatkan untuk mengulik dan baca berita di IDN App.

Bagaimana contoh tulisannya? Boleh, deh. Seperti judul yang satu ini: Ini 8 Cara Memaksimalkan Kualitas Audio di HP Android

Dimulai dengan pengantar, bahwa setiap HP Android dapat digunakan untuk mendengarkan musik maupun jenis audio lainnya. Nyatanya, bisa muncul masalah saat speaker HP tidak optimal, seperti dalam artikel tersebut.

Diberikan 8 langkah praktis dan mudah untuk memaksimalkan kualitas audio. Nah, ini juga menarik. Tulisan ini sesuai sekali dengan kaidah bahasa Indonesia juga. Karena istilah asing diberikan cetak miring. Begitu pula dengan kata-kata yang tidak baku dalam bahasa kita ini juga dibuat seperti itu.

Wah, generasi milenial dan gen Z membaca tulisan tersebut, akan makin tahu, mana yang istilah asing, mana yang bukan? Istilah: smartphone, headphone, wireless, bahkan speaker juga dicetak tidak lurus. Betul-betul mengesankan dari IDN App ini.

Tidak dapat dimungkiri bahwa IDN App adalah media yang menampilkan berita terlengkap. Semua hal seputar anak muda diulas di sini. Silakan saja kamu baca sesuai yang kamu inginkan. Semakin banyak membaca, maka kesempatan kamu buat jadi penulisnya juga makin terbuka lebar.

Yuk, Menulis di IDN App!

IDN App yang dikunjungi oleh 50 juta orang lebih dalam satu bulan, menjadi kesempatan kamu untuk jadi orang yang terkenal dengan karya-karyamu sendiri. Mungkin kamu akan jadi mirip artis, lah. Tapi, artis intelektual, lho! Tidak gampang jadi artis seperti ini, karena menulis itu memang kerja yang sangat mengandalkan pemikiran matang.

Ada empat status penulis di IDN App. Pertama adalah verified. Ini adalah penulis dan reporter inhouse IDN Times atau IDN App yang memiliki kontrak resmi. Jadi, kamu kalau jadi yang pertama ini, apalagi baru penulis pemula, akan cukup susah.

Kedua, member. Ini bukan berarti mirip member minimarket modern, lalu dapat diskon belanja. Beda. Di IDN App, member diberikan bagi orang yang sudah sign-up akun di IDN App.

Apa itu sign-up? Itu lho, maksudnya adalah mendaftarkan diri sesuai dengan identitas kamu lewat form. Oke?

Ketiga adalah writer. Tadi member punya lencana warna merah, sedangkan untuk writer berwarna hijau. Ini berlaku bagi mereka yang sudah menulis artikel dan berhasil diterbitkan di IDN App. Meskipun itu hanya satu buah tulisan lho ya!

Keempat, verified writer. Lho, kok hampir sama dengan yang pertama tadi, Mas? Ini buat kamu-kamu juga kok. Baik penulis pemula, maupun yang tidak terlalu pemula lagi.

Status ini bagi yang sudah menulis artikel dan berhasil diterbitkan sebanyak 20 tulisan dalam satu tahun. Wah, banyak juga ya! Kalau jumlah segitu, mungkin kamu bisa, lah. Tiap bulan dua tulisan. Sudah masuk ke dalam verified writer. Bisa? Coba dulu dong, jangan berpikir tidak bisa dulu! Hehe…

Kualitas Artikel IDN App Dibandingkan Aplikasi Sejenis

Sebenarnya, kalau melihat dari aplikasi sejenis, maka hampir sama dari isi berita. Lha wong, kejadiannya juga sama kok. Namun, pasti ada perbedaan artikel yang disajikan dalam IDN App.

Penyajian Lewat Listicle

Artikel di IDN App menganut sistem atau penyajian listicle. Ini benar-benar membuat tulisan jadi enak dibaca. Kok bisa?

Sebab, kita membaca dari judul, masuk di paragraf pertama, kedua dan seterusnya, mungkin sudah sampai di bagian akhir, tetapi bingung, tadi barusan baca apa ya?

Itu disebabkan tulisan dalam satu format yang standar. Huruf tebal dan ukuran lebih besar hanya untuk di bagian judul. Oke, penekanan memang di bagian judul, tetapi bagian-bagian tertentu juga perlu ada penekanan.

Selain itu, metode listicle membuat pembaca jadi bernapas sejenak. Meskipun tulisannya pendek, tetapi tetap butuh konsentrasi bukan?

Adanya subjudul yang tersaji dalam poin-poin membuat kita mengerti, apa yang akan terjadi selanjutnya? Paragraf berikutnya tentang apa sih dari uraian judul tadi?

Selain itu, kita bisa mencocokkan paragraf dengan subjudul. Oh, ternyata cocok, berarti kita memang satu pemikiran dengan si penulis. Kalau terasa tidak cocok atau ada yang janggal, silakan kasih komentar saja!

Tidak Diperlukan Kesimpulan

Metode listicle tidak perlu sampai harus ada subjudul khusus dengan tulisan: Kesimpulan! Sebab, hal-hal utamanya ya lewat listicle itu tadi, lewat poin per poin dari satu sampai minimal lima.

Kalau pun ada bagian akhir, itu biasanya hanya penutup dan mengulang sedikit dari awal. Namun, untuk dikatakan sebagai kesimpulan, kurang cocok.

Sangat Menjaga Orisinalitas

Artikel-artikel di IDN App tidak mungkin hasil dari copas atau copy paste. Coba-coba saja kamu tulis artikel yang dikopi dari orang lain, maka tulisanmu pasti akan ditolak editor. IDN App sangat menghargai hasil pemikiran sendiri dari para penulisnya.

Kalau sudah orisinal seperti ini, maka menjadi sumber informasi yang bermanfaat buat generasi milenial dan gen Z. Bahkan, tidak perlu juga sampai membaca berita lain, karena sudah cukup di IDN App. Beritanya singkat, tetapi isinya padat, serta yang penting berupa fakta, bukan hoax.

Tak Terasa, Ada Panduan Berbahasa Indonesia

Namanya saja media yang menyajikan berita Indonesia, pastilah juga berbahasa Indonesia. Namun, tahukah kamu bahwa IDN App memberikan panduan kata-kata yang tidak seharusnya ditulis kapital untuk judul? Wah, penasaran, kata apa saja itu?!

Saya kutip dari petunjuk menulis artikel di IDN, ada beberapa partikel yang seharusnya ditulis kecil saja, meski dalam judul. Contohnya: atau, dan, dengan, ke, per, oleh, ala, buat, tetapi, setelah, tapi, untuk, bagi, dari, di, kepada, pun, sebelum, tentang, yang, daripada, karena, pada, sampai, tanpa. Betulan kamu sudah tahu, kaidah kata-kata itu dalam judul?

Bagi saya, hal itu menjadi unik, apalagi untuk media semacam IDN App ini. Memandu siapa saja yang ingin menulis di media tersebut.

Gambar Memang Betul-betul Melengkapi

IDN App selain menjaga keaslian tulisan, juga mengoptimasi gambar-gambar yang ada. Maksudnya, selalu ada sumber yang jelas, dari mana gambar itu berasal? Boleh pakai situs penyedia gambar gratisan, seperti: Pixabay, Pexels, Unsplash, Flickr, dan lain sebagainya.

Sementara kalau mengambil dari website lain, bukan blog pribadi, maka mesti dicantumkan link sumbernya. Hal itu menjaga agar IDN App ini tetap bagus di mata Google dan tidak dicap sebagai pemakai gambar secara ilegal. Tidak lah yaouw, sekelas IDN App pasti tidak akan melakukan seperti itu.

Baca Juga: Bagaikan Melempar Bola Basket dengan Memantulkannya ke Lantai

Misalnya, ketika buka topik Hype-Humor, perpaduan tulisan dan gambar benar-benar pas. Misalnya: 10 Meme Kocak Uniknya Tukang Sayur di Indonesia Ini Kocak Abis.

10 gambar lucu tentang tukang sayur dari berbagai akun Facebook cocok banget buat kamu yang ingin mencari bacaan segar. Namanya saja humor, masa sih tidak bisa bikin ketawa?

Nah, Ada Tapinya

Ini dia yang perlu juga menjadi – yah – semacam perbandingan adil untuk IDN App. Kekuatan artikel yang cukup bagus, dipandu dengan gambar yang mumpuni. Begitulah istilahnya.

Berarti, kekuatan dari tulisan artikel tersebut mungkin biasa-biasa saja, meski tidak semua topik dan judul lho. Gambar yang membantu sehingga pembaca menjadi betah berlama-lama di IDN App.

Ada satu situs UGC atau User Generated Content juga semacam IDN App ini. Namun, situs tersebut hanya mencantumkan satu gambar di bagian paling atas. Bisa disebut dengan featured image.

Oleh karena gambarnya cuma satu, maka di situlah kekuatan tulisan betul-betul terlihat. Dan, memang untuk menampilkan banyolan-banyolan khas, situs tersebut termasuk paling unggul. Meskipun formatnya sebagian besar bukan listicle.

Penulis akan tertolong dengan idenya lewat gambar yang disertakan. Tulisan hanya sedikit, gambar ikut berbicara. Namun, coba seandainya IDN App tanpa gambar yang banyak di tiap subjudulnya? Apakah hasilnya akan sama dengan yang sekarang?

Kesimpulan

Ah, kalau membandingkan dengan situs lain, sebenarnya masing-masing ada pembaca setianya kok. IDN App tetap setia dengan model listicle, situs lain dengan model narasi.

IDN App sekali lagi, menjadi jalan yang bagus untuk belajar menulis. Tidak harus dengan membuat blog pribadi yang mungkin akan mengeluarkan biaya, agar hasilnya lebih bagus. Cukup dengan banyak membaca artikel di IDN App, cermati, renungkan, lalu cobalah untuk menulis yang semacam itu.

Ingat, kamu sebagai generasi milenial dan gen Z agar calon pemimpin di masa depan. Belajar lewat IDN App untuk mengembangkan literasimu sebaik dan sedini mungkin.

Saya ingat perkataan dari Bendri Jaisyurrahman, seorang pakar parenting. Beliau mengatakan: Bahasa menentukan bahasa. Artinya, bahasa-bahasa yang bagus itu mencerminkan bangsa yang bagus pula.

IDN App menyediakan hal itu. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, meskipun cukup banyak juga kata nonformalnya. Itu kan demi menyajikan artikel, terutama berita terbaru untuk kamu. Iya, kamu!

Baca Juga: Menyusun Skripsi? Apa Sih Arti Sesungguhnya dari SKRIPSI?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.