Inti dari Film Avatar 2: The Way of Water

Inti dari Film Avatar 2: The Way of Water

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Sudah sejak lama saya melihat trailer film Avatar 2: The Way of Water. Seru memang kelihatannya dari trailer tersebut.

Kesempatan nonton baru bisa hari Kamis yang lalu (15/12/2022). Saya menginap di Hotel Athaya, Kendari, sudah selesai kegiatan kantor. Saya melihat jadwal melalui online, oh, ternyata di bioskop Hollywood, ada jam 22.00 WITA.

Sempat mengantuk dan lelah karena perjalanan siangnya dari Kabupaten Bombana. Perjalanan sekitar 3-4 jam menggunakan mobil, meskipun hanya duduk, tetapi tetap rasanya capek. Dan, begitulah perjalanan atau safar, menurut hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, adalah separuh siksaan.

Akhirnya Jadi

Saya rasa, jarak antara hotel dengan bioskop tidak terlalu jauh banget. Makanya, saya pilih jalan kaki saja, tidak usah pakai ojek online. Toh, lebih hemat juga. Dan, memang betul. Saya berangkat jam 21.50, sampai di bioskop menjelang jam 22.00.

Ada dua studio yang menyediakan film tersebut. Satu studio 3, lainnya studio 4. Kalau studio 4, jadwalnya tepat jam 22.00. Sementara studio 3, sepuluh menit kemudian. Saya pilih yang studio 3 saja.

Sempat terpikir untuk membawa jaket. Tapi, ternyata saya memang tidak membawa jaket dari Bombana. Cuma pakai kaos tipis dan celana. Wuih, pasti dingin nih! Awal film saya rasa tidak terlalu dingin, namun semakin ke sini, justru semakin ke sana! Dinginnya minta ampun.

Masih Ada Miripnya

avatar-the-way-of-water-1

Film yang kedua ini masih menceritakan sosok Jack Sully. Dia sudah menjadi avatar, otomatis kakinya tidak lagi cacat. Kalau di film pertama, dia ‘kan pakai kursi roda. Menggunakan tabung khusus sambil berbaring, menjalankan avatar yang sudah mati. Di film kedua, dia tidak lagi memakai itu. Resmi sudah jadi avatar.

Jack sudah menikah. Dia punya empat anak. Dari kecil sampai remaja, anaknya diceritakan dengan singkat saja. Bagaimana dengan musuh di film ini? Masih sama juga, yaitu: militer yang turun dari langit bumi avatar. Kali ini, kekuatannya jauh lebih besar dan tampak semakin sulit dikalahkan.

Mereka datang dengan menggunakan pesawat mirip satelit. Membakar hutan pas datang, tiba-tiba langsung satu tahun kemudian. Berarti pihak avatar menerima kehadiran mereka atau tidak langsung menyerang militer tersebut secara besar-besaran.

Penyerangan terhadap militer memang terus terjadi setelah satu tahun. Dipimpin oleh Jack Sully dan dibantu dengan dua anaknya. Namun, pihak militer tidak tinggal diam. Musuhnya kali ini juga sudah jadi avatar. Dia ingin membalas dendam ke Sully karena komandannya mati di film pertama. Ah, saya lupa namanya.

Perlawanan yang makin kencang dari pihak militer membuat Jack Sully mengungsi. Dia menghindari serangan terhadap keluarganya. Sebab, si komandan militer sekarang makin garang ingin menghabisi Jack Sully, istri, dan anak-anaknya.

Dan, di Sinilah Tempatnya

avatar-the-way-of-water-2

Jauh sekali Jack Sully, istri, dan anak-anaknya mengungsi. Menggunakan burung khas avatar, mereka sampai di daerah yang punya pantai indah sekali. Lautnya sangatlah bersih dan suasananya terasa sangat sejuk.

Bagusnya dari film ini adalah detailnya yang aduhai. Pintar sekali para pembuat film menyajikan pemandangan yang memukau. Efek CGI-nya yang dipakai bukan main, bukan kaleng-kaleng, tidak seperti sinetron Indosiar itu. Kita bisa merasakan, seakan-akan berada di tempat tersebut.

Anak Jack Sully mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Diajak oleh anak-anak dari kepala suku tempat tersebut, dia berada di lokasi yang sangat jauh. Dari dalam laut, dia diserang oleh makhluk laut mirip ikan. Rupanya, dia diselamatkan oleh makhluk yang lebih besar lagi. Makhluk itu pun menjadi teman dari anak Jack Sully.

Pihak militer justru ingin mengambil sesuatu dari makhluk tersebut yang katanya berharga sangat mahal, sampai 80 juta dolar. Mereka menangkap makhluk itu justru tidak dengan perikemanusiaan. Kasihan melihatnya. Seakan-akan kita tidak rela makhluk itu disakiti. Seharusnya sih memang begitu, ada kepedulian kita terhadap makhluk yang hidup di laut.

Perang pun memang terjadi di wilayah tersebut. Melalui perantaraan laut, Jack Sully dan kroni-kroninya kembali harus bertarung melawan militer. Ada cara licik yang dilakukan musuhnya, yaitu: menyandera anak-anak Jack. Namun, akhirnya perjuangan Jack cukup membuahkan hasil, meskipun ending dari film ini terasa menggantung dan sangat perlu untuk dilanjutkan ke film yang ketiga.

Arti The Way of Water

Dilihat dari bahasanya, The Way of Water memang berarti jalan air. Dari awal film sampai kira-kira pertengahan, yang mana ini lautnya? Ternyata, baru diceritakan pasca keluarga Jack Sully diincar militer.

Film yang berdurasi cukup lama membuat saya betah. Meskipun saya tidak membeli popcorn atau makanan lain, hanya minuman, itupun bawa dari kamar hotel, tetapi saya cukup puas.

Mata saya seakan-akan tidak mau melewatkan satu detail pun. Apalagi suasana penonton cukup mendukung. Dalam film Avatar ini, cukup banyak jumpscare. Lho, bukannya jumpscare itu khas film horor? Ya, tidak juga sih, intinya kita harus siap-siap kaget pada beberapa adegan.

Film ini mengajarkan arti keluarga bagi Jack Sully. Ada waktu khusus dia bermain bersama istri dan anak-anaknya. Ada waktunya pula dia kencan dengan istrinya. Saya tidak tahu, tanggal berapa mereka menikah dan saya lebih tidak tahu lagi, kenapa saya tidak diundang di pesta pernikahan mereka?

Kencan berdua antara suami dan istri itu memang perlu lho! Biasanya, suami dan istri sibuk mengurus anak-anak. Suami sering keluar rumah untuk mencari nafkah. Ketika sudah pulang, dia mungkin langsung tidur, tidak memanfaatkan waktu bercengkerama dengan istrinya. Padahal, istrinya mau cerita banyak tentang aktivitas di hari itu, tetapi suaminya belum bisa mendengarkan.

Jack Sully mendidik anaknya cukup tegas, apalagi anak yang laki-laki. Mereka dilibatkan dalam pertempuran melawan militer, tetapi posisinya bukan sebagai penyerang awalnya. Sedangkan istrinya punya pandangan yang sedikit berbeda dengan Sully. Tonton saja deh, bagaimana pandangan istrinya tersebut?

Dari sosok Jack Sully, kita bisa belajar tentang keberanian. Melawan militer yang lebih kuat, dia tetap nekat melawan. Bahkan bertarung dengan musuh utamanya di film ini. Bertarung di dalam kapal yang tentunya di atas laut.

Jack Sully dan istrinya pastinya belum pernah ikut seminar atau kelas parenting. Misalnya ikut kelas dr. Aisah Dahlan maupun Ustadz Bendri Jaisyurrahman. Namun, justru saya bisa belajar dari kisah mereka, bahwa punya anak itu tidak sekadar punya, tetapi bagaimana harus bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka, kini dan nanti. Jack adalah sosok ayah penyayang dan memang begitulah seharusnya.

Dan, tibalah inti dari tulisan kurang bermutu ini. Apa yang dimaksud The Way of Water versi saya? Ternyata, bukan karena pertarungan dalam film tersebut kebanyakan di air laut, melainkan hubungannya dengan air kencing. Ruang studio yang sangat dingin, ditambah saya tidak pakai jaket, betul-betul menyiksa saya saat mau kencing. Mau keluar ke toilet tanggung, karena jangan sampai melewatkan momen penting di film Avatar tersebut.

Saya berpikir juga, The Way of Water ini alias jalan air kencing untuk keluar, apakah nantinya harus mengantri lama setelah menonton bioskop? Bukankah saya nanti kalau mau kencing, pinjam toilet bioskop? Kan tidak mungkin saya bawa toilet sendiri.

Jadi, The Way of Water artinya saya menunggu kesempatan film ini selesai, lalu saya bisa kencing. Alhamdulillah, kesempatan itupun tiba. Pada pukul 00.30 lebih, filmnya selesai. Luar biasa, saya sampai menonton film selarut itu.

Setelah membuang hajat yang tertahan lama, saya pun berjalan kaki lagi kembali ke hotel. Alhamdulillah, tiba dengan selamat dan tidak kena apa-apa di jalanan yang sepi.

Bagi kamu yang ingin menonton film ini, silakan saja. Film ini bisa ditonton semua umur, namun jangan juga bayi baru lahir, langsung kamu ajak nonton.

Adanya film ini bisa mengajarkan ke keluarga kamu untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Lautnya saja jernih sekali, bening, dan tidak ada sampah sama sekali. Sementara laut kita, hem.. Terlihat jernih di atas, tetapi di bawahnya, sudah banyak sampah dari sungai, maupun dari pengguna laut itu sendiri.

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.