Bagaikan Melempar Bola Basket dengan Memantulkannya ke Lantai

Bagaikan Melempar Bola Basket dengan Memantulkannya ke Lantai

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Terdengar filosofis, bagaikan melempar bola basket dengan memantulkannya ke lantai. Apa kaitannya dengan resume ke-15 pelatihan menulis bersama Om Jay dan PB PGRI ini?

Kita tahu, bola basket adalah permainan yang cukup populer setelah sepakbola. Sama-sama memakai bola, dan sama-sama dimainkan pula oleh manusia. Ya, iyalah!

Meluncur ke Bawah

Ketika melempar bola basket dengan memantulkannya ke lantai, maka itu bisa dimaknai sedang turun. Dan, yang namanya turun, pastilah ke bawah. Mana ada sih turun ke atas?

Tidak cuma turun, tetapi langsung keras menghantam lantai. Duor!! Begitulah bunyinya. Itu bunyi bola basket menghantam lantai atau meletus balon hijau ya?

Kita ambil filosofi turunnya itu. Apa yang turun dalam hal ini? Apakah celana? Eits, jangan berpikir yang aneh-aneh dulu!

Celana turun bisa dimaknai perut sudah tidak lagi gendut. Berarti dietnya berhasil dong? Selamat deh!

Kondisi yang Pas

Turun dalam tulisan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi pandemi yang masih melanda di negeri ini. Apakah itu? Tentu dong, tidak usah diingatkan lagi, pandemi corona alias covid-19.

Jangan dikira covid-19 itu gampang dan mudah diatasi, karena angka 19 itu. Dikira masih ABG begitu ya, umur 19 tahun?! Hehe…

Baca Juga: [Kupas Tuntas] Solusi Lengkap Masalah Keluarga Lewat Blog Satu Ini!

Pandemi corona memang menurunkan yang seharusnya tidak turun. Saya ambil satu contoh, bisnis. Ya, pandemi ini menurunkan hampir semua bisnis, termasuk bisnis buku.

Hem, masih juga bicara buku pada era sekarang? Bukankah minat baca masyarakat Indonesia masih rendah? Eits, tunggu dulu! Simak dulu tulisan ini sampai selesai.

Untuk Pertama Kali

Bagaimana rasanya ketika kita mencoba sesuatu untuk pertama kalinya? Yah, mungkin ada rasa senang. Namun, biasanya ada rasa kikuk, takut, grogi maupun galau alias tidak PD.

Saya ditunjuk untuk menjadi moderator dalam materi penulisan bersama seorang praktisi perbukuan dari Penerbit Andi Offset, Jogja. Berikut bannernya:

melempar-bola-basket-dengan-memantulkannya-ke-lantai-1

Pengalaman saya menjadi moderator dalam sesi tersebut adalah cukup senang dan tertantang. Intinya, moderator adalah penghidup suasana. Waktu dimulai dari 19.00 WIB atau 20.00 WITA di tempat saya.

Pelatihan satu materi tersebut berlangsung selama dua jam. Sesi materi dan tanya jawab.

Hal yang menarik adalah dari pernyataan moderator sebelumnya, bahwa ketika penanya yang masuk japri ke saya tidak banyak alias sedikit, maka sayalah yang harus berperan aktif. Okelah, kalau begitu.

Saya memang berusaha membuat pelatihan malam itu lebih cair dan terkesan santai, tetapi tetap serius. Makanya, saya mengeluarkan humor-humor ringan khas saya.

Nyatanya, saya lihat mereka kok tidak tertawa ya? Oh, rupanya karena grupnya sedang dikunci. Cuma admin yang bisa kirim pesan. Ohh, pantas!

Baca Juga: [Dahsyat] 13 Kiat Mantap Cara Menang Lomba Blog, Langsung dari Ahlinya!

Untuk kesan lainnya ketika saya menjadi moderator, mungkin itu saja sih. Tidak ada perasaan khusus, biasa saja. Mungkin yang membaca tulisan ini ingin juga menjadi moderator?

Narasumber pada hari Jum’at (06/11) adalah Agustinus Subardana, Direktur Pemasaran Penerbit Andi. Tentu, yang akan diulas adalah tentang teknik pemasaran buku ketika pandemi corona ini. Apa saja itu?

7 Dampak Pandemi Terhadap Penjualan Buku

Menurut Agus Subardana, ada 7 dampak yang mengikis penjualan buku, di antaranya:

  1. Jaringan toko buku tutup. Ini bukan dikarenakan sudah tengah malam, lho! Artinya memang benar-benar tutup.
  2. Ingat dengan larangan berkumpul dan selalu jaga jarak. Orang-orang yang sebenarnya cinta membaca dan ingin membeli di toko buku, takut dengan wabah corona sehingga tidak datang ke sana.
  3. Omzet toko buku turun, bisa 60-90 %. Waow, ini jumlah yang cukup besar!
  4. Jumlah produksi buku dikurangi dan penyalurannya ke toko buku juga dibatasi.
  5. Gulung tikarnya penerbit. Meskipun ada juga penerbit yang tidak pakai tikar di kantornya, tetapi tetaplah istilah itu dipakai untuk unit usaha yang tidak lagi buka.
  6. Cara atau strategi pemasaran buku kurang bisa maksimal karena tidak bisa bertemu langsung alias bertatap muka. Ada juga lho orang yang mesti ketemu seperti itu agar lebih paham dengan buku-buku promosi.
  7. Uang untuk membeli buku dialihkan ke belanja lainnya. Bisa beralih ke kesehatan, misalnya: membeli masker, suplemen-suplemen,

Penerbit Andi Sebagai Penerbit Senior

Agustinus menyampaikan bahwa Penerbit Andi sudah memasuki usia 40 tahun. Sudah 15.000 judul buku yang telah diterbitkan. Coba sebutkan judulnya apa saja! Bisa?

Jumlah buku yang wah sekali ini, dikelompokkan ke dalam 32 kategori. Silakan diakses websitenya saja, andipublisher.com.

Oleh karena sudah banyak pengalaman, maka langkah-langkah yang dilakukan oleh Penerbit Andi adalah:

1. Melalui Website

Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa pemasaran online, apapun itu lewat website atau toko di dunia maya. Bisa dibuat lewat Facebook melalui Facebook marketplace, Instagram, Whatsapp atau bikin platform sendiri.

Sekelas penerbit Andi, pastilah ada toko onlinenya. Adanya internet, membuat jangkauannya sangatlah luas. Orang di manapun, selama masih tinggal di bumi dan menangkap sinyal internet, bisa membuka web Penerbit Andi.

Itu kalau dilihat dari sisi bisnis. Untuk pribadi, membangun sebuah website juga oke, bahkan sangat oke. Seperti website ini yang menampung aneka tulisan.

Yang paling banyak dan berturut-turut adalah resume penulisan bersama Om Jay dan PB PGRI. Wuih, lap keringat dulu, saking banyaknya!

2. Komunitas

Manusia adalah makhluk sosial. Artinya, ketergantungannya sangat tinggi terhadap orang lain.

Adanya komunitas memang mewadahi kebutuhan sosial tersebut. Sasaran Penerbit Andi jelas komunitas baca dan kalau perlu yang suka menulis juga.

Untuk memancing komunitas tertarik dengan promosi Penerbit Andi, maka bisa dilakukan dengan bedah buku, pameran buku, acara buku maupun kerja sama dengan pihak toko buku yang masih bertahan.

3. Pemasaran Langsung

Meskipun masih pandemi corona, tetapi ada daerah yang tidak masuk dalam zona merah. Ada yang zona kuning dan hijau.

Sedangkan bagi orang yang saling jatuh cinta, biasanya sih masuk zona pink. Wah, kalau yang itu, harus cepat diselamatkan!

Pada daerah dengan zona kuning dan hijau corona, bisa diterapkan promosi secara langsung. Menemui pihak sekolah maupun kampus.

Jika langsung seperti itu, maka pihak yang dituju Penerbit Andi bisa melihat langsung buku-buku terbitan yang dibawa. Selain itu, lebih menjalin hubungan intens antara penerbit dengan pihak akademik tersebut.

Kesimpulan

Melempar bola basket dengan memantulkannya ke lantai itu pertama gerakannya akan turun, memantul, lalu balik lagi ke kita.

Seperti itulah kondisi akibat pandemi. Turun terlebih dulu, tetapi tidak boleh cuma fokus dengan keadaan turun tersebut.

Harus kita buat memantul. Mesti dikembalikan lagi ke kita.

Cara pemasaran seperti yang dilakukan Penerbit Andi sejatinya berusaha untuk memantulkan keadaan. Tidak menyerah dengan keadaan.

Pandemi memang terjadi, tetapi semangat untuk bangkit dan terus berkembang mesti tetap terbentang.

Dan, kita belajar dari Penerbit Andi. Bahwa sesulit apapun kondisinya, janganlah menyerah!

Baca Juga: Waow, Jadi Referensi Metode Pembelajaran Online dengan Video! (Resume 4 Belajar Menulis Bersama Om Jay dan PB PGRI)

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

6 Comments

  1. mantaps resumenya, dan ejaannya sudah sesuai PEUBI, kayak sudah paham aja nich Pak Ahsan tentang PEUBI. ooo ya lupa saya kurang paham, kalau Pak Rizky sudah kayak bernapas berhadapan dengan PEUBI. top pokoke, sukses pak ketua

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.