Tidak Lagi Dianggap Anak dan Dicoret dari Kartu Keluarga? Ini Contohnya!

Tidak Lagi Dianggap Anak dan Dicoret dari Kartu Keluarga? Ini Contohnya!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Setiap orang di dunia ini pastilah lahir dari sebuah keluarga. Kerja sama yang erat antara suami dan istri. Namun, yang terjadi ini bikin miris juga.

Sebenarnya, tidak ada keluarga yang sempurna. Memang, masing-masing ada kekurangan. Mungkin si bapak kurang rambut, waduh, botak maksudnya. Ibunya kurang punya tubuh yang langsing. Apalagi setelah punya anak banyak. Sedang yang anak-anak, malah kurang ajar. Hehe..

Ada di Medan

Pernah ke Medan? Bagi yang belum, pastilah kalah dengan orang Medan sendiri yang tiap hari bolak-balik di Medan. Ya, iyalah.

Kejadian tidak lagi dianggap anak terjadi di Medan, Sumatera Utara. Kalau diputus dari anggota keluarga, berarti notabene dicoret juga dari kartu keluarga. Hem, jangan tanya ya, Mas, kartu keluarga kok bentuknya bukan kartu, malah surat? Lha, saya sendiri juga bingung. Lha itu SIM alias Surat Izin Mengemudi, malah bentuknya kartu hayo…?!

Baca Juga: Tips Aman Pakai dan Lepas Masker di Restoran

Biasanya, jika ada orang pasang iklan di koran, seputar kematian. Orang yang meninggal diumumkan di koran dan disertai dengan ucapan belasungkawa. Kalau kejadian ini, termasuk kematian atau tidak ya? Karena ibaratnya, sudah tidak lagi dianggap anak dan dicoret dari kartu keluarga, bukankah seakan-akan tidak ada kehidupan lagi? Masa sih ada orang bisa hidup tanpa keluarga. Adakah?

Melalui Twitter

Hey, masih ingat dengan Twitter, media yang sepertinya sudah banyak ditinggalkan orang itu. Sekarang orang lebih tertarik kepada konten video, semacam TikTok. YouTube pun agak mulai tidak banyak dilirik, karena durasinya yang lumayan lama. Untuk menonton video saja, banyak yang maunya cepat saja. Memang sih, jika terlalu lama, bisa menurunkan tingkat konsentrasi. Makanya, video TikTok yang singkat-singkat itu jadi daya tarik tersendiri. Meskipun yah, musiknya banyak sekali dan joget-jogetnya pun susah untuk dihindari.

Lalu, tentang berita diputus jadi anggota keluarga dan dicoret dari kartu keluarga itu pertama kali dunggah oleh akun @menteridigital, Kamis (17/12/2020). Katanya, hal itu terjadi di Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatra Utara.

Apa Alasannya?

Iklan koran tersebut anak kandungnya tidak mau mendengarkan nasihat sang ibu lagi. Makanya, anak muda bernama Erwin/Awen tersebut tidak diakui lagi sebagai anak. Wuih!

“Mulai hari ini 16 Desember 2020 tidak saya akui lagi sebagai anak, karena ianya tidak mau mendengarkan nasihat dan kurang ajar, serta melawan terhadap saya, sehingga menyusahkan saya sebagai orang tuanya,” tulis ibu itu dalam laman iklan tersebut.

Tidak cuma itu, ibu tersebut juga memberikan pernyataan bahwa segala perilaku anaknya sudah menjadi tanggung jawabnya sendiri. Nah, kejadian begini pastilah langsung viral. Pasti juga ramai komentar warganet di Twitter.

Baca Juga: Toxic Parents? Apa Itu? Bagaimana Cara Menghadapi Toxic Parents?

Apakah banyak yang terkejut? Oh, wajar saja, namanya juga iklan yang tidak biasa. Eits, tapi tunggu, kata sebagian netizen Medan, iklan seperti ini ternyata umum dipasang di media cetak daerah tersebut. Koran khusus Analisa Medan memuat iklan semacam itu.
Jika sampai terjadi tidak dianggap anak dan dicoret dari kartu keluarga, maka masalah yang muncul karena si anak sering berbuat onar. Bisa juga karena anak tersebut dikejar-kejar utang. Hem, utangnya sih tidak mengejar-ngejar, orang yang kasih utang yang begitu. Benar ‘kan?
Berbuat onar, nakal, bahkan kejahatan sekalipun, dengan adanya iklan semacam itu, maka keluarga yang bersangkutan tidak ikut menanggung kesalahan anak tersebut. Tanggung sendiri lah, yauw!

Kesimpulan

Kondisi sudah tidak ada lagi namanya di kartu keluarga, apakah akan terjadi selamanya ya? Bagaimana jika suatu saat anaknya itu jadi baik lagi? Jadi tidak berbuat onar lagi, apakah mau diterima?
Kejadian seperti itu, entahlah, darimana akar masalahnya? Apakah anaknya yang mulai berbuat onar, ataukah orang tuanya yang tidak sabar? Bisa saja anaknya itu mencontoh perilaku orang tuanya. Mungkin pula suasana keluarga di rumahnya sangat menyeramkan, melebihi seramnya rumah hantu. Atau karena tidak ada pihak ketiga yang bisa membantu, seperti psikolog misalnya.
Ah, yang namanya hubungan orang tua dan anak itu memang tidak bisa diputus. Bagaimana mau diputus, darah dan daging ayah ibunya menempel di badan anak tersebut kok. Masa anaknya mengembalikan darah dan daging itu ke orang tuanya atau orang tuanya meminta lagi, kan tidak mungkin.
Ketika di dunia, pemutusan hubungan itu mungkin tidak terlalu masalah, artinya masih bisa diperbaiki, lah. Mungkin efek besarnya adalah anak tersebut tidak mendapatkan warisan. Namun, ketika sudah di akhirat, banyak sekali keluarga yang putus hubungan. Hal yang menyedihkan, ketika benar-benar terputus, satunya ke surga, satunya ke neraka. Naudzubillah min dzalik.

Baca Juga: Saran Psikolog, Belajar dari Kasus Orang Tua Bunuh Anak Sendiri di Lebak, Banten

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.