Takut Sendiri, Tapi Belum Berani Berdua, Terus Maunya Apa?

Takut Sendiri, Tapi Belum Berani Berdua, Terus Maunya Apa?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Takut sendiri? Tapi masih belum siap untuk berdua dan punya pasangan? Memang hal ini bisa jadi dilema bagi anak muda, di antara dua pilihan. Apa solusi terbaiknya. Yuk, simak berikut ini!

Hakikat manusia adalah selalu mengharapkan yang terbaik. Kasidahnya, aduh salah tulis, kaidahnya adalah mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Manusia mana sih yang mau menderita? Tentunya hampir tidak ada. Hampir semuanya ingin yang enak, nyaman, lancar, mulus dan pokoknya gitulah. Tahu sendiri.

Kalau status di KTP, cuma ada dua: belum atau sudah kawin. Jomblo masuk di kategori belum kawin. Sudah menikah, ya, sudah kawin. Pacaran? Tidak masuk di KTP lah yauw!

Makanya, gara-gara KTP, orang bisa diketahui dia pacaran atau tidak? Itu lho banyak berita penggerebekan, karena memang tidak ada KTP. Bener ‘kan? Makanya, mereka kena razia karena sudah terbukti pacaran. Tolong, raziakan juga itu ya, jangan sampai orang lain tahu!

Orang sering melihat statusnya, karena semua akan ada komentarnya. Namanya juga orang, punya mulut, lidah, gigi, meskipun kadang tidak punya otak. Sembarang saja dikomentari. Ketika jomblo, dibully. Sudah menikah, masih dibully. Ada yang begitu? Oh, banyak! Jadi yang benar mana nih? Mana yang lebih baik bagi seseorang? Lebih bagus dulu ketika belum menikah atau sudah punya pasangan?

Dua Status

Jomblo belum tentu sedih, begitu pula menikah belum tentu bahagia. Ada jomblo yang nyaman saja dengan kehidupannya, malah berkah dan bermanfaat bagi orang lain. Contohnya ulama Imam Nawawi Rahimahullah. Beliau tidak menikah sampai akhir hayatnya. Namun, karyanya masih bisa dinikmati sampai saat ini, misalnya: kitab Hadits Arbain An-Nawawiyah. Dan masih banyak lagi.

Sedangkan yang sudah menikah, justru tidak bahagia, kalau berakhir dengan perceraian. Talak. Lebih enak talak pondoh memang. Itu lho, buah manis dari Jogja. Betapa banyak, suami menceraikan istri, atau istri menggugat cerai suami karena persoalan yang sebenarnya masih bisa diselesaikan dengan baik.

Asalkan bukan karena salah satunya pindah agama, maka pernikahan masih dapat diselamatkan. Atau salah satunya, sudah tidak mau lagi sholat, maka itu alasan yang kuat untuk berpisah. Tapi, kalau alasannya ekonomi, maka ini bikin pusing juga. Secara kewajiban, suamilah yang bertugas mencari nafkah. Istri yang banyak menuntut, bisa jadi biang perceraian.

Baca Juga: Renungan Penuh Hikmah Saat Mengambil Uang di ATM

Jomblo dan bully memang bisa diibaratkan gorengan dengan lombok hijaunya. Terasa enak dengan pedasnya yang menggigit. Tapi ini enak bagi yang melontarkan itu. Membully jomblo, jelas lebih enak bagi yang mengatakannya. Sementara jomblonya sendiri? Jelas perasaannya tergoreng. Lebih hangus dibandingkan pisang goreng, tempe, bakwan atau tahu. Dia tahu itu.

Sementara kalau sudah menikah, masih dibully ketika pasangan suami istri itu belum dikaruniai keturunan, meskipun kenaikan sudah, yaitu: kenaikan gaji dan tunjangan. Begitu sudah lahir anak, tetap bisa dibully jika melihat kondisi anak. Itu yang dapat dialami oleh ibu yang telah melahirkan. Namanya baby blues. Ini cukup berbahaya.

Berpijak dari situ, entah itu pemuda atau pemudi, remaja atau remaji, ikhwah maupun akhwat, bisa dilanda penyakit bimbang, meskipun nama bapaknya Bambang. Dia merasa ragu, bagusnya memang masih jomblo saat sekarang atau lebih bagus menikah cepat ya? Pada akhirnya, dapat muncul kalimat seperti judul di atas. Dan, pertanyaan selanjutnya adalah: jadi maunya apa nih?

Pembenaran dan Jawabannya

Semua yang Meragukan Selalu Ada Jawabannya

Jomblo sering berkelakar ketika terus dibully oleh keluarga maupun teman sebaya. Dia bilang bahwa matahari saja jomblo, tetapi sinarnya mengalir ke seluruh permukaan bumi. Membagi sinarnya untuk semua makhluk. Betulkah matahari itu simbol dari jomblo?

Rupanya salah besar! Matahari itu justru punya pasangan, yaitu: bulan. Bahkan diibaratkan mereka itu suami istri. Matahari ibaratnya suami yang ke luar rumah di siang hari untuk mencari rezeki sekaligus membagi rezeki ke semua yang membutuhkan. Sedangkan bulan pada malam hari, untuk menampakkan keindahannya dan menjadi penyedap bagi yang mau beristirahat. Pas ‘kan?

Baca Juga: 7 Kiat Meningkatkan Pengembangan Diri Secara Luar Biasa

Ada lagi spanduk, Indonesia ini merdeka karena bersatu, bukan berdua! Nah, ini juga keliru, karena bersatu itu tidak selalu orang atau bendanya cuma satu. Ada pula suami istri yang sering bersama sehingga seakan-akan menjadi satu jiwa. Jadi, merdekanya negara ini pasti adalah hasil dari semua komponen rakyat yang bekerja sama. Ditambah ridho Allah, dong tentunya.

Apalagi ya perumpamaannya? Oh, ya, ada yang mengatakan lebih baik sendiri daripada berdua, berkaca dari sandal jepit. Ada pasangannya, kanan dan kiri, tapi tempatnya di bawah. Masih mending songkok atau peci yang dipasang di kepala. Satu saja, sendiri, tetapi ditaruh di atas kepala.

Padahal setiap songkok itu selalu mempunyai dua sisi, kanan dan kiri juga. Mereka berpasangan satu sama lain membentuk songkok yang enak dipakai di kepala. Nah, tetap berpasangan bukan?

Nikmati Hidupmu

Sebenarnya, takut sendiri atau belum siap untuk menikah itu tidak perlu terjadi. Sebab, semua itu memang keadaan yang akan kita jalani. Ketika takut sendiri, cobalah lebih sering kumpul bersama teman-teman. Melakukan kegiatan positif bersama mereka. Jangan cuma di kamar, terus main PUBG (Permainan Untuk Bikin Goblok) atau Mobile Legends (legendanya HP). Ke luarlah dari rumah, sepanjang itu perlu, untuk dapat manfaat ke banyak orang juga.

Ketika akan menikah, tidak ada yang 100 % siap, apalagi sampai 150 %, lebih-lebih 200 %. Menikah itu bukan harus sempurna dulu, karena ternyata sempurna itu adalah nama perusahaan pembuat rokok. Betapa banyak orang menikah masih dengan banyak kekurangan, tetapi justru setelah menikah, Alhamdulillah, Allah banyak memudahkan mereka.

Kalau kita hidup selalu harus berdasarkan apa kata orang, ingatlah tentang kisah bapak dan anak naik keledai. Ketika bapaknya naik, anaknya di bawah, dikomentari: “Ini bapak nggak sayang anak. Masa bapaknya yang lebih kuat, sementara anaknya harus jalan kaki?!”

Dibalik, sang bapak turun, anaknya naik, masih dikomentari: “Anak kurang ajar, tidak menghargai orang tua. Dasar anak durhaka! Harusnya dia yang turun, bapaknya yang naik.”

Naik dua-duanya, malah dikritik tidak berperikeledaian. Menyiksa binatang. Terus, turun semua, tidak ada yang naik keledai, dibilang, kenapa ada keledai tidak dimanfaatkan? Kalau sudah begini, maka yang marah adalah keledainya! Dia marah sambil mengacungkan pedang: “Cerewet banget sih yang komentar terus!”

Repot ‘kan kalau sampai dikejar keledai marah?! Mau lari ke mana tuh?

Mana yang Terbaik?

Ketika merasa takut sendiri, terus terpaksa mencari pasangan, tapi tidak lewat pernikahan, maka jelas ujungnya adalah pacaran. Hal ini bisa terjadi karena dalam suatu komunitas, entah cowok atau cewek, tinggal dia sendiri yang masih jomblo. Lainnya sudah punya pacar. Akhirnya, tinggal dijodohkan saja satu cowok dengan satu cewek supaya kelihatan mereka punya pacar. Kelihatan punya pasangan begitu.

Ada juga orang tua yang risau dengan anaknya di malam Minggu, tidak ada mengapeli. Tidak ada apel malam. Padahal jangankan apel malam, apel pagi saja bisa membosankan kok! Padahal kata pelawak motivator, Setyawan Tiada Tara dari Jogja, mengatakan bahwa: “Lebih baik malam Minggu sendirian daripada malam pertama sendirian.”

Jika ada pilihan itu, yang mana akan kamu pilih?

Jadi, sampai di sini, solusinya apa? Sebelum membahas itu, ketika panas, manusia akan mencari hujan. Saat hujan terus, kok tidak panas-panas ya? Jemuran susah kering, ke mana-mana juga susah. Cuma punya motor, malah kehujanan.

Inilah uniknya orang Indonesia, sebagian lho! Sudah tahu di negara kita cuma ada dua musim, kemarau dan penghujan, masih juga tidak punya mantel sendiri. Ketika hujan, nebeng berteduh.

Selanjutnya, ketika takut sendiri, tetapi belum berani menikah, apa yang harus dilakukan? Sebenarnya normatif dan kamu pastinya sudah tahu, bahwa apapun keadaan yang kita alami, maka itulah yang terbaik. Belum menikah alias masih jomblo, maka mungkin saja Allah melihatnya kamu memang belum siap. Kalau dipaksakan menikah, takutnya malah hasilnya tidak bagus.

Bagi yang sudah menikah, kok belum punya anak, masih ada waktu untuk romantis-romantisan terus berdua. Sebelum ada anak yang bisa jadi waktu untuk bersama cuma berdua jadi berkurang. Meskipun sebenarnya, sudah menikah tapi setahun belum ada anak, perlu diperiksakan itu. Jangan sampai, terus berlanjut dan tidak tertangani dengan baik.

Terus, solusi untuk takut sendiri dan belum berani berdua, maka gampang saja sih. Cobalah yang sudah menikah membantu yang belum menikah. Bisa dengan membantu mencarikan jodoh, membantu dari segi keuangan, membantu proses pernikahan dan lain sebagainya. Atau membantu dalam arti memiliki si jomblo itu dan dimasukkan ke dalam bahtera rumah tangganya. Kamu ngerti maksudnya ‘kan?

Sekian dan terima gajih, eh, terima kasih!

Baca Juga: Motivasi Untuk Menikah dengan Biaya Sendiri, Berani?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.