3 Manfaat Mempelajari Ilmu Parenting

3 Manfaat Mempelajari Ilmu Parenting

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Meskipun kamu dan pasanganmu dahulu sering terlambat masuk kelas, sekarang masih bisa kamu lakukan belajar ilmu yang satu ini. Apa itu?

Ilmu ini menyangkut kehidupanmu, pasanganmu, dan anak-anakmu, pokoknya keluargamu secara utuh. Namanya adalah ilmu parenting. Ilmu yang biasanya melekat dan perlu dipelajari oleh para orang tua. Hey, meskipun kamu menikah usia muda dan punya anak masih kecil pula, tetap kamu sudah dinamakan orang tua ya! Jangan diingat bahwa orang tua adalah juga merek minuman yang begitulah.

Siklus Kehidupan

Yang namanya siklus kehidupan ini jauh lebih luas daripada siklus haid. Kalau siklus haid mungkin tidak teratur, lebih sering maju, tetapi siklus kehidupan pastilah sudah teratur. Sudah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sudah dicatat. Pena untuk mencatatnya pun sudah kering. Jadi, kita jalani saja yang ada. Ada story Instagram yang saya baca kemarin. Skenario terbaik itu memang dari Allah karena jalan ceritanya susah untuk ditebak.

Dikatakan siklus kehidupan itu sejak lahir, dari awalnya sperma, membuahi sel telur, sebelumnya jadi zigot, akhirnya diberi nama Sigit! Jadi bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, menikah, tua, meninggal. Masing-masing dari kita berbeda-beda fasenya. Atau ada yang merasa di luar fase-fase itu sekarang?

Siklus kehidupan yang umumnya menimbulkan masalah tidak ringan adalah saat menikah. Ini benar-benar kehidupan yang baru dijalani oleh anak manusia. Ketika sudah menikah, maka akan banyak perubahan. Tidak lagi tergantung kepada orang tua yang telah mengasuhnya sejak kecil. Harus mulai mandiri – maaf tidak promosi bank – termasuk menghidupi keluarga sendiri. Tidak mudah memang menjalaninya, butuh persiapan yang matang. Namun juga persiapannya jangan sampai gosong ya karena terlalu matang.

Salah satu persiapan yang harus ada adalah ilmu parenting seperti yang ditulis di awal paragraf ini, masih ingat bukan? Ilmu ini cocoknya memang dipelajari sebelum menikah. Yah, sebelum dapat jodoh atau sebelum laku, lah. Kalau belum laku-laku, ya, tetap harus terus belajar. Jika setahun belum laku, maka tunggulah dua tahun, mungkin sama juga. Lah.

Persepsi

Biasanya, belajar itu identik dengan dunia sekolah atau bangku sekolah. Makanya, bangku sekolah bisa menjadi tempat belajar yang efektif, misalnya: menuliskan rumus-rumus Fisika atau Matematika di situ. Kalau belajarnya waktu ujian tentu saja itu namanya mencontek, bukan belajar lagi namanya! Mungkin pelakunya menerapkan sistem CBSA yang artinya Contek Bila Situasi Aman!

Ilmu parenting sering muncul kebutuhannya justru setelah lulus sekolah atau kuliah. Waktu kuliah mungkin tidak terpikir mau belajar ilmu tersebut. Mungkin di kepalanya masih ingin hura-hura, asal bukan huru-hara. Ingin menikmati masa muda. Ingin bersenang-senang, waktu menjadi orang tua atau tua nanti sajalah dipikirkan.

Padahal, justru semakin awal belajar parenting akan semakin bagus. Sebab, bahasannya sangatlah luas. Mungkin ilmu parenting itu dianggap hanya berkutat urusan mendidik anak. Namun, mendidik anak itu yang seperti apa? Jangan sampai nantinya malah jadi mendadak mendidik anak. Mendadak, terus mendidik, wuih keren juga pemilihan katanya!

Orang yang tidak mempelajari ilmu parenting mungkin merasa nanti akan berjalan dengan sendirinya. Eh, memangnya pakai baterai, kok berjalan dengan sendirinya? Bisa jadi, dalam persepsinya, mendidik anak itu mencontoh cara mendidik orang tuanya dahulu. Apakah itu selalu benar? Ya, ada benarnya, tetapi mungkin lebih banyak salahnya. Makanya, butuh tipeks bila lebih banyak salahnya.

Menerapkan pola pendidikan zaman dahulu ke masa sekarang jelas tidak tepat. Kalau orang tua dahulu, anaknya salah sedikit, eh, dia melepaskan ikat pinggang. Hah, tidak melorot itu celana? Untungnya tidak, bukan melorot, melainkan melotot! Sambil seperti itu, anaknya dicambuk beberapa kali pakai sang ikat pinggang. Ada di sini yang pernah dibegitukan? Apakah akan membalas nanti ke anak-anaknya? Semoga saja tidak ya, meskipun sudah tingkatan sabuk hitam, janganlah begitu. Hey, bukannya sabuk itu memang rata-rata warnanya hitam?

Anak-anak jaman now, begitu istilahnya, tidak bisa dikasari. Sebab, kalau diperlakukan begitu, mereka akan tidak terima, paket kali kok tidak terima? Bisa jadi akan membalas ke orang tuanya, atau makin menjauh. Ini yang repot. Menjauh dari orang tua itu dikhawatirkan masuk ke pergaulan yang tidak benar. Penyalahgunaan narkoba misalnya. Pergaulan bebas. Itu tidak bisa dipungkiri dan dipungkanan berasal dari relasi hubungan orang tua dan anak yang tidak enak. Ini juga pemilihan katanya keren, anak terus ke tidak enak. Wah, memuji diri sendiri terus!

Pola pendidikan anak zaman sekarang juga erat sekali dengan gawai. Mata mereka seperti menempel erat ke layar HP. Tanpa disadari, pengaruh buruk dari HP mudah masuk ke pikiran mereka. Kedekatan mereka dengan HP mungkin saja lebih besar daripada kedekatan anak dengan orang tuanya sendiri. Jangan-jangan nanti HP itu dianggap seperti orang tua? Wah, ini yang mengerikan! Beda kalau orang tuanya memang HP, alias kepanjangan dari pasangan Handoko dan Pratiwi.

Pernikahan Sampai Berumah Tangga

Tugas orang tua memang berat, bahkan sangat berat. Walaupun rata-rata orang tua juga memiliki badan yang berat, tetapi untuk urusan mendidik anak itu tidak hanya terkait di dunia saja, tetapi sampai ke akhirat nanti. Malah, tugas itu lebih dibebankan lagi ke pundak suami atau ayah. Tugasnya bukan semata-mata dan setelinga-telinga memberi nafkah, melainkan juga menyelamatkan istri dan anak-anaknya dari siksaan api neraka. Nah, bagaimana ayah mau menghindarkan keluarganya dari neraka kalau dia tidak tahu ilmunya? Ya ‘kan?

Selain itu, anak adalah amanah dari Allah. Meskipun kamu punya istri bernama Aminah, tetaplah anak adalah amanah. Apalagi jika punya istri bernama Hasanah, Hamidah, sampai Waljinah.

Ilmu parenting ini tidak hanya berasal dari ilmu-ilmu psikologi yang umum kita kenal. Namun, juga berasal dari ilmu agama Islam. Misalnya: cara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam berakhlak mulia dengan keluarganya. Atau para sahabat beliau yang mengisahkan secara indah pergaulan dengan istri dan anak-anak mereka. Bahkan, kisah tentang ilmu parenting ini bisa mudah ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: kisah Luqman dengan anaknya. Luqman bukanlah seorang nabi, melainkan orang saleh yang diangkat kisahnya oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an.

Begitu pula kisah hubungan yang mesra antara Nabi Ibrahim alaihissalam dengan putranya, Nabi Ismail alaihissalam. Saya baru menonton video seputar parenting tadi, mengapa dalam Al-Qur’an kok cuma disebut dialog antara ayah dan anaknya? Mengapa tidak ada dialog antara ibu dengan anaknya? Rupanya, Al-Qur’an menyebutkan seperti itu dengan menyebutkan contoh komunikasi yang bagus antara ayah dan anak. Sosok ayah memang tidak banyak bicara, tidak seperti ibu. Kalau sosok ibu atau emak-emak, tidak perlu disuruh, sudah bicara. Itu kadang susah direm dan kadang susah dikendalikan, ibaratnya mau mengendalikan motor ke kiri, eh, lampu seinnya justru ke kanan.

Pernikahan termasuk ibadah yang paling panjang dalam kehidupan manusia. Dimulai dari akad nikah dan berakhir sampai menginjakkan kaki di surga. Itu kata Ustadz Salim A. Fillah. Ternyata, panjang banget ya? Harapannya memang bisa berkumpul sekeluarga lagi di surga. Itulah reuni yang paling indah. Jauh melebihi reuni sekolah di dunia ini yang arahnya sih jadi ajang pamer. Ya, pamer harta, mobil, pekerjaan, anak-anak. Kok tidak ada yang pamer istrinya dua atau tiga begitu ya?

Mempelajari ilmu parenting itu memang sangat penting. Ini bukan karena rima bahasanya, ting dan ting, jadinya malah Ayu Tingting, wah! Dalam tulisan ini, akan dibahas beberapa manfaat mempelajari ilmu tersebut. Namanya beberapa tidak akan terlalu banyak, tidak akan sampai 1.000 poin. Selain poinnya memang tidak sampai 1.000, saya sendiri juga bingung, apa mau ditulis sebanyak itu? Poinmu sendiri sudah sampai berapa sih? Sudah ditukar belum?

Baiklah, kita mulai saja membahas manfaat mempelajari ilmu parenting. Silakan simak sambil minum kopi. Kalau tidak ada kopi, boleh juga pergi ke tempat fotokopi. Lah, hubungannya apa lho?

1. Pembentukan Karakter Anak

Setiap anak itu memang unik, masing-masing sudah ada karakter. Ini tidak ada kaitannya dengan SMS yang mencapai 160 karakter atau Twitter yang mencapai 280 karakter.

Nah, jika anak sudah dengan sifatnya yang asli, maka orang tua perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghadapinya. Ini yang dibahas dalam ilmu parenting.

Jangan disamakan semua anak. Ada anak yang dimarahi, dia ikut marah. Ada juga yang dimarahi, dia sabar. Ada yang tidak dimarahi, eh, si anak malah yang marah-marah. Pokoknya, sifat dan karakter anak itu diulas dengan lebih mendalam melalui ilmu parenting. Itulah manfaat mempelajari ilmu parenting yang pertama.

2. Pendidikan Awal Bagi Anak

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Itu adalah kalimat yang menjadi lirik lagu soundtrack Keluarga Cemara. Sinetron tersebut pernah saya tonton dahulu waktu saya belum menikah dan punya anak. Otomatis dahulu masih berada dalam fase imut-imut yang maksimal. Sekarang yang maksimal adalah amit-amitnya.

Salah jika mengatakan sekolah adalah tempat pendidikan yang utama bagi anak. Justru pendidikan anak yang pertama itu dari keluarga, dari rumahnya. Ibaratnya, ibu adalah guru pertama, sedangkan ayah adalah kepala sekolahnya. Nah, pertanyaannya, terus penjaga sekolahnya siapa dong?

Anak adalah peniru yang hebat. Peniru yang ulung. Kita pasti tahu itu. Dari keseharian anak-anak bergaul dan bercengkrama dengan orang tua, maka meniru itu akan dilakukannya. Makanya, orang tua perlu jaga sikap yang baik di depan anak. Seperti teman saya yang punya anak, hampir semuanya punya hafalan Al-Qur’an. Masya Allah. Katanya, salah satu tipsnya adalah kalau bertengkar dengan istri janganlah di depan anak. Ini bukan berarti, “Nak, kamu balik badan dulu ya, Ayah dan Ibu mau bertengkar.” Tentu bukan begitu, melainkan mencari tempat khusus suami dan istri tersebut tanpa dilihat atau disaksikan anak.

Ini juga menjadi warning bagi ayah yang perokok, apalagi perokok berat. Eits, rokoknya tidak sampai tiga kilogram saking beratnya, tetapi frekuensinya yang sangat banyak. Saya mendengar sendiri seorang perokok mengatakan bahwa merokok itu memang tidak bagus, tetapi dia tidak bisa menghindarinya. Tidak bisa berhenti darinya. Ah, masa sih? Buktinya kalau sudah mati, berhenti juga merokoknya ‘kan? Mana ada yang masih lanjut?

Manfaat mempelajari ilmu parenting dalam poin kedua ini membuat ayah dan ibu selalu menjaga diri dalam bersikap dan bertindak. Jangan sampai dicontoh anak perilaku orang tuanya yang jelek dan akhirnya menjadi dosa jariyah. Ingat, ada amal jariyah dari anak-anak yang saleh, ada pula dosa jariyah bagi anak-anak yang salah.

3. Meningkatkan Keterampilan dalam Mendidik Anak

Ibaratnya, itimurnya, kita membeli HP baru. Mungkin belinya di konter terdekat, HP dengan merek terkenal. Hem, meskipun mempunyai HP merek terkenal, tidak serta-merta membuat kita terkenal di seluruh dunia lho!

Setelah membeli barang tersebut, pasti di dalamnya ada buku panduannya bukan? Ada buku petunjuknya. Nah, sama dengan anak. Untuk mendidik dan mengelola anak, pasti ada buku panduannya. Buku tersebut sudah disusun dengan baik oleh para pakar parenting. Baik itu benar-benar buku parenting, maupun penjabaran dari buku lewat seminar, talkshow, kursus, maupun sharing-sharing biasa lewat media sosial.

Orang tua yang belajar parenting tentunya akan lebih siap dalam mendidik anak. Sejak anak masih dalam kandungan, lahir, tumbuh jadi anak-anak, remaja, hingga dewasa nanti. Setiap tahap kehidupan anak pastilah butuh ilmu parenting yang berbeda pula. Mengasuh bayi tidak sama dengan mengasuh remaja. Kalau bayi pakai diayun-ayun dulu sebelum tidur, sementara remaja ayun-ayun badannya juga sebelum tidur, maksudnya olahraga dulu. Wuih, keren!

Sarananya Mudah dan Murah

Mempelajari ilmu parenting sekarang sudah gampang. Aneka media sudah menawarkan diri untuk menjadi tempat belajar yang menyenangkan belajar parenting. Tinggal kita sebagai orang tua memilih yang mana paling pas, baik dari segi waktu maupun kesempatan. Eits, bukan hanya orang tua sebenarnya, melainkan yang masih muda pun boleh kok belajar ilmu parenting.

Saya dahulu ketika masih mahasiswa membaca buku parenting juga. Walaupun saat itu belum menikah, apalagi belum punya anak, pacar pun tidak punya. Ternyata, ilmu yang saya pelajari ada manfaatnya sekarang ketika saya punya tiga anak dan satu istri. Jangan ditulis terbalik antara jumlah anak dan istri ya!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

17 Comments

  1. Terimakasih banyak atas share penting infonya. Saya sangat terhibur dan mudah mencernanya apalagi diselingi dengan kalimat-kalinat humoris. hehehe

  2. Ilmu parenting sangat dibutuhkan untuk kita yang blm mnikah ataupun sudah menikah..
    Terimakasih Pak sangat bermanfaat..

  3. Zaman sekarang mudah sekali menemukan literatur ttg parenting di internet, berbahagialah mahmud dan Pamud..
    Tdk seperti zaman kami muda, mendidik anak2 gak pk kursus2 atau baca2.. krn aksesnya yg susah..

  4. Wah keren mas, pas masih mahasiswa bacaannya buku parenting, aku dulu bacanya apa yaaa, novel menye2 hahaha 😛
    Belajar parenting nih emang menyesuaikan zaman juga ya, sembari juga mencocokkan sama budaya keluarga kyknya #imho 😀

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.