“Bayangkan bila kekerasan seksual itu menimpa ibumu, saudara perempuanmu atau bibimu. Relakah kamu?”
Banyak orang tidak menyadari bahwa kekerasan berbasis gender itu tidak hanya kekerasan seksual. Ada jenis kekerasan fisik, psikis/emosional, ekonomi, dan penelantaran. Kekerasan seksual tidak harus berwujud tindakan perkosaan. Namun, bisa dalam bentuk candaan atau isyarat pada tubuh atau fungsi reproduksi orang lain tanpa persetujuannya. Indikatornya: paksaan!
Hal itu terlihat dari rekaman webinar Kekerasan Berbasis Gender dan Kampus Merdeka dari Kekerasan Berbasis Gender. Keduanya dipersembahkan oleh Cerdas Berkarakter Kemendikbud.
Konsep Pencegahan yang Ditawarkan
Tindakan hukum memang menjadi solusi. Namun, penjara belum tentu mendatangkan efek jera bagi pelaku kekerasan berbasis gender. Ada baiknya dilakukan pencegahan terlebih dulu. Seperti apa?
Ormas nasional, Wahdah Islamiyah, telah menjalankan konsep yang berguna untuk membantu membentuk karakter cerdas melalui kegiatan tarbiyah. Kegiatan ini berpijak pada kebutuhan paling dasar dan hakiki manusia, yaitu: agama. Nilai agama yang diajarkan dengan benar, akan membentuk karakter yang cerdas pada diri pemeluknya.
Mengapa Tarbiyah?
Secara umum, tarbiyah adalah kelompok-kelompok kecil dengan fokus mendalami ajaran agama Islam yang bisa diikuti masyarakat umum maupun anggota dan simpatisan dari Wahdah Islamiyah. Bagaimana tarbiyah ini mampu menghadirkan solusi mencegah kekerasan berbasis gender? Berikut penjabarannya:
1. Transfer Ilmu
Tarbiyah adalah transfer ilmu antara guru dengan murid secara intens. Hubungan antara keduanya lebih dekat. Bahkan bisa jadi lebih dekat daripada hubungan keluarga karena membicarakan keimanan.
Murid tidak cuma mendapatkan ilmu paling mendasar, yaitu: belajar Al-Qur’an, tetapi juga pengaplikasiannya. Ajaran Al-Qur’an jelas banyak yang melarang kekerasan berbasis gender.
2. Terbuka
Aneka masalah bisa diungkapkan lewat tarbiyah. Para pelaku kekerasan berbasis gender pastilah punya masalah sebelumnya dan tidak terselesaikan. Solusi masalah yang ada dikembalikan sesuai aturan agama.
3. Pelepas Dahaga Rohani
Kalau orang mencari ketenangan di tempat lain, bisa jadi di tempat hiburan, maka di tarbiyah, bisa didapatkan di masjid dan berkumpul dengan sesama orang saleh. Vibrasi positif akan lebih melembutkan hati dan itu menjadi semangat untuk berbuat baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
4. Terpisah
Kegiatan tarbiyah laki-laki dan perempun terpisah. Diajarkan untuk tidak banyak berinteraksi dengan lawan jenis agar tidak muncul hasrat untuk melakukan kekerasan berbasis gender.
Pembiasaan seperti itu perlu, karena sumber dari kekerasan berbasis gender, salah satunya adalah kedekatan antarlawan jenis yang terlalu bebas dan tanpa kontrol.
5. Meraba Lebih Dalam
Untuk mencegah kekerasan berbasis gender, pembina tarbiyah memberikan gambaran nilai-nilai Islam. Salah satunya adalah seandainya kekerasan berbasis gender dalam bentuk kekerasan seksual terjadi pada orang lain, pastilah kita juga tidak ingin terjadi begitu pada keluarga sendiri. Benar ‘kan?
Jadi, konsep itulah yang mesti ditanamkan pada benak setiap orang, bahwa setiap korban kekerasan berbasis gender, pastilah ada keluarga yang menyayanginya.
Kesimpulan
Tarbiyah ini rutin dilakukan oleh Wahdah Islamiyah, tetapi tidak menutup kemungkinan akan menjadi #GerakBersama organisasi atau kelompok lain, bahkan masyarakat umum. Mencegah kekerasan berbasis gender lebih baik dengan pendekatan agama, karena itulah esensi paling hakiki dari setiap insan.
Permasalahan kekerasan berbasis gender dapat muncul dalam bentuk baru. Apakah ini akan dibahas dalam webinar Cerdas Berkarakter selanjutnya? Kita tunggu saja!
saya juga ikuti kampanye ini. Bravo !
Mantap, Pak! Yuk, lanjutkan!
Terima kasih informasinya. Semoga menambah kesadararan dan kepekaan kita.
Sama-sama bu. Terima kasih juga sudah berkunjung.
Pencerahan , pemahaman berbasis agama menang pilihan tepat 👍👋🙏
Intinya begitu Bu. Agama adalah solusi yang paling tepat untuk masalah ini.
Kampanyenya paten! Hmm … Kalau saya masih tahap ikut lombanya doang 😆
Lho, nggak ikut lombanya pak?