Jawaban yang Telak Saat Kamar Berantakan Dibilang Seperti Kapal Pecah

Jawaban yang Telak Saat Kamar Berantakan Dibilang Seperti Kapal Pecah

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Masih sering di rumah saja? Jadi kaum rebahan? Lebih banyak di mana? Kamar ya? Mungkin seringnya kamu di kamar, jadinya malah kamar berantakan. Terus, jadi mirip kapal pecah. Waduh! Bagaimana menjawabnya itu ya?

Pada dasarnya, setiap orang memang tidak bisa dilepaskan dari yang namanya kamar. Sejak lahir, ditempatkan di kamar bersalin. Pulang, ditaruh lagi di kamar, mungkin bersama kedua orang tua kita.

Terus, mulai agak besar, dari bangun tidur ke kamar mandi, begitu juga ketika akan tidur, juga ke kamar mandi. Bahkan, mungkin di antara kamu, ada yang lebih sering lagi ke sana.

Cari inspirasi. Walah, apa juga mau didapat di sana?

Lanjut, mulai dewasa, masuk ke kamar pengantin. Wuih, senangnya jadi pengantin baru, bisa punya kamar sendiri, bersama dengan orang yang kamu cintai pula!

Kamu bebas mau ngapain aja secara halal dan legal, serta bebas dari kekhawatiran banyak orang.

Namun, ingat, lho, jangan salah mengucapkan kalimat. Misalnya, ketika acara resepsi, ada tamu yang datang, mungkin itu temanmu, terus kamu bilang, “Makasih ya selamatnya. Semoga kamu cepat nyusul!”

Nah, bagaimana kalau temanmu itu tiba-tiba masuk kamarmu? Jelas kamu akan kaget!

Ternyata, alasannya, “Lho, katanya tadi disuruh cepat nyusul!”

Kamu mau jawab apa coba?!

Terus, setelah berakhirnya hidup, bisa dimasukkan ke dalam kamar mayat. Sebuah kamar yang sering jadi shooting film komedi, eh, misteri.

Konon, katanya banyak yang mistis di situ. Namun, jangan dulu bikin film horor tentang hantu virus Corona ya!

Sebab, ‘kan tidak seru kalau sesama hantu saja menjauhinya karena takut tertular.

Mungkin juga baru pertama kalinya ada hantu pakai masker. Ah, semoga saja keadaan wabah ini cepat berlalu ya! Aamiin.

Persepsi Tentang Ruangan Bernama Kamar Itu Sendiri

Apakah kamu pernah dibilang oleh orang tuamu, bahwa kamar berantakan punyamu kayak kapal pecah? Saya sendiri pernah.

Dan, memang waktu itu, saya belum punya asisten pribadi untuk membersihkan kamar saya. Widih, asisten pribadi. Jangan bilang, ibu adalah asisten pribadi lho!

Justru yang ada kebalikannya. Anak harus bantu ibu. Bukankah memang seharusnya begitu?!

Ketika saya belum sempat membersihkannya atau menunggu saat rotasi bumi, bulan dan matahari berada pada posisi yang tepat, ibu sudah ngomel-ngomel. Mengatakan kamar saya seperti kapal pecah.

Padahal, sesuai dengan jiwa keaktifan saya yang lebih banyak aktif rebahan, perkara kamar menjadi bersih itu memang susah-susah sulit.

Toh, dari pulang sekolah, baca buku, belajar, atau ada tugas-tugas lain, untuk merapikan kamar memang membutuhkan waktu.

Saking capeknya, sudah terlanjur tertidur atau istrirahat, eh, waktu itu saya belum punya istri deng, jadi yang benar adalah istirahat.

Besoknya, terburu-buru lagi saat akan ke sekolah, otomatis kamar jadi berantakan lagi. Kapal pecah lagi. Kapan dibersihkan kalau begitu?

Kerugian yang Dialami

Membaca berbagai artikel lain di Google tentang kamar yang berantakan, memang lebih banyak mendatangkan kerugian, baik materiil maupun immateriil.

Pastilah kamu tahu ciri-ciri orang dengan kamar berantakan. Malah dari kondisi kamarnya, bisa tercermin kepribadian orang yang berantakan pula.

Apa ada manfaat kamar berantakan? Yang ada malah kerugian itu tadi.

Hal yang paling menjengkelkan adalah kamu akan kesulitan untuk menemukan barang yang seharusnya cepat ketemu. Kunci motor misalnya.

Kunci yang bentuknya lebih kecil daripada motor kita itu mungkin kita taruh di atas kasur. Lalu, pas kita rebahan, terjatuh, ketendang, masuk ke kolong kasur, lalu bercampur dengan barang lain.

Kebingungan, panik, pusing, marah-marah, menjadi satu dan campur-campur, semuanya ada di sini. Padahal, awalnya ‘kan dari masalah sederhana, ketlingsut kunci karena kamar berantakan.

Itu adalah kerugian materiil. Kamu jadi telat masuk kerja, masuk kuliah dan itu jadi kerugian buat kamu.

Kerugian immateriil, saat ada teman datang ke kamarmu. Dia lihat, wah, kamarnya! Apa kamu tidak malu?

Yah, mungkin kalau kamu PD, tidak masalah kalau kamu dikatakan pribadi yang tidak rapi.

Tapi, coba lihat dalam hati kecilmu, sebutan yang tidak baik memang cocok bagi orang yang tidak bisa menjaga kebersihan dan kerapian lho!

Ingat Masa Lalu

Sementara bagi kamu yang kreatif, pastilah tidak masalah dengan kondisi kamar yang berantakan.

Konon katanya, bahwa orang yang kreatif itu meski kamarnya berantakan, tetapi ide-ide segar tetap muncul di kepalanya.

Ada pula yang mengatakan bahwa kamar orang jenius semacam Albert Eistein juga sering berantakan.

Jika kamarnya rapi dan bersih, rasanya kok malah kurang nyaman. Seakan-akan jadi homogen begitu.

Sementara yang dibutuhkan adalah bahan-bahan bermutu dari berbagai sudut pandang, ibarat barang-barang yang terhambur dan enak dipandang, bagi dia lho.

Namun, ada satu jawaban jika kamu ditegur oleh ibu, saudara, maupun teman kamu ketika melihat kamar berantakan yang betul-betul berantakan ibarat kapal pecah. Bilang saja begini, “Lho, bukannya nenek moyangku dulu orang pelaut?!”

Bukankah setiap pelaut itu pastilah menggunakan kapal? Entah itu kapal besar maupun kapal kecil untuk berlabuh sampai ke pantai.

Setiap pelaut yang berhasil bukan dilahirkan dari laut yang tenang, melainkan dari badai, angin kencang, ombak bertubi-tubi, goncangnya kapal dan lain sebagainya.

Apalagi di malam hari, waktu yang seharusnya untuk istirahat, justru harus dihadapkan dengan badai yang menggila.

Ditambah dengan si pelaut itu yang jadi nakhoda, maka dia harus mengambil keputusan terbaik demi keselamatan diri dan anak buah kapalnya.

Jika sampai kapal pecah, maka itulah buah dari perjuangannya dalam menaklukkan masalah. Dalam menuntaskan badai.

Menyelamatkan diri dari terjangan angin dan ombak ganas di siang maupun malam. Kapal pecah masih bisa dibikin lagi, tetapi kalau sudah semangat berlayar yang pecah, ditambah perjuangan yang tidak lagi membuncah, maka itulah awal dari rasa menyerah. Kalah.

Nenek moyang kita seorang pelaut yang tangguh di medan berair asin itu. Mengarungi samudera dan melindungi tanah kelahirannya dengan penuh semangat dari musuh.

Semangat yang bergelora masih menjiwai setiap kita yang menjadi anak cucunya. Bahkan, kerajaan terbesar saat itu, Majapahit dan Sriwijaya dikenal memiliki armada laut yang sangat tangguh.

Jadi, kamar berantakan seperti kapal pecah adalah sebuah simbol dari pemiliknya yang berusaha untuk tetap semangat, melesat dan terus melejit di tengah kehidupan dunia yang makin sengit.

Barang-barang seperti buku terhambur, pakaian tidak teratur atau kunci yang tidak jelas ke mana, maka itulah simbol kehidupan. Ada kalanya tidak rapi, ada kalanya berantakan.

Tergantung kita bagaimana mau menjalaninya? Apakah menyerah begitu saja atau terus bangkit untuk menyongsong kesuksesan?

Nah, kira-kira kalau jawaban itu kamu sampaikan ke ibumu bagaimana kira-kira ya? Saya cuma menulis ini lho, berhasil tidaknya, pecah tidaknya kamar kamu, tetap jadilah seperti pelaut yang tangguh.

Apalagi kalau kamarmu benar-benar dimasuki air alias kebanjiran, meski bukan air laut, pertanda bahwa kamu perlu untuk membuktikan semangatmu yang tadi itu.

Namun, sebelum hal itu terjadi, mungkin sih, kalau saya, ada waktu dirapikan saja, deh ya! Bukankah Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.