Kalimat yang sering kita dengar – mungkin lho ya – adalah antara aku, kamu, dan dia. Ini biasanya ada di lagu-lagu picisan dan sok romantis. Tapi, kenyataannya memang ada lho! Bahkan dengan yang bukan manusia. Hii, apaan tuh?
Dalam hidup ini, setiap orang sebenarnya sudah ada pasangan masing-masing. Yang halal, ya, suami dan istri. Suaminya laki-laki, sedangkan istrinya perempuan. Meskipun, ada juga yang sampai bertukar posisi. Suami jadi istri, istri jadi suami.
Misalnya begini, suami yang harus jaga anak, memasak, menyapu, mengepel, dan aktivitas membersihkan rumah lainnya. Sementara istrinya bekerja di luar rumah. Mencari uang. Mungkin suaminya baru saja dipecat secara cepat. Gara-gara pandemi alias covid-19. Jadinya menganggur, sementara istrinya masih ada pekerjaan. Suami pun nebeng untuk sementara. Dari segi penghasilannya.
Kehadiran Pihak Ketiga
Antara aku, kamu, dan dia, berarti si dia ini adalah pihak ketiga. Lho, apakah ada yang selingkuh di tengah-tengah? Eits, tunggu dulu! Jangan dulu suudzon jelek. Wah, suudzon itu sudah artinya berprasangka buruk je, masa ditambahi jadi suudzon jelek? Hehe…
Baca Juga: Mencuekin Rasa Cuek
Pihak ketiga tidak selalu teman selingkuh, baik istri maupun suami. Tapi bisa saja, orang tua salah satu pihak yang ikut campur. Ikut mengatur, dianggapnya anak dengan pasangannya hanya main pengantin-pengantinan. Hanya pura-pura menjadi suami istri. Serba hal pun diaturnya, karena si orang tua merasa punya pengalaman.
Jadi, jika mengacu kepada kalimat “antara aku, kamu, dan dia”, maka tergantung kepada masing-masing suami istri. Bisakah suami menjadi pemimpin yang sebenarnya? Dan, bisakah istri menjadi yang dipimpin sebenarnya? Suami pandai memimpin, tetapi istri tidak pandai dipimpin, ini akan kacau juga.
Kalau pihak ketiga berupa manusia, maka selesaikan secara baik-baik. Tidak perlu, lah, sampai berbuat kriminal atau kejahatan yang berlebihan. Sebutan “pelakor” itu ‘kan bukan disalahkan satu pihak saja. Adanya pelakor, kalau suami tidak membuka ruang, ‘kan tidak jadi juga. Ya toh?
Demikian juga dengan pebinor. Setiap suami mestinya mengecek HP istrinya ada apa saja? Istri tidak perlu mengecek HP suaminya. Lho, kok begini, Mas?
Kaidahnya jelas, apabila ada tamu yang tidak disukai suami, maka istri tidak boleh menerima. Istri tetap tergantung izin suami. Itu kalau ada tamu secara fisik datang di rumah, sementara ada juga yang datang secara online. Lewat media sosial. Dari chat nyasar, menjadi perasaan yang makin membesar.
Makanya itu, antara aku, kamu, dan dia, si dia ini notabene adalah sebuah benda canggih. Sebuah komputer yang terlipat dan menjadi benda pipih agak panjang. Aneka fasillitas yang menggiurkan ada di dalamnya. Benda itu adalah gadget alias gawai. Bukankah gawai itu bukan manusia? Cocok ‘kan dengan judul?
Kesibukan Masing-masing
Pernah melihat suami dan istri sibuk sendiri dengan gawainya masing-masing? Oh, sudah banyak kalau kamu mau mencari. Kesibukan mereka ada di dunia maya, sedangkan di dunia nyata, mereka tidak saling berkomunikasi.
Suami mungkin komunikasi dengan grup teman-teman kantornya. Atau grup pecandu sepakbola, membahas klub tertentu misalnya. Atau main game online. Atau nonton film.
Istri juga sibuk ngerumpi dengan teman Dharma Wanitanya. Mengulas gosip terbaru dari artis nasional maupun internasional. Mereka juga membahas sinetron yang sedang tayang, misalnya: Ikatan Cinta. Mengulas kok jalan ceritanya jadi begitu? Bagaimana nasib Aldebaran? Bagaimana pula nanti lebaran? Lho, kok nyambungnya ke situ ya?
Kalau suami dan istri sudah sibuk dengan gawai, maka keromantisan akan hilang. Kebersamaan merajut mahligai rumah tangga juga tidak akan seperti dulu. Gawai telah banyak merenggut waktu yang seharusnya dilalui pasangan suami istri secara intens. Hiburan yang ditawarkan lewat gawai dirasa lebih menghibur daripada suami atau istrinya yang mencoba untuk menghibur pasangannya.
Jika sudah seperti itu, siapa yang salah?
Oh, ya, sebelum masuk ke kesimpulan, mungkin ada yang bertanya, kok istri tidak perlu mengecek HP suami? Sedangkan suami harus mengecek HP istri?
Begini, dosa istri itu bisa suami membiarkan dan tidak menasihati, maka suami ikut berdosa. Nah, kalau istri aneh-aneh dengan gawainya, maka suami bisa kena itu. Beda halnya dengan suami yang berbuat dosa dengan gawainya. Istri tidak ikut menanggung. Meskipun, yah, tetap harus dikasih tahu, lah. Masa dikasih tempe?
Kesimpulan
Agar lebih langgeng, kiranya suami maupun istri mengubah kalimat “antara aku, kamu, dan dia” dengan menghilangkan si dia itu. Menjadi antara aku dan kamu saja.
Lho, Mas, tapi ‘kan HP tidak bisa dihilangkan sama sekali? Nanti mau telpon atau WA-nan pakai apa hayo?
Yah, memang tidak dihilangkan sama sekali sih, cuma memang harus diatur waktunya. Kapan waktu untuk pacaran suami dengan istri, kapan waktunya buat main HP?
Kira-kira, yang bagus mengatur jamnya bagaimana ya, Mas?
Lho, kok tanya saya? Memangnya saya ini tukang jam?
Sini tanya sama saya, saya kasih tahu. Mantap, Pak.
kirain bukan manusia itu makhluk ghaib pak…hehe
Bukan, hehe..
gawai kan memang begitu,
mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat
serem!
Lebih serem daripada yang biasa muncul di malam Jum’at kliwon. Haha..
Antara aku dan kamu tidak mengenal. Yang aku tahu, kamu tulisannya keren.
Salam kenal, ya. Saya memang kurang aktif di grup.
Wah, asyik banget kalo dah baca tulisan Mas Rizky, ga bosenin, jd suka senyum2 sendiri hahaha…
Btw ke mana aja Mas?
Alhamdulillah, terima kasih, Ambu. Di sini-sini saja kok, cuma memang ada pekerjaan lain.
Haiiii,,,kemana saja nih? bagus tulisannya membuat say senyum sendiri, dan itulah yang terjadi sekarang, pihak ketiga bukan hanya selingkuhan saja, tetapi hp pun bisa menjadi pihak ketiga yang menakutkan. Terimakasih sudah mengingatkanku .
Iya, nih, Bu, terasa menghilang ya? Mau coba aktif lagi ini di grup.
Pak Rizky cerita yang lucuy?🤭🤭
Alhamdulillah, makasih Bu. Mencoba menulis dengan sudut pandang yang sedikit berbeda.
Pihak ketiganya ternyata bukan tukang jam yaaa… Heheheheh.
Terimakasih atas tulisan yang mengingatkan
Sama-sama, Pak, saling mengingatkan. 🙂
Tukang jam tugasnya memperbaiki jam bukan mengatur jam. He he. Terimakasih idenya orang ketiga itu HP. Ada yg bilang ‘setan gepeng’
Nah, ini malah baru saya tahu istilah setan gepeng untuk HP.
Suka.. karena tulisan bisa membuat seseorang menyadari arti hidup berumah tangga..
Dan selalu menahan dari bisik²kan..
Bisik-bisik tetangga? Kayak lagu dangdut aja, Bude.
Haha..bisikan setan pak.
Keren. Saya suka gaya bertuturnya. Mengena. Kok tanya saya, memangnya saya tukang jam he he he
Makasih Pak..