Risih

Risih

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Risih. Begitulah perasaanku yang kurasakan sekarang ini. Sebuah kata yang mewakili kondisi hatiku, tidak nyaman dan sama sekali tidak mengenakkan.

Semuanya lagi dan lagi karena media sosial. Aku tidak perlu sebut media apa atau aplikasi apa, yang jelas media untuk komunikasi antarmanusia. Ya, sebab tidak mungkin mau komunikasi dengan jin pakai aplikasi itu.

Hem, tapi sepertinya lebih pas deh kusebutkan saja. Aplikasi populer berwarna hijau. Kamu pasti tahu ‘kan?

Hubungan Kerja

Awalnya, hubungan kami hanyalah hubungan kerja. Ya, sebatas itu. Kerja yang memang bermanfaat untuk banyak orang. Meskipun yang aku dapatkan cukup. Bukan cukup banyak, tapi cukup sedikit. Cukup buat makan. Karena makanku memang ditanggung oleh tempat kerjaku.

Aku pun tinggal di situ. Bergabung dengan teman kerjaku yang lain. Sementara dengan dia, tidak sama-sama tinggal di situ. Gila apa sama-sama? Yang jelas, sebatas hubungan kerja. Titik.

Mulai Bergeser

Hubungan tersebut kok kurasakan makin hari makin aneh ya? Aku sih tadinya biasa-biasa saja, tetapi trik-triknya terlihat tidak biasa. Terasa tidak sewajarnya. Dia tahu namaku, tahu nama lengkapku. Dari aplikasi hijau itu, dia mulai berburu aku lewat media lain. Kali ini media yang berwarna biru. Ah, kamu pasti juga tahu itu, lah.

Dia mulai add aku. Hem, kutahu kalau itu adalah dia, tidak kupenuhi. Tidak kuapprove. Kucuekin saja. Toh buat apa menambah pertemanan di situ. Bukankah di aplikasi hijau tadi sudah cukup? Kok sekarang mau nambah di sini? Buat apa coba?

Dia hapus permintaan pertemanan itu. Eh, pada hari lain, dia nyosor lagi. Mau mencoba masuk lagi. Aku tetap pada pendirianku, bahwa aku tidak akan menerima permintaan pertemanan itu. Cukuplah di aplikasi hijau saja. Itu sudah sangat cukup. Toh hanya sebatas hubungan kerja. Tidak kurang, tidak lebih.

Akhirnya, dia sudah berhenti berjuang lewat jalur situ. Kembali ke aplikasi hijau. Dari situ, dia mulai menyuntikkan kata atau kalimat yang melenceng. Kata-kata yang seharusnya formal, untuk sebuah hubungan kerja, menjadi bagaimana ya? Pokoknya aku tahu dia itu bermodus. Ada yang lain di hatinya. Ada niat jelek, kurasa begitulah.

Aku yang masih gadis, perlu dong membentengi diri. Aku tidak mau juga disalahkan, kalau sampai hubungan kerja ini jadi hubungan yang merusak rumah tangganya! Pada memori hapenya, aku juga jelas tidak tahu, aku ini disimpan namanya sebagai apa? Jangan sampai istrinya tahu, jangan sampai istrinya baca! Wah, aku kok jadi takut sekali ya?

Selalu Up to Date

Sebagai seorang pebisnis online, usahaku memang seputar perlengkapan baju muslimah. Ya, seperti itulah yang kamu tahu, jilbab syar’i dan lain sebagainya.

Agar promosinya lebih kuat, aku suka sekali bikin story lewat aplikasi hijau itu. Apalah aku posting, sembarang saja. Sekadar mengingatkan teman-teman kontakku bahwa aku punya produk. Punya jualan. Punya sesuatu yang bisa mereka miliki dengan menukarkan uang mereka.

Eh, dia sering sekali membaca storyku itu. Bahkan, dia termasuk yang pertama kali. Gila juga itu orang! Baru beberapa detik saja, dia lihat, baca, tonton. Sepertinya dia memang menunggu. Stand by dengan hapenya yang aku tidak tahu merek apa.

Ketika aku pulang dari tempat kerjaku, dia juga lihat. Waktu aku di mobil, pemandangan jalan yang kusorot, dia juga lihat. Akhirnya, dia jadi tahu keseharianku. Jadi tahu aktivitasku.

Rasa-rasanya jadi seperti suami saja. Tahu segala hal tentang detik demi detik kegiatanku. Dan, ini yang membuatku risih. Hubungan kerja menjadi hubungan yang tidak benar. Menjadi hubungan yang rusak, katakanlah begitu.

Sebenarnya, aku sudah memberi kode untuknya. Tiap dia chat, aku jarang sekali membacanya. Makanya, centangnya masih abu-abu, bukan biru. Kalau biru berarti ‘kan dibaca oleh lawan chatnya.

Kode itu semestinya diartikan bahwa aku tidak mau chat-chat sama dia, di luar hubungan kerja yang seharusnya. Toh juga, kenapa dia mesti chat aku? Bukankah banyak juga temannya yang laki-laki? Hubungi mereka saja, chat mereka saja. Kenapa harus aku? Aneh ‘kan?

Dan, dia mulai bertingkah makin aneh, makin gila. Pura-pura salah kirim chat. Kubaca lagi. Centang biru untuknya. Ini apa-apaan woy? Maksudnya apa ini? Apakah ini trik barunya untuk terus berkomunikasi denganku? Makin nggak benar itu orang? Makin menyeleweng pola pikirnya. Ujung-ujungnya aku bisa dianggap korban selingkuhannya. Wah, ngeri deh! Jangan sampai, jangan sampai!

Keputusan Sudah Kuambil

Hanya blokir satu-satunya yang bisa kulakukan. Dengan cara itu, dia sudah tidak bisa lagi menghubungiku. Aku pun tidak bisa chat dengannya. Toh buat apa? Toh dia bilang ke aku, dia mau mundur dari hubungan kerja ini kok. Terserah dia saja. Terserah semau-maunya dia. Dia juga bukan suamiku, keluarga juga bukan. Cuih!

Nah, ketika sudah terblokir ini, maka aku merasa sangat senang. Hatiku jadi lega. Aku bebas lagi berekspresi dengan keseharianku untuk bikin-bikin story di aplikasi hijau. Dan, dia tidak bisa lihat, tidak bisa cek, dan tentunya tidak bisa komen dengan storyku itu.

Alhamdulillah, aku merasakan nikmat yang sangat besar. Mungkin dia punya sasaran lain. Terserah saja. Aku sudah tidak mau larut dalam taktiknya untuk memperluas hubungan kerja ini menjadi hubungan yang tidak benar. Aku harus jaga diri, jaga hati. Entah, sampai kapan hal itu bisa kuakhiri? Oh, Allah, kapankah datang jodoh untukku?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

25 Comments

  1. Wah, zaman makin uedan ya mas rizki, saya sudah baca curhatan sampeyan di artikel ini. Memang perlu bijak ya mas dalam bersosial media baik dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Sebaiknya secukupnya saja tidak meladeni hal2 yang gak penting2 amat hehe.

    Saya pikir yang nge-add sama-sama cowok mas bisa jadi homo tuh hehe..’
    Soalnya saya pernah mengalami hal yang sama seperti sampeyan. bangke memang ya? hehe

    harus banya2 istighfar mas…. dunia memang makin aneh bin ajaib…

  2. Memang agak risih yac mba, jika status kita di lihat mulu sama lawan jenis, apalagi lawan jenis itu udah bikin kita ga nyaman sebelumnya. Klo udah merasa terganggu dengan seseorang laki atau perempuan aku mah di blokir aja hihihi…

    1. Di zaman sosial media sekarang ini emang harus pintar2 mengatur privasi. Salah-salah semua sisi kehidupan kita terekspos ke dunia luar. Salah satu caranya dengan mengupload yang penting2 saja.

  3. Begitulah sosial media, banyak manfaat banyak mudaratnya jugaa.. yaa pintar2 kita aja menyikapi.. menurut ku kalau sudah risih dengan orang-orang seperti yang disebutkan diatas, yaa blok aja atau hapus akun ganti baru. Heheheh

  4. Ini kisah siapa toh? Fiksi kah. Tapi menurut saya, ya namanya juga kita update status, ya pasti dilihat banyak orang ya. Kalau tidak mau kelihatan, ya jangan update status. Atau bisa diblokir, kayak kasus ini, hehehe… Kasian cowoknya nggak bisa kepo lagi dong

  5. Ini cerpen kah mas? hehe. Cerita oke ih,
    Sering mungkin ada masalah gini kan ya di sehari-hari.
    Cuma sempet bingung kirain orang pertamanya itu cowok, eh ternyata cewek hehe

  6. Saya tak bisa berkata apa setelah selesai baca ini. Bingung juga karena baru tahu sepihak dari tulisan ini.
    Semoga cepat mendapatkan jodoh, ya.

  7. ih risih banget kalo kaya gitu, aku sih bakalan mencak-mencak kalo kaya gitu, lagian kok maksa banget juga ya kan, rasain udh diblokir hahaha

  8. Kalo kata nenek saya, “Secantik-cantiknya perempuan, tetap dia yang dipilih. Sejelek-jeleknya lelaki, tetap dia yang memilih.” Hehehe. Saya gak tahu nih, ceweknya dalam status istri orang, atau tunangan orang, atau masih single. Kalo masih single, wajar beberapa lelaki mendekat, itu artinya masih normal. Tapi kalo udah ada yang punya tetap aja dipepet orang, nah itu lakinya emang iseng tuh. Hehehe. Kalo jodoh, semoga berjodoh. Kalo gak jodoh, ya doa terus sama Allah biar terus dijodohin mas. Hihihi.

  9. Awalnya saya kira ini curhatan pribadi, ternyata fiksi ya? Ini memang fenomena yang jamak sekali terdengar saat ini. Intinya, harus minimalisir interaksi dengan yang bukan mahram dan bicara sekenanya

  10. Diih emang deh yah males banget kalo pdkt nya gini banget. Siapa juga yang ga risih kan? Tapi jadi kepo juga, kenapa sesembak ga mau membuka hati sama abang ini? apakah ada hal yang tidak disukai? Apalagi kan sesembak juga sedang ikhtiar mencari jodoh hehe. Neti kumat deh kepo..

  11. Wah nyebelin banget ya mbak, Alhamdulillah udah aman di blokor gitu. Jaman sekarang kudu berani bersikap tegas biar gak digangguin orang macam itu. Bikin gak nyaman dan itu lho nyebelin banget, aku baca ikutan kesel

  12. Wuih, keren nih mas rizky. Bisa buat cerita dari sisi seorang wanita. Emang sebaiknya seminim mungkin untuk menerima pertemanan berlawanan jenis di medsos, apalagi yang suka kepo gitu. mending diblokir aja daripada gak nyaman.

  13. Media sosial bisa jadi positif atau negatif buat kita. Bisa mendatangkan keuntungan namun bisa juga mendapatkan ancaman. Pokoknya emang harus hati2

  14. Jangan hanya wa aja kak y g diblok..semuanya aja blokir… secara dikasih kode halus orang risih bukannya sadar dan menjauh…malah makin terobsesi..

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.