Wisuda Online: Kebahagiaan Melalui Daring yang Ternyata Memang Kering

Wisuda Online: Kebahagiaan Melalui Daring yang Ternyata Memang Kering

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Beberapa teman saya yang kuliah di Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar melaksanakan wisuda online pada Sabtu (11/09) kemarin. Hem, rasanya kok memang beda ya dengan wisuda saya dulu.

Bagaimana tidak, kebahagiaan wisuda itu ‘kan karena sama-sama berkumpul dengan wisudawan yang lain. Membawa orang tua masing-masing ke gedung kampus tempat berlangsungnya wisuda. Yang wisudawati memakai tampilan menor dan sok cantik sekali. Memakai toga hitam yang pastinya pinjaman dari kampus.

Nah, wisuda online? Haha.. Wisuda yang dilakukan lewat layar komputer atau laptop. Bisa juga dari layar HP sih. Berpakaian rapi dan formal, menyaksikan prosesi wisuda aslinya di kampus sana, dengan beberapa gelintir wisudawan atau wisudawati.

Rektor dan petinggi kampus membacakan nama-nama yang diwisuda. Mereka memakai masker tentunya. Sedangkan yang diwisuda di rumah atau di tempat lain yang bagus sinyalnya. Itulah wisuda online. Ingin menampilkan kebahagiaan secara daring, tetapi sebenarnya garing.

Efek Pandemi

Jelas wisuda online tercipta karena pandemi. Menghindari kerumunan yang terlalu banyak, menghindari jarak antarorang yang terlalu dekat, keduanya bisa berpotensi untuk menularkan virus corona alias covid-19 yang berjilid-jilid variannya itu.

Beberapa teman saya yang wisuda online sebenarnya tahun lalu lulusnya, tetapi baru wisuda sekarang. Entahlah apa yang terjadi? Tapi tadi saya melihat ada dua orang yang tampak bahagia dan senang. Ada juga teman Facebook saya yang posting screenshot di story FB maupun beranda.

Efek pandemi juga memunculkan ucapan-ucapan yang serba online. Melalui gambar meme yang dibacanya “mim” menampilkan ucapan “Selamat”, “Barokallah”, dan semacamnya. Tidak lupa juga ucapan yang selalu mengikut prosesi wisuda, apalagi kalau bukan “Semoga segera menemukan jodoh!” Hem, itu lagi, itu lagi.

Teman-teman saya yang wisuda di STIBA itu mendapatkan gelar SH. Artinya jelas Sarjana Hukum. Meskipun yang dipelajari lebih khusus adalah Hukum Islam, tetapi tetap SH, bukan SHI.

Ada yang mengatakan sih bahwa itu untuk memudahkan saja. Soalnya kalau SHI, nanti yang Nasrani bagaimana? Yang Hindu atau Budha bagaimana juga? Kalau SH, maka itu lebih universal dan tentunya nanti akan memudahkan untuk cari kerja.

Saya juga mengucapkan selamat kepada mereka, baik yang laki-laki maupun perempuan. Yang perempuan saya ucapkan “Semoga ilmunya berkah”. Ya, tentu saja dong, ilmu agama Islam yang didapatkan selama kuliah di STIBA semoga bisa bermanfaat untuk umat ini.

Selanjutnya?

Setelah wisuda online, langkah selanjutnya apa? Kalau dari STIBA Makassar, biasanya sih ada amanah-amanah khusus dari pihak kampus. Mereka ‘kan sudah resmi menjadi dai dan daiyah. Makanya, ditempatkan di daerah-daerah yang dirasa membutuhkan.

Penempatan itu sering memicu permasalahan. Pusat maunya si dai itu berdakwah di daerah A, tetapi ustadz yang membiayai dari daerah asal juga mengharapkan dai tersebut di daerah sesuai si pembiaya. Timbul perbedaan. Si dai itu mau ditempatkan di mana yang benar? Nah, silakan diselesaikan sendiri permasalahannya ya?

Lebih enak sih di kampung sendiri. Bisa kembali berkumpul dengan orang tua atau keluarga inti. Namun, jika di daerah tersebut sudah banyak dai, maka pusat akan mempertimbangkan lain. Lagi-lagi akan muncul masalah di situ. Dan, lagi-lagi diselesaikan sendiri permasalahannya ya?

Penempatan dai ini memang mirip penempatan CPNS. Tergantung dari pusat sebagai “pemilik” resmi orang tersebut. Kalau yang perempuan lebih gampang, karena dia tidak bisa ditempatkan sembarangan. Perempuan atau akhwat ‘kan punya aturan dalam agama ini bahwa tidak boleh bersafar tanpa mahrom. Repot ‘kan kalau aslinya di Sumatra sana, tetapi ditempatkan di Papua? Dari ujung sampai ke ujung.

Yang jelas, wisuda online akan menjadi langkah awal untuk meniti jalan sebagai dai atau profesi lainnya. Jika dirasa wisuda online kali ini memang mengecewakan karena tanpa bisa bertatap muka secara langsung, maka solusinya adalah ambil saja S2. Siapa tahu nanti pas sudah lulus S2, tidak lagi wisuda online karena pandemi sudah selesai. Siapa tahu bukan?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.