LDR Tetap Manis, Pakai IndiHome Mbois

LDR Tetap Manis, Pakai IndiHome Mbois

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Salah satu istilah yang sering muncul dalam hubungan cinta adalah LDR. Mau tahu arti LDR yang serius atau tidak?

Kalau dalam arti seriusnya, LDR itu adalah Long Distance Relationship. Hubungan jarak jauh yang bisa benar-benar jauh secara tempat, bahkan waktu. Namun, ya, sejauh-jauhnya LDR, tetaplah ada di permukaan bumi toh!

Sedangkan arti kocak dari LDR itu bermacam-macam. Misalnya: Lelah Dilanda Rindu. Bagaimana tidak terkena rindu yang mungkin cukup akut, ketika pasangan kita tidak sedang berada satu tempat dengan kita? Saat kita butuh kehadiran fisiknya, eh, yang ada cuma bayang-bayangnya. Yang ada cuma fantasinya nun jauh di sana. Apalagi rindu itu berat kata Dilan. Lebih berat lagi karena kalimatnya digabung. Dilan menjadi dilanda. Ya ‘kan?

Arti kocak yang lain, tetapi bermakna negatif adalah Lah, Dia Raib. Mungkin risiko dari LDR kalau tidak berkomitmen yang kuat, bisa hilang pasangan kita. Raibnya ada pada arti berikutnya dari LDR, yaitu: Lho, Ditinggal Rabi? (Rabi adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti menikah).

Arti yang lainnya, juga masih dalam bahasa Jawa adalah Lunga Dhewe Rapopo (pergi sendiri tidak apa-apa). Biasanya, pasangan itu kemana-mana selalu pergi berdua agar terlihat romantis. Bisa dengan bergandengan tangan, berjalan dekat sekali, pokoknya terasa susah untuk dipisahkan.

Ada satu pasangan LDR, yang perempuan menawari laki-lakinya untuk bergandengan tangan waktu ketemu nanti. Alasannya agar si laki-laki tidak singgah atau menuju ke arena permainan anak-anak. Eh, dijawab sama si laki-laki itu, “Iya, Sayang, biar tidak pergi ke arena mandi bola toh?! Tahu tidak, kalau mandi di sana itu tidak disediakan handuk lho!” Bumbu-bumbu guyonan ringan, tetapi mungkin kering seperti kerupuk, justru bisa memperkuat tali cinta di antara pasangan LDR.

indihome-1

Sedangkan yang betul-betul saya amati ada di kantor saya. Seorang pejabat yang harus menjalani LDR, yaitu: Lama di Rumbia. Istrinya ada di Kendari, sementara dia bekerja di Kabupaten Bombana. Masih dalam wilayah Sulawesi Tenggara sih. Rumbia, lebih tepatnya Kecamatan Rumbia, adalah ibukota dari Kabupaten Bombana. Sementara jarak Kendari – Bombana sekitar 3-4 jam melalui perjalanan darat. Tentunya, perjalanan darat dengan sepeda motor atau mobil. Pakai sepeda akan lebih lama daripada itu. Waduh, siapa juga yang mau pakai sepeda ya?

Beberapa Hal

Ada beberapa hal yang ingin saya ungkapkan kaitannya dengan LDR. Dalam sebuah tayangan komedi yang berjudul “Lapor Pak” di salah satu TV swasta. Ada adegan Andhika memperagakan senjata kepada Uut Permatasari. Tentunya senjata mainan dong, namanya juga tayangan komedi. Katanya, senjata dengan jarak jauh itu tidak efektif. Karena biasanya jarak jauh kandas oleh orang ketiga.

“Hahaha…!!” Riuh tawa penonton di studio yang pastinya kita tahu sendiri, tim mereka juga.

Kandas dalam pengertian Bahasa Indonesia sesuai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti terlanggar (terantuk) pada dasar laut, sungai, dan sebagainya. Contoh: kapal itu kandas di muka pelabuhan. Kalau diibaratkan kapal yang berisi pasangan saling mencintai, maka bisa kandas juga. Terus, kandasnya di pelabuhan lagi. Apalagi kalau bukan pelabuhan cinta, cieh. Pelabuhan sebelum pelaminan mungkin.

Atau bahkan, yang lebih mengerikan lagi, kalau sudah pasangan suami istri, bisa kandas alias berpisah karena LDR. Kalau sudah bicara yang satu ini, tentu korbannya akan lebih banyak daripada sekadar hubungan sebelum pernikahan. Terutama yang akan merasakan adalah anak-anak yang notabene tidak tahu apa-apa dan tidak bersalah. Ayo, deh, bagi yang sudah menikah, berusaha untuk terus mempertahankan pernikahan, apapun keadaannya ya! Semangat!

Cerita Teman Kantor

Sejak 2010, saya tinggal di Kabupaten Bombana ini. Berarti sudah 10 tahun lebih. Saya pernah punya dua teman kantor yang sekarang pindah di Kendari. Satu inisialnya W, satunya adalah R.

Ketika pertama berkantor di Bombana, W sudah menikah. Istrinya di Kendari. Mulai dari hari Minggu, dia naik sepeda motor pakai kopling dari Kendari yang menempuh jarak 3-4 jam. Itu jarak yang cukup jauh, apalagi naik roda dua yang notabene tidak ada sandaran punggungnya.

Selama berkantor, pikirannya tampak tidak tenang. Dia yang juga menjadi teman kost saya, ketika pulang kantor menelepon istri dan anak-anaknya. Sekadar meluapkan rindu. Saya menduga dalam hatinya, ingin segera menemui mereka.

Dan benar, hari Jum’at, dia meluncur lagi dengan kuda besi hitamnya. Ditambah dengan mengebut agar cepat sampai. Saya pernah diboncengnya, wuih, memang cukup mengerikan! Intinya, penumpang itu lebih merasa takut daripada yang di depannya.

indihome-2

Pernah pula, dia datang dari Senin. Padahal hari Senin sudah waktunya berkantor. Pagi-pagi muncul di kost, dalam kondisi sakit. Menggigil. Demam. Minta diselimuti.

Saya merasa kasihan terhadap W. Waktu itu saya belum menikah, jadi merasa prihatin jugalah terhadap orang yang menjalani LDR, meskipun jaraknya sekitar 170 kilometer lebih.

Ya, sudah, dia tidak berkantor dulu. Selama beberapa hari merasakan sakit, hari Jum’at, dia pulang kembali. Waduh, kondisi fisik dan batin yang melelahkan!

Sekarang, dia sudah berhasil pindah di Kendari. Berkumpul bersama istri dan tiga anaknya. Sudah senang rasanya, tidak menjalani LDR lagi.

Teman satunya, masih ingat ‘kan inisialnya R. Dia pindah ke Kendari juga tahun 2020. Ini juga punya istri di Kendari. Istrinya termasuk tipe pengikat, artinya sering mengawasi suaminya dengan ketat.

Ketika datang tamunya di rumah di Kendari, seorang perempuan, istrinya merasa curiga. Tidak ditemui tamu tersebut, cuek saja. Hem, memang sulit ya memahami perasaan perempuan.

Seperti W, R juga muncul hari Senin. Pulang hari Jum’at. Kalau yang ini tidak naik motor, tetapi mobil angkutan umum. Kamu tahu, mobil angkutan umum Kendari – Bombana adalah mobil-mobil standar, seperti: Avanza, Innova, APV, Terios. Mobil-mobil tersebut biasanya ‘kan plat hitam, tetapi di sini plat kuning. Pertama melihatnya sih aneh juga. Namun, karena sudah sering lihat dan sering pula naik dahulu, jadi terbiasa juga.

R pernah menjadi bendahara kantor. Wah, itu pekerjaan yang berat dan membutuhkan konsentrasi tinggi! Namun, semakin berat dan butuh kesabaran tinggi karena istri tidak di sisi. Tiap hari ditelepon oleh istrinya. Bercerita segala macam, termasuk keluh-kesahnya sang istri.

Teman saya, staf di bagian keuangan, pernah bercerita sambil tertawa. Katanya, R langsung pulang ke Kendari karena istrinya menelepon minta dipasangkan tabung gas! Alamak! Saya ikut tertawa, tetapi memang begitulah kondisinya. LDR atau tidak, banyak istri yang tidak mau ambil risiko ganti tabung gas ke kompor. Apalagi LDR, biar di ujung dunia, disuruh pulang juga! Hehe…

Sampai di sini, saya mengambil kesimpulan. Meskipun W dan R itu LDR cuma sementara dengan istri mereka, tetapi sudah cukup tersiksa. Hanya beberapa hari, terasa beberapa bulan, hingga beberapa tahun. Nah, bagaimana dengan yang memang sudah tahunan? Sudah belasan hingga puluhan tahun kalaupun ada. Tentunya, perasaan campur aduk dalam LDR itu akan ada pada pasangan tersebut. Dan, kita tidak tahu bagaimana rasa yang sebenarnya, kecuali kita yang menjalaninya sendiri.

Cerita Saya Sebelum Menikah

Waktu masih bujangan, orang tua berpesan untuk mencari istri yang sama-sama pegawai. Alasannya motif ekonomi, kebutuhan makin tinggi, jadi penghasilan mesti dobel agar lebih tercukupi. Orang tua saya berkaca kepada paman saya di Kendari. Paman seorang PNS, istrinya bekerja di perusahaan BUMN, tepatnya Pertamina. Masya Allah, hasil dari kolaborasi mereka, sekarang punya harta yang melimpah. Rumah gedongan, bisnisnya pun cukup besar dan eksis.

Tidak mudah mencari seorang istri pegawai, katakanlah PNS begitu. Sebab, budaya di Sulawesi, termasuk Sulawesi Tenggara, ada yang namanya uang panaik. Uang ini sebagai syarat laki-laki meminang perempuan Sulawesi, terutama dari suku Bugis. Nah, uang panaik akan tinggi dilihat dari status si gadis. Kalau dia seorang PNS, biasanya berkisar 40 juta rupiah ke atas. Mengumpulkan uang sebanyak itu sangatlah tidak mudah. Habisnya sehari atau semalam saat acara saja, mencarinya bertahun-tahun pun bisa.

Prinsip saya, pokoknya menikah harus dengan biaya sendiri. Saya mencontoh paman saya juga yang menikah sama sekali tidak memberatkan uang dari orang tua di kampung, di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Ada satu gadis yang menarik perhatian saya. Seorang guru Bahasa Indonesia di kecamatan sebelah. Eits, jangan dikira sebelah itu sepelemparan batu. Ya, benar sepelemparan batu, tetapi raksasa yang melempar batunya. Jarak dari ibukota kabupaten ke kecamatan si gadis tersebut bisa sampai dua jam. Rata-ratanya sih satu jam lebih sedikit. Bisa sampai tiga jam, empat, bahkan lima, kalau banyak singgahnya.

Gadis tersebut ingin saya nikahi. Saya merasa cocok, feeling saya pernah berujar bahwa saya dan dia nantinya akan membuat buku. Saya memang bukan berasal dari Jurusan Bahasa Indonesia, tetapi sejak lama saya suka membaca buku dan suka juga menulis. Visi yang sangat indah tersebut ingin saya wujudkan bersamanya.

Namun, harapan tak seindah kenyataan. Eh, terbalik! Kenyataan tak seindah harapan! Adiknya lebih dulu menikah. Meskipun adiknya bukan PNS, tetapi membutuhkan uang panaik 20 juta rupiah. Waduh, saya garuk-garuk kepala yang tidak gatal! Kalau adiknya saja 20 juta, padahal bukan PNS, bagaimana dengan kakaknya? Pasti lebih dari 30 juta rupiah. Saya merasa tidak sanggup, betul-betul tidak sanggup.

indihome-3 (2)

Alasan lainnya adalah saya tidak mau LDR. Pada dasarnya istri harus ikut suami ‘kan? Kalau suaminya seorang pegawai, terlebih PNS, maka istrinya harus ikut. Akan tetapi, prosesnya tidak gampang. Tidak mudah. Terlebih di ibukota kabupaten, jumlah guru Bahasa Indonesia sudah sangat melimpah. Pastilah pemerintah daerah akan berpikir beberapa kali sebelum memindahkan dia ke sini.

Dari situ, saya berpikir, wah, ini bakalan berat kalau setelah menikah harus LDR! Meskipun yah itu tadi, bisa ditempuh satu hingga dua jam dengan perjalanan darat, tetapi itu ‘kan berat. Masa saya harus menunggu beberapa bulan, bahkan bisa saja beberapa tahun agar tinggal serumah dengannya setelah menikah. Hem, saya ambil langkah mundur saja. Cari yang lain, dekat di sini, ibukota kabupaten saja. Alhamdulillah, ketemu juga. Sekarang saya dengan istri dikaruniai tiga anak laki-laki.

Arti LDR

Menyikapi LDR, membutuhkan jawaban ya dan tidak. Ada yang menjalani LDR itu biasa-biasa saja, nyaman-nyaman saja, ada juga yang tidak nyaman.

Bagi yang nyaman menjalani, LDR itu lebih tepat dianggap sebagai takdir, deh! Bukankah Allah sudah menetapkan takdir kehidupan ini sebelum kita sendiri lahir? Kalau kita berhasil menemukan pasangan hidup, lalu karena kondisi tertentu, harus berpisah tempat, maka diterima saja sebagai bagian dari ketentuan Allah. Bukankah pasangan itu yang menghendaki demikian? Bukankah mereka sendiri yang mau?

LDR itu lebih cenderung negatif. Artinya, kondisi yang tidak nyaman dirasakan oleh pasangan. Bagaimana tidak, cinta itu membutuhkan bukti. Cinta itu membutuhkan kehadiran pasangan. Bagaimana kita yang jatuh cinta dengan pasangan kita, saat akan memegang tangannya, eh, dia jauh di sana. Hanya bayangannya yang bisa dipeluk. Masa memeluk bayangan? Memangnya bayangan bisa dipegang?

Melihatnya tersenyum juga tidak bisa secara langsung. Hanya dalam mimpi atau bunga-bunga tidur mungkin. Bagi suami istri juga lebih berat lagi. Inti orang menikah adalah bisa menyalurkan hawa nafsu ke tempat yang halal. Bagaimana mau menuntaskan hasrat tersebut kalau pasangan tidak ada di dekatnya? Berat, sangat berat.

Saya sering melihat pasangan suami istri yang harus LDR, bahkan melintasi batas negara. Misalnya, suami ada di Indonesia, istrinya jadi TKW di Arab Saudi. Suaminya yang mengurus anak, sedangkan istri mencari nafkah. Kondisi yang tidak ideal sebenarnya, tetapi mau bagaimana lagi? Demi pemenuhan kebutuhan hidup, istri yang mestinya bukan pencari nafkah utama, harus memegang peranan tersebut.

Staf saya di kantor dengan suaminya juga LDR. Istrinya di sini, sementara suaminya seorang polisi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tidak bisa tiap hari ketemu, padahal anaknya sudah tiga.

Istri tersebut merasa cukup kerepotan mengurus anak-anak sendiri. Terlebih jika harus masuk pagi untuk apel di hari Senin, tambah repot. Dia pernah mengatakan, “Hari Senin adalah hari yang paling mengerikan.” Sebabnya, jika tidak ikut apel, namanya akan dicatat dan dilaporkan ke tingkat yang lebih tinggi. Jika sudah banyak tidak pernah ikut apel, sanksi menunggu untuk ditetapkan atasan. Wuih, mengerikan!

Ketika Menjalani LDR

Lalu, bagaimana sih pendapat orang-orang tentang LDR dan rasanya ketika LDR? Sekalian juga tips-tips bagi yang menjalani LDR. Baik, saya coba kutip beberapa pernyataan mereka. Saya ambil dari Quora. Komang Birkner, seorang wanita Bali vegetarian yang tinggal di Jerman, mempunyai suami yang LDR. Menurut Komang, kiat-kiat untuk LDR adalah harus jujur, setia, saling percaya, dan tiap hari berkomunikasi.

Begitu juga yang dikatakan oleh Zhaohailong Pinyit, blogger traveler, yang tinggal di Jakarta. Menurutnya, pasangan LDR harus menjaga kepercayaan, jaga komunikasi atau selalu memberikan kabar kepada pasangan, bersikap dewasa dan berpikir positif, serta meluangkan waktu untuk saling bertukar pikiran agar suasana tidak bosan dan tertawa-tawa bersama.

Kalau kata Muhammad Ilham, frontliner di BUMN yang tinggal di Pekanbaru, Riau, memberikan tipsnya: jangan sering berburuk sangka, harus punya keyakinan bahwa jarak hanyalah sementara, dan sama dengan dua pendapat di atas, jalin komunikasi.

Dari berbagai pendapat yang ada, mengerucut pada satu hal: harus sering berkomunikasi. Sebenarnya, mau LDR atau tidak, komunikasi ini memegang peranan penting. Misalnya begini, suami pamit ke istrinya ke kantor. Mengucapkan salam, mengatakan sayang, cium tangan, pipi, kening, agak jauh sedikit, cium jauh lewat isyarat tangan dan mulut.

Nah, saat sudah di kantor, suami bisa menelepon istrinya. “Sayang, aku sudah sampai di kantor lho! I love you.” Sekadar begitu saja, istri di rumah sudah senang luar biasa. Istri merasa, oh, suaminya lancar dan selamat tiba di kantor. Mungkin terkena macet di jalan, entah karena kendaraan yang bertumpuk atau banjir, bisa juga karena jalanan rusak plus berlubang, segala macam. Selain itu, tentu saja ada perhatian yang tulus dari suami kepada istrinya.

Waktu istirahat, suami boleh juga menelepon lagi. “Sayang, aku mau sholat dulu ya! Mau sekalian makan siang nanti.”

Istrinya di rumah menjawab, “Iya, Cinta, met sholat dan met makan siang ya! I love you..”

“I love you too, Honey.” Jawab suaminya. Suami panggil istrinya dengan “Sayang”, sedangkan istri panggil suaminya dengan “Cinta”. No problem. Sudah halal dan legal kok. Panggilan sesuai kesepakatan saja.

Kalau masing-masing LDR, maka harus lebih berkomunikasi lagi. Beruntunglah sekarang yang LDR. Lho, kok beruntung, Mas? Ya, jelas, sebab LDR sekarang jauh lebih mudah dalam menjalani komunikasi. Bayangkan generasi 90-an yang harus LDR. Belum ada Whatsapp, Telegram, Facebook Messenger, DM Instagram, dan sejenisnya. Belum ada teknologi video call. Yang ada baru pager, berikutnya SMS, telepon umum, dan cara klasik melalui surat.

Generasi sekarang mestinya lebih terbantu dengan teknologi yang ada. Saya yang lahir 1985, masih merasakan ada peluang untuk menambah sahabat pena melalui surat yang ditulis dengan tangan. Sahabat pena itu bisa seluruh Indonesia, tetapi itu tadi, harus lewat surat yang dibungkus dengan amplop. Zaman itu belum dikenal COD. Jadi, yang membayar pengiriman surat adalah si pengirim itu sendiri.

Mengirim surat juga butuh waktu berhari-hari. Harus mengendap dulu di kantor pos, disortir, baru dikirimkan. Saat sudah sampai, menunggu lagi dia membalas. Itu juga butuh waktu. Betul-betul sebuah perjuangan cinta yang luar biasa!

Tarif SMS juga terhitung cukup mahal. Tiap pesan terkirim sebanyak 160 karakter. Terhitung huruf dan spasinya, tanda baca, angka, dan sejenisnya, itu satu karakter. Makanya, SMS dikenal sebagai pesan singkat. Taritnya 350 rupiah sekali kirim. Punya pulsa 5.000 rupiah saja cuma bisa kira-kira 14 SMS. Wah, betul-betul lebih berat LDR di zaman itu!

indihome-4

Makanya, kalau ada pasangan LDR sekarang yang mengeluh, itu perlu dipertanyakan. Jadi LDR apa tidak sih? Saluran komunikasi sudah sangat mudah dan murah, masih juga merasa kurang. Kalau suami istri, kondisi LDR harus banyak bersabar dan memaklumi keadaan. Apalagi jika sudah ada anak-anak. Itulah faktor pengikat yang cukup kuat bagi suami dan istri. Tidak gampang berpisah hanya karena masalah sepele, tidak mudah mengucapkan kata “cerai” kalau masalah masih bisa diurai.

Beda dengan pasangan pacaran. Hubungan yang masih belum ada ikatan jelas, belum legal, ditambah dengan LDR pula. Terlebih jika salah satunya belum berpenghasilan tetap atau tetap berpenghasilan. Mahasiswa misalnya, yang masih mengandalkan dana segar dari orang tua. Waduh, mau LDR, bisa boncos, Bos! Bisa terkuras itu dompet sampai ke basement-basementnya, hehe..

LDR yang terpaksa harus dijalani, agar tetap berbuah manis, bagaimana caranya? Saluran komunikasi apa yang dipakai? Untuk menjawab itu, mau pakai WA, Telegram, Facebook, Instagram, terserah. Hal yang ditekankan di sini, pakai apa pendukung internetnya? Kalau saya menyarankan, pakai IndiHome saja.

IndiHome adalah produk dari Telkom Grup. Menurut Kompas.com, IndiHome kini sudah melayani lebih dari 8,3 juta pelanggan. Mereka tersebar dari 496 kota dan kabupaten di Indonesia. Menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Heri Supriadi, jumlah pelanggan IndiHome per semester I tahun 2021 tumbuh 11,4 persen secara tahunan (YoY).

Jumlah sebanyak itu jelas bukan hal yang sepele, karena terbukti IndiHome menjadi pilihan masyarakat luas. IndiHome dipakai untuk kerja, sekolah, pengembangan bisnis online, program sosial dan budaya, kampanye politik, penyebarluasan ajaran agama, dan tidak tertinggal untuk hubungan sosial personal, dalam hal ini LDR itu tadi.

Lalu, apa saja keunggulan IndiHome kaitannya dengan LDR? Mari kita ulas satu persatu!

Keunggulan IndiHome yang Mendukung LDR

1. Kestabilan Jaringan

Kamu pernah naik perahu? Seandainya pernah, apakah perahu atau kapal yang kamu tumpangi itu terombang-ambing di laut? Mungkin mesin mati, mungkin kemudinya patah. Saya pernah mengalami yang terakhir itu. Dalam perjalanan wisata bersama-sama teman-teman ke Pulau Mangata, Kecamatan Masaloka Selatan, Kabupaten Bombana. Berangkat dari pelabuhan kecil dekat pasar sentral, kami terpaksa berhenti di tengah perjalanan. Berikut adalah cuplikan kondisinya:

Sebagai orang yang normalnya hidup di darat, kondisi terombang-ambing seperti itu, saya merasakan oleng. Kepala pusing. Hampir mau muntah. Apalagi saya juga membawa dua anak laki-laki saya. Mereka tampak tenang-tenang saja, karena di dekat saya. Mereka memutuskan untuk tidur saja.

Namun, saya tetap bingung, panik, takut, dan muncul pikiran-pikiran negatif. Waduh, jangan-jangan ini bakalan lama? Jangan-jangan sepanjang hari akan terus begini? Apakah nanti akan datang regu penyelamat? Apakah perahu itu nantinya bakalan tenggelam?

Berbagai pikiran yang berseliweran seperti itu kupasrahkan kepada Allah saja. Tetap berusaha tenang, walaupun galau luar biasa! Mungkin bagi yang terbiasa dengan dunia laut dan kapal, kondisi itu mungkin sudah sering dihadapi. Namun, bagi yang bukan anak kapal, tetaplah pusing.

Alhamdulillah, pertolongan datang. Sebuah kapal lain memberikan kemudinya. Perahu bisa melaju kembali, melanjutkan perjalanan, melanjutkan wisata yang tertunda.

Dari hal itu, ada satu yang bisa diambil. Ternyata, ketidakstabilan jalannya perahu itu sangat berpengaruh terhadap jiwa dan raga, hehe. Terlebih, ketidakstabilan sinyal internet. Wah, ini yang betul-betul sangat dan sangat berpengaruh daripada olengnya kapal itu! Sebabnya adalah internet sebagai piranti sehari-hari. Saya merasakan internet itu sudah seperti nyawa. Kalau sejam saja tidak pakai internet, rasanya 60 menit! Eh, salah. Maksudnya terasa hidup ini menjadi sangat berat.

Hampir semua aktivitas saya mengandalkan internet. Termasuk kerja-kerja saya sebagai PNS. Alhamdulillah, di kantor saya, KPU Kabupaten Bombana, sudah lama memasang IndiHome sejak beberapa tahun lalu.

indihome-8

indihome-9

Saya lebih memilih berinternetan di kantor. Jaringan sangatlah stabil dan memuaskan. Beda dengan di rumah, saya memakai kartu prabayar. Sinyal sering hilang. Sering muncul sinyal bukan 4G, melainkan E. Bayangkan sinyal E yang artinya Edge. Sinyal 2G. Mau buka situs lambat, apalagi mau buka aplikasi video semacam YouTube hingga TikTok.

Kaitannya dengan LDR, kestabilan hubungan itu menjadi hal yang harus ada. Apalagi hubungan jarak jauh rentan mengubah-ubah perasaan. Hari ini kita yang sensi, besoknya dia, besoknya lagi malah jaringan internet, waduh!

IndiHome yang benar-benar memperlihatkan kestabilan mampu menjaga hubungan komunikasi di LDR tersebut. Mau berkomunikasi, lewat telepon di WA maupun video call, dipastikan tidak akan banyak terganggu. Kamu menghubungi pasanganmu yang jauh di sana tidak masalah. Yang menjadi masalah biasanya baterai lowbat atau memang sudah waktunya istirahat. Menghubungi ya lihat waktu juga toh!

Tapi, tahu tidak, kenapa IndiHome bisa stabil? Jawabannya ada di poin kedua!

2. Memakai Kabel Serat Optik

Bisa diibaratkan, kabel serat optik itu seperti jalan tol. Mulus dan nyata adanya. Sedangkan jaringan seluler biasa, yah, kadang seperti jalan masuk kampung, kadang jalan rusak, hehe…

Saya membandingkan antara di kantor dengan di rumah, jauh berbeda. Misalnya, untuk urusan Zoom. Saat di kantor, misalnya ada pertemuan dengan kantor lain atau kantor pusat, lancar tanpa jeda, tanpa harus keluar-keluar. Sementara kalau di rumah, sering sekali Zoom bisa keluar sendiri tanpa permisi. Ini ‘kan jelas sangat mengganggu. Bagaimana mau konsentrasi, jika komunikasinya terputus-putus macam begitu?

Rupanya, kabel serat optik seperti yang dimiliki oleh IndiHome juga sudah terbukti andal di dalam kondisi cuaca, bahkan yang ekstrim. Dalam keadaan ekstrim itu memang tidak menyenangkan, sementara yang menyenangkan itu kalau minum ekstrim, eh, es krim kalau itu, haha..

Teknologi kabel serat optik dapat pula meminimalisir risiko gangguan elektromagnetik maupun serangan petir. Makanya itu, walaupun hujan sederas dan kilat menyambar-nyambar, kita masih tetap bisa menikmati berbagai layanan Indihome WiFi dengan sangat lancar. Awas, kalau bicara hujan, waspada banjir ya!

LDR adalah hubungan yang pada dasarnya tidak terlihat. Artinya, terhubung secara online, tetapi tanpa ada alat terlihat nyata menghubungkan dua orang LDR. Contohnya, permainan anak-anak dengan telepon dari kaleng dan benang. Mungkin generasi kamu sekarang tidak pernah memainkan semacam itu. Nah, itu ‘kan jelas ada alat yang terlihat. Ada benang penghubungnya. Kalau kamu coba, maka suaranya lumayan juga.

Begitulah ibarat kabel serat optik IndiHome. Pada dasarnya, kamu dan dia memakai HP, masing-masing dengan merek dan harga berbeda. Mungkin yang laki-laki punya HP dengan harga lebih murah, mungkin pula yang perempuan punya HP dengan harga lebih mahal. Lah. Namun, kalau pasangan LDR, suami istri misalnya, bisa saja punya HP dengan merek yang sama agar tetap terlihat selalu ada kontak batin. Repotnya, kalau mereknya sama, maka errornya pun bisa sama, haha..

Kabel serat optik dari IndiHome itu bisa diibaratkan kabel cinta. Terpendam, bahkan sampai ke lautan, tetapi cinta dalam LDR itu jangan sampai terpendam kalau memang ada manfaatnya. Kabel serat optik juga menjadi wujud pengikat antara kamu dengan dia. Terlebih jika kamu dan dia sudah ada ikatan yang sah, suami dan istri, maka kabel serat optik itu akan membantu kamu untuk merawat cinta yang suci.

Kamu bisa menghubungi dia dalam kondisi apapun. Bahkan, saat hujan deras dan petir menyambar seperti tiga paragraf sebelumnya. Ketika kondisi itu terjadi, mungkin dia merasa ketakutan di seberang sana. Meskipun yah, untuk bicara memang susah karena suara hujan deras, tetapi setidaknya pesan-pesan cinta, sayang, dan rindumu akan lebih menenteramkan hati dan perasaannya.

3. Yang Dihitung Bukan Kuota

Keunggulan IndiHome yang ketiga adalah pelanggan tidak melihat dari kuota yang ada, biasanya ini ada di paket data seluler biasa, melainkan kecepatan. IndiHome di kantor saya kecepatannya 40 Mbps. Mau download bergiga-giga juga tidak masalah, karena lagi-lagi bukan kuota, meskipun saya tinggal di kouta juga, bukan desa, halah.

Kuota memang sering menjadi batasan dalam hubungan jarak jauh. Memang sih awalnya membeli paket dengan jumlah kuota cukup banyak, sekian giga begitu, lah. Eh, ternyata, seiring waktu, belum satu bulan sudah habis! Tidak hanya dipakai LDR saja sih, tetapi juga untuk menonton film lewat streaming, ikut Zoom sana-sini, download materi-materi pekerjaan yang penting dan bentuknya film juga, dan lain sebagainya. Pas mau menghubungi yang jauh di sana, lho, kok kuota tinggal sedikit? Mau habis pula.

indihome-5

Pakai saja IndiHome untuk LDR. Yang dibatasi hanyalah kecepatan dan waktunya, sedangkan isi alias kuotanya tidak. Pada dasarnya, kuota itu adalah isi dari cinta yang diramu dalam hubungan jarak jauh. Masa sih mau dibatasi? Kalau mau memberikan cinta yang besar kepada pasangan kita, berikan saja. Kalau kita membeli paket data seluler, misalnya 15 GB, maka seakan-akan cinta juga sebesar itu.

Sementara kecepatan, contohnya 40 Mbps, itu adalah bagian dari kesepakatan berdua. Mau hubungan jarak jauh dijalani dengan irama yang bagaimana? Sebenarnya di bawah 40 Mbps pun cukup, misalnya 20 Mbps. Mungkin yang dimaksud, kalau sampai 40 Mbps hingga 100 Mbps, dipakai lebih dari sekadar LDR. Tuntutan pekerjaan atau bisnis yang perlu didukung dengan kecepatan yang mantap.

4. Perlindungan Ekstra untuk Anti Virus Digital

Mau hubungan jarak dekat, jarak jauh, maupun jarak sedang (yang bagaimana lagi itu ya), selalu ada virus-virus yang menggerogoti. Misalnya: ketidakpercayaan terhadap pasangan, hadirnya orang ketiga, bosan, dan penyakit lainnya.

Hubungan jarak jauh memang rentan karena tidak hadir secara fisik, tidak ada pembicaraan dengan kontak mata tanpa alat, sehingga virus cinta yang ada bisa lebih besar.

IndiHome mampu memberikan perlindungan ekstra anti virus agar bahaya digital tidak lagi mengancam. Apa yang membuat IndiHome dapat seperti itu? Sebab, IndiHome menyematkan Trend Micro Security System sehingga jaringan maupun data pribadi tidak terkena ancaman virus.

Layanan anti virus tersebut membuat kamu dapat memilih internet security yang berfungsi untuk melindungi satu pengguna. Bahkan ditambah hingga family security sampai tiga orang sekaligus.

Akan menjadi hubungan yang makin runyam, ketika sudah ada virus dalam jaringan komunikasi, ditambah dengan virus hubungan LDR lagi. Waduh!

5. Hiburan dan Penyegaran Cinta

Saat sedang ingin mencari penyegaran dalam LDR, masing-masing orang bisa mencari hiburan melalui IndiHome. Yang laki-laki di sini pasang IndiHome, sedangkan pasangannya di sana juga pasang. Masing-masing janjian untuk menonton film. Meskipun tidak dalam satu tempat seperti pasangan satu rumah, tetapi bisa asyik juga kok.

Setelah menonton film, dibahas bersama-sama melalui telepon atau video call lagi. Jadi punya bahan keseruan yang sama. Mungkin membahas tentang isi filmnya, artis-artisnya, perbandingannya dengan film lain, kira-kira nanti ceritanya akan seperti apa seandainya ada seri keduanya, andaikan dua orang yang berpasangan LDR itu menjadi pemeran utama, akan menjadi siapa dan siapa? Begitu banyak yang bisa diobrolkan. Begitu banyak yang bisa didiskusikan.

IndiHome yang menjadi Internetnya Indonesia mampu menyajikan hiburan yang dinikmati oleh pasangan LDR. Melalui UseeTV dengan begitu banyak saluran TV yang tersedia. Ada channel nasional maupun internasional.

Fitur unggulan IndiHome, yaitu: Play Back. Kamu dapat memutar ulang tayangan sampai tujuh hari sebelumnya. Bisa juga diputar ulang. Mungkin, bagi pasangan LDR, ada satu film penuh kenangan berdua yang sempat ditonton sebelum terpisah jarak. Film yang menyatukan cinta mereka, atau film yang menjadi kenangan indah bagi mereka juga.

Intinya Pada LDR

Sebenarnya, apa sih yang sering diomongkan pasangan LDR? Hayo, biasanya apa hayo? Paling pertama adalah salam tentu saja, ya ‘kan? Itu yang paling sopan. Salam bisa Assalamu’alaikum atau yang lain seperti “Selamat pagi”, “selamat malam”, “hai, Sayang”, terserah deh kepada masing-masing pasangan.

Lanjut dengan tanya kabar, lagi ngapain, sibukkah, sudah makan belum, barusan kerja apa, gimana tidurnya tadi malam, dan sebagainya. Ini termasuk basa basi. Percakapan basa yang tidak bikin basi, whehehe..

Dua tahap itu terlewati, mengobrol mengalir begitu saja. Bisa membahas tentang cuaca, makanan, teman masing-masing, menggosip, membicarakan acara yang akan datang, kabar anak-anak jika sudah berkeluarga, kondisi orang tua, keadaan rumah, dan masih banyak lagi.

Pasangan LDR bisa menelepon atau video call selama berjam-jam. Asal tidak terlalu mengganggu pekerjaan utama, maka itu dikembalikan kepada masing-masing pasangan. Selalu ada saja topik-topik baru yang sebelumnya tidak direncanakan. Dari kamu yang memulai pembicaraan, dia menanggapi, kamu menanggapi balik, begitu seterusnya. Tanpa terasa, percakapan sudah lama. HP mungkin menjadi panas. Baterai mau tewas dan butuh asupan gizi bernama chas!

Topik pembicaraan LDR diakhiri dengan love, miss you, sampai ketemu lagi, aku rindu, dan semacamnya. Jarak yang jauh menuangkan rindu itu lewat pembicaraan lisan maupun tulisan. Sudah selesai bicara, eh, masih berlanjut chat. Menyambung lagi dan menelan waktu-waktu berikutnya.

Berkat IndiHome, hal itu bisa dilakukan karena IndiHome adalah Internetnya Indonesia dengan segudang Aktivitas Tanpa Batas. Pokoknya yang berkaitan dengan internet, sudah percayakan saja kepada IndiHome. Betul-betul IndiHome Mbois, lurrr!!

Hubungan Anti Kandas, Malah Membuat Pasangan LDR Jadi Lebih Cerdas

Sebegitu dahsyatnya IndiHome, apa hanya akan dipakai untuk menghabiskan waktu bagi pasangan LDR sekadar cuap-cuap saja? Tentunya, sebagai pasangan LDR yang baik, perlu juga dong mengembangkan diri! Caranya?

Masing-masing orang perlu untuk meningkatkan kualitas diri dengan ilmu-ilmu penting yang sangat berserakan dan tersebar di internet. Misalnya begini, untuk pasangan suami istri LDR, bisa mengikuti satu e course tentang parenting. Bisa pula materi tentang pengelolaan keuangan keluarga. Boleh juga nih tentang kesehatan keluarga. Apalagi sekarang ‘kan masih masa pandemi dengan virus yang terus bervarian. Masa ilmu kita tidak bervariasi juga? Begitu-begitu juga? Kalah dong sama virus yang kecilnya seuprit itu!

Bagi yang berpacaran lewat LDR, juga akan sia-sia waktu kalau hanya dipakai mengobrol ngalor-ngidul. Lebih bagus ikut kursus persiapan menikah misalnya. Mendaftar ke sebuah kursus yang biasanya lewat media Zoom. Nah, sudah sangat terbukti bahwa IndiHome mampu menghilangkan kendala-kendala sinyal bermasalah saat Zoom berlangsung.

Pasangan LDR, baik yang sudah bersuami istri maupun pacaran, dapat juga meningkatkan kualitas diri melalui belajar bisnis online bersama. Kan sudah banyak para internet marketer yang membuka program belajar mereka. Dapat diikuti melalui video-video tutorial. Contohnya: materi tentang Facebook Ads, Instagram Ads, Google Ads, TikTok Ads, membuat website, meningkatkan bisnis melalui Whatsapp, email marketing, cara mengelola database melalui aplikasi membership, cara tetap eksis di marketplace, dan masih banyak lagi.

indihome-6

Mengikuti kursus materi, menonton video tutorial bersama yang bisa didownload, lagi-lagi mau download berapa giga pun bukan masalah selama ada IndiHome, lalu dibahas lewat komunikasi. Dari situ, LDR pun tetap membawa manfaat, memperkaya pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman masing-masing. Siapa tahu nanti jadi cuan dari situ bukan? Yang laki-laki menjadi cuan dan yang perempuan menjadi nyonya, hohoho..

Tidak hanya itu, LDR pun bisa mengisi waktu dengan belajar agama bersama. Bagi yang muslim, menonton video para ustadz maupun ustadzah yang sudah sangat banyak di Facebook, Instagram, Twitter, dan tentu saja piranti utama, YouTube. Misalnya belajar tentang ibadah, Al-Qur’an, puasa, apalagi ini menjelang bulan Ramadhan, dan materi lain sesuai kesepakatan berdua. Begitu juga dengan agama lain, silakan belajar melalui tokoh-tokoh agama mereka.

Intinya, LDR tetap menjadi ajang untuk belajar. Memperbaiki diri, meningkatkan diri. Apalagi keduanya sudah saling mencintai, menyayanyi, merindui. Dari perasaan-perasaan itu, muncul sikap saling mendukung, saling memotivasi, dan saling menguatkan. Betulan, IndiHome mbois tenan…!!

Sumber:

  1. Kompas.com
  2. Situs resmi IndiHome
Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

27 Comments

  1. Salut dengan pejuang LDR, butuh perjuangan dan komitmen yang kuat, kuncinya di komunikasi, jika komunikasi lancar, kemungkinan besar kepercayaan akan didapat

  2. LDR itu memang kebanyakan menyiksa. Dulu saya juga sempat merasakan, hingga akhirnya dinikahi dan sekarang enggak LDR lagi. Kalau dulu ngilang sehari aja pikiran udah ke mana-mana. Tapi dengan jaringan internet yang lancar, kemungkinan dia tetiba menghilang juga makin menipis dan segalanya dipermudah, hehe.

    1. LDR seperti harus tahu kemanapun dia pergi ya, Mbak? Memang sih, sebagai bentuk perhatian dan ikatan meskipun jauh di sana.

  3. aku sering mendengar cerita temen aku, dia pake Indihome dan selama ini baik-baik aja, sayangnya aku belum pernah cobain, mungkin dulu sebellum ada Indihome aku pake jaringan internet yang dari Telkom itu, lupa namanya
    apalagi buat yang LDR-an pasti komunikasi makin gampang dan selalu on ya

    1. Kalau IndiHome memang lebih stabil karena kabel serat optik. Yang bikin tidak stabil, karena belum bayar tagihannya, nah itu dia, hehe…

  4. Wakakakak, lucu lucu singkatan LDRnya. Bikin ngakak aja. Lumayan terhibur membaca tulisan ini Kak.

  5. Menarik sekali kumpulan kepingan kisah LDR ya, Mas. Btw Pertamina BUMN lho bukan perusahaan swasta, sama kayak Telkom yg punya IndiHome ini. IndiHome berjasa ya bagi pasangan LDR karenanya sinyalnya yang stabil. Saya dan suami juga mantan pelaku LDR, 17 tahun menikah, br seatap lagi tuh 2018, huhu… selama ini kl nggak saya yg pindah kampus homebase eh dia yg mutasi, tantangan dua2 jd aparatur negara ya. Nice article, Mas Rizky…

    1. Soalnya banyak yang ingin diceritakan tentang LDR, terutama kaitannya dengan IndiHome, Pak.

  6. Seru, tapi panjang pisan….
    keren, bisa merangkai cerita dari banyak sudut. Hehe….
    Bacanya sampai muncul LDR (Lah Durung Rampung?) masih panjang…..

  7. Waduh…kata LDR jadi luas artinya bisa masalah rumah tangga,yg lagi pacaran dan masalah jaringan internet.Kalau emak sering ditinggal suami Krn kerja keluar kota /provinsi antara 3 hari – 2 Minggu. Asal kita dg pasangan saling percaya .Nah…untuk mencegah hati yg sepi ,ikut berbagai grup menulis /TIK jd tambah ilmu .Hubungan dg suami baik. Dari sejak menikah sampai saat ini ada 24 thn ,aman2 saja.Sukses…tulisannya sangat menginspirasi

  8. LDR itu seru tapi juga dihantui rasa ragu… tapi yang namanya tidak setia mah di depan mata juga banyak yang terjadi😁😁🤭

    Seru kisah LDRnya Pak Rizky hingga iklan indihome segala🤭

  9. Saya masih istiqamah pakai Indihome jika di rumah. Mbois tenan, walaupun kalau di ujung bulan, saking “rakus”-nya jadi lemot he he he.

  10. LDR jadi banyak arti yaa…
    Saya ikuti kata per kata yang ditulis Pak Rizky, nikmat sekali. Cukup lama juga saya membaca, bayangkan saja, semenjak bujangan sampai Pak Rizki menikah saya terus membaca… hehehehee.
    Endingnya memang IndiHome selalu dihati, komunikasi menjadi cepat, tepat tanpa gangguan berarti. Saya juga pakai IndiHome… tapi tidak pakai LDR dengan istri… hiihihihihi

    Sehat selalu Pak Rizki

  11. Yg perlu d jaga dalamLDR adalah sikap saling percaya, komitmen dan komunikasi. Ldran bersama indihhom, pasti lebih aseek .

  12. Dulu istilah mbois ini kental di zaman kecil. Sekarang sangat memahami apa arti mbois. Hehe… Sepert biasa, singkatan dan ungkapan Pak Rizky begitu khas.

    Lucu, menggelitik tapi berbobot. Mbois tenan pokok e..

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.