Depresi bisa dialami oleh semua orang, termasuk dalam hal ini adalah remaja kita. Ada yang bilang bahwa media sosial menjadi penyebab depresi pada remaja. Apakah betul begitu? Coba simak dulu yang satu ini!
Seorang psikiater bernama Nova Riyanti Yusuf yang menyatakan bahwa isi atau konten media sosial memang menjadi pemicu kasus depresi pada remaja. Menurutnya, ada tiga hal penyebab depresi pada remaja, yaitu: media sosial, prestasi dan bully secara verbal alias kata-kata.
Berdasarkan Penelitian
Kata Nova yang dapat gelar doktor dari Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI)), kalau dilihat dari hasil penelitian pada 1.387 remaja usia SMP dan SMA pada tahun 2016, hasilnya cukup mengagetkan. 30% punya potensi untuk depresi. 19,8% punya risiko untuk bunuh diri.
Namanya seorang akademisi dan peneliti, pastilah punya kegemaran untuk melakukan penelitian. Pada tahun 2018, dilakukan penelitian lagi pada 980 responden. Ternyata, angka depresi tetap dikatakan tinggi, tetapi keinginan untuk bunuh diri relatif menurun dari penelitian tahun 2016.
Baca Juga: Menang Lomba Blog Mizan dengan Tema Pembajakan Buku, Alhamdulillah
Pada tahun 2018 tersebut, 68% berisiko depresi dan 13,8% punya ide bunuh diri. Nah, menghadapi penyebab depresi pada remaja atau dalam hal yang lain, yaitu: ciri-ciri depresi berat pada remaja, lagi-lagi orang tua harus cepat tanggap. Apalagi jika ada perilaku remaja yang termasuk tidak wajar. Itu bisa jadi adalah dampak yang terjadi apabila remaja mengalami depresi.
Terlihat yang Nyata
Ciri-ciri depresi berat pada remaja bisa kelihatan kok, saat mereka ada di rumah. Misalnya, remaja tersebut punya hobi yang diketahui orang tuanya. Apa ya contohnya? Hem, mungkin contohnya adalah memelihara burung perkutut. Tiap mandi dimandikan, dikasih makan, diganti minumnya, dibersihkan kotorannya, eh, ujug-ujug langsung stop sama sekali. Tidak cuma satu atau dua hari, tapi bisa berhari-hari. Kan kasihan burungnya. Bisa ikut depresi tuh!
Atau penyebab depresi pada remaja yang lain adalah jika dia punya makanan favorit, tiba-tiba jadi tidak berselera. Ambil contohnya adalah mangtabrak, eh, martabak telur. Mungkin dia suka yang jumbo, telurnya sampai lima. Saat orang tuanya membelikan, dia tidak berselera sama sekali. Martabak itu akhirnya jadi menganggur saja di meja makan. Pada akhirnya dibuang. Kan mubazir. Coba yang baca tulisan ini ikut makan juga pas lagi hangat-hangatnya, kan enak tuh! Hehe..
Segera Konsultasi
Apabila tampak depresi pada remaja seperti itu, orang tua jangan ragu-ragu untuk segera mencari penyelesaian masalahnya. Caranya adalah dengan berkonsultasi ke dokter jiwa sebelum terlambat. Maksudnya, bukan terlambat dokternya lho, tapi konsultasinya itu.
Depresi pada remaja jika tidak tertangani sejak awal, bisa berubah menjadi parah dan makin tak terkontrol. Jangan langsung punya anggapan bahwa konsultasi ke dokter jiwa atau pergi ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) itu si remaja gila. Karena toh penyakit jiwa itu tidak serta-merta dikaitkan dengan gila. Lha, kalau begitu, orang yang gila harta, gila jabatan, bahkan gila wanita, seharusnya langsung dimasukkan ke RSJ. Kan gitu. Hayo..
Nova pernah bercerita bahwa dia pernah dapat kasus pasien yang sudah berat. Sang pasien, eh, lebih bagusnya si pasien sudah berhalusinasi, mendengar bisikan untuk menyakiti diri sendiri, sampai terdorong untuk bunuh diri. Nah, bagaimana kalau benar-benar terjadi seperti itu? Naudzubillah min dzalik. Atau, kalau bukan dorongan untuk bunuh diri, tetapi malah dorongan untuk membunuh orang lain.
Baca Juga: Pembunuhan Balita Oleh Remaja
Untuk penanganan atau mencegah penyebab depresi pada remaja, termasuk juga di sekolah, maka menurut Nova, perlu adanya penilaian pada kesehatan psikis anak. Tentunya, ini membutuhkan ilmu tersendiri dari guru yang ada kaitannya dengan kesehatan jiwa remaja yang diasuhnya. Guru-guru yang bersangkutan perlu banyak belajar tentang kesehatan jiwa.
Dua Bagian
Tubuh manusia memang terbagi menjadi dua, yaitu: fisik dan jiwa. Keduanya saling mendukung hingga menjadi manusia yang sempurna. Nah, selama ini sering diperhatikan kesehatan fisik remaja, misalnya: sakit kepala, demam, pegal, ngilu-ngilu atau yang lainnya. Namun, untuk kesehatan jiwa, biasanya sih minim penanganan. Karena toh dianggap akan sembuh dengan sendirinya.
Padahal, sebagaimana yang kita tahu bahwa remaja itu termasuk kalangan yang labil, ababil, hobinya pun ngemil, habis itu ngupil. Meskipun dalam Islam, mereka bisa dikatakan sudah baligh apabila sudah mimpi basah atau haid, tetapi dalam psikologi, mereka dianggap belum dewasa. Pemikirannya masih larut sedikit dengan anak-anak, meski tubuhnya tampak dewasa.
Nah, butuh kepedulian, ketelitian dan kepedulian lagi dari orang tua dengan anak-anak remajanya. Apakah anak-anak tersebut sedang mengalami depresi atau tidak? Ketika sudah tahu ada penyebab depresi pada remaja, maka langkah atau tindakan selanjutnya adalah seperti yang ditulis di atas. Terlebih pada media sosial yang selalu mereka konsumsi sehari-hari, bahkan hampir sepanjang hari.