Menang Lomba Blog Mizan dengan Tema Pembajakan Buku, Alhamdulillah

Menang Lomba Blog Mizan dengan Tema Pembajakan Buku, Alhamdulillah

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Alhamdulilah, tanggal 31 Oktober yang lalu, tepat tanggal tua banget, saya dinyatakan menang lomba blog yang diadakan oleh Penerbit Mizan. Lomba blog tersebut kali pertama saya ikut, setelah setahun lebih saya buat website ini.

Sebelumnya sih, sudah ada harapan bisa menang lomba blog. Untuk jadi juara lomba blog. Namanya saja kompetisi menulis blog, siapa sih yang tidak ingin menang? Terus juga, lomba blog mesti optimis dong…! Meskipun yang kirim mungkin lumayan banyak, kita tetap harus berprasangka positif. Jangan kalah sebelum bertanding. Layu sebelum berkembang.

Motivasi Ikut Lomba Blog Mizan

Apa sih yang mendorong saya ikut lomba blog itu? Apakah sekadar mau ikut-ikutan? Kalau tidak salah waktu itu tahu infonya pertama kali di Twitter. Ada yang mengetweet lomba blog Mizan dengan tema pembajakan buku. Hem, topik yang cukup menarik.

Karena saya sudah memiliki web ini, makanya perlu membaca lebih lanjut. Persyaratannya agar bisa menang lomba blog itu adalah mengirimkan tulisan tentang pembajakan buku. Bisa dari pengalaman pribadi maupun pendapatnya tentang masalah buku-buku yang dibajak. Ngeri juga lho kenyataannya!

Saya sih juga pernah beli buku bajakan. Judulnya “Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah” karya Tere Liye. Sebuah novel bertemakan cinta antara seorang anak pribumi, lahir di Pontianak, dengan anak keturunan Tionghoa bernama Mei-mei. Harganya kalau tidak salah cuma sekitar 30 ribu. Belinya di Bukalapak.

Buku itu kacau betul, fisiknya. Jelek banget deh pokoknya. Lemnya tidak melengket. Kertasnya tipis dan betul-betul mengecewakan. Warnanya suram, sesuram penjual yang memakan keuntungannya. Ah, pokoknya pasti menyesal mereka yang sering beli buku bajakan! Sekarang saja buku asli sudah sangat murah, kok ya masih ada yang beli buku bajakan?

Pada bagian bawah ini, adalah tulisan untuk lomba Mizan itu.

Baca Juga: Membeli Buku Bajakan, Termasuk Terbitan Mizan, Entah Apa yang Merasukimu, Kawan?

Nah, melihat tema lomba blog Mizan itu tentang pembajakan buku, saya lihat referensinya di internet. Sebelum baca artikel-artikel yang ada, saya malah lihat dulu di Youtube. Video pertama yang saya tonton di sini.

Video itu juga saya masukkan dalam tulisan lomba dan dikirim ke redaksi. Tentu cuma mencantumkan linknya. Sebab jika harus download videonya, bisa mengurangi kapasitas hosting website ini. Begitu kata para pakar internet.

Menonton video itu, batin saya ikut mendidih dibuatnya. Betapa banyak dari penerbit yang mengeluhkan tentang pembajakan buku. Terang-terangan dan vulgar sekali. Produk-produk mereka yang sudah dihasilkan dengan susah payah, melalui banyak tangan, eh, langsung disikat oleh para pembajak buku!

Konsorsium Penerbit Jogja (KPJ) sudah melaporkan kasus pembajakan buku yang masif itu ke Polda DIY atau Daerah Istimewa Yogyakarta. Lho, kok dikasih kepanjangannya sih, Mas? Yah, siapa tahu masih ada yang belum tahu kepanjangan dari provinsi tempat saya lahir itu. Hehe… Tahunya DIY itu di Youtube atau Facebook, yang artinya Do It Yourself.

Lalu, bagaimana kelanjutan dari kasus itu? Kita tunggu saja, begitu juga dengan laporan Fahira Idris terhadap Ade Armando. Anggota DPD RI melawan dosen UI, Jakarta. Wow…!!

Kembali ke urusan buku. Dalam suatu alur penerbitan buku, ada penulisnya, editor, tukang layout, tukang bikin kaver, tukang cetaknya sendiri, tukang bungkus plastik, tukang mengepak, tukang kirim, tukang terima di toko buku, tukang tata buku di rak, tukang terima bayar alias kasir sampai tukang parkir. Semuanya berasyik masyuk untuk menghasilkan karya buku yang bermutu dan berkualitas tinggi.

Wah, kalau begitu adanya dan prosesnya, maka saya harus ikut nih! Bahkan wajib ikut! Hadiahnya tidak terlalu saya pikirkan. Mau dapat duit, ya, diterima. Mau dapat uang pun juga tidak masalah. Hehe… Yang penting kamu senang saja deh. Lho, kok malah kamunya?!

Proses Menulis Blog

Sebenarnya, setiap artikel yang saya tulis di sini biasanya sih tanpa melalui konsep dulu di kertas. Tema sudah ada, judul sudah dicantumkan, isinya pengembangan saja alias improvisasi.

Nah, untuk yang lomba blog Mizan ini, saya menulis dulu di buku catatan kecil. Nonton video di atas, baca artikel-artikel yang terkait, tulis poin-poinnya. Termasuk pernyataan tiga orang yang katanya sih “terpaksa” membeli buku bajakan. Wedewww….

Ketika sudah ada konsep dasarnya, saya langsung mengetik saja di WordPress. Itu ada platform terkenal di dunia ini untuk mengelola website. Biar tersimpan langsung di sini konsepnya. Kenapa begitu? Sebab saya menulis pakai dua laptop. Yah, begitulah. Tidak perlu tanya ya, itu laptopnya siapa saja? Kalau yang ini, agak susah menjawabnya. 🙂

Judul yang saya ambil adalah: Membeli Buku Bajakan, Entah Apa yang Merasukimu Kawan? Bagaimana, keren ‘kan? Wah, kok jadi PD ya? Haha…

Dari kalimat entah apa yang merasukimu itu jelas dari sebuah lagu yang Subhanallah, bosan sekali saya dengar. Hampir di semua tempat muncul lagu sialan bin busuk itu. Namun, dari situ, justru malah jadi inspirasi buat jadi judul. Dari sini, bisa disimpulkan bahwa tidak semua yang jelek itu akan selamanya jelek. Tetap bisa diambil positifnya. Tapi, kalau musik, jelas lho hukumnya.

Baca Juga: Mencari Recehan Dunia, Aduhai Asyiknya

Ketika proses menulis itu, saya juga baca tulisan peserta lain yang diunggah di Twitter melalui akun Mizan.com dan Mizan Store. Ternyata, tulisan mereka menurut saya, jelek sih. Terlalu banyak kalimat dalam satu paragraf. Kurang gambar yang relevan. Tidak ada eksternal link, termasuk internal link. Padahal semua itu menjadi kunci dari kaidah penulisan SEO yang baik lho!

Menulis artikel tanpa memasukkan kaidah SEO, maka itu sia-sia, Bro! Meskipun mungkin tulisan kita belum tentu masuk di halaman pertama Google, tapi setidaknya bisa muncul di halaman kedua. Paling tidak pula, ketika ada warganet mengetik kata kunci tertentu, maka web kita yang akan muncul. Kan asyik kalau begitu? Bener ‘kan?

Sepertinya, mereka yang menulis itu sudah kurang PD dengan hasilnya sendiri. Tapi, ya, sudahlah, tulisan mereka tetap saya baca, toh saya juga bukan jurinya kok. Semoga ada kesempatan lain waktu jadi juri lomba menulis. Lumayan katanya honornya, hohoho..

Tulisan berhasil saya selesaikan dalam 3000-an lebih kata. Itu adalah tulisan yang terbanyak yang pernah saya buat di website ini. Sudah masuk video Youtube tentag pembajakan buku.

Perlu ditambahkan pula gambar yang bisa dibaca Google dengan memasukkan kata kunci (ingat ya, Google belum bisa membaca gambar tanpa alt text di dalamnya), internal dan eksternal link, sampai pada bagian kesimpulan. Kavernya pun saya desain dengan lumayan ciamik dengan produk digital yang pernah saya beli.

Melalui Google Form, tulisan itu saya kirim, tentunya dengan identitas saya plus link artikel yang dimaksud. Ternyata, setelah saya kirim, waduh, ada satu persyaratan yang masih kurang! Perlu mencantumkan kata “Mizan” di dalamnya atau mengandung frasa “Mizan”. Nah, itu dia yang kurang. Akhirnya, saya edit lagi, tanpa mengubah linknya. Ingat, kalau linknya diganti, maka akan error.

Mizan, berakhiran -an, maka ditambahkan saja di judulnya. Akhirnya jadi: Membeli Buku Bajakan, Termasuk Terbitan Mizan, Entah Apa yang Merasukimu, Kawan? Ada kata Mizannya ‘kan? Terus juga di gambar yang saya ambil dari Mizan Publishing, ada cewek pakai jilbab yang menutupi wajahnya dengan tangan. Dikasih keterangan di gambar itu dengan kata Mizan. Selesai. Beres. Semoga belum dibaca yang lama.

Pada Akhirnya Menang Lomba Blog

Proses menunggu pengumuman lewat akun Twitter Mizan itu melelahkan sekaligus bikin ngantuk. Sampai sekitar jam 10 malam, belum ada hilal yang kelihatan, siapa pemenangnya? Hem, ya, sudah, tidur saja. Insya Allah besok bisa dilihat lagi.

Seperti pada umumnya orang jaman now sekarang (halah, pemborosan kata ini), hal pertama yang dicek bukan di mana istrinya, di mana anaknya, tapi di mana hapenya? Nah! Bener apa bener…? Termasuk saya sendiri sih. Lho, tapi ‘kan memang ada kepentingannya langsung buka hape. Penasaran siapa yang menang?

Alhamdulillah, akhirnya nama saya tercatat di banner Mizan. Ada empat pemenang dan nama saya di bagian paling bawah, beserta alamat webnya. Kok pakai www, Om Mizan? Padahal blog ini tidak pakai www, cukup dengan https://rizkykurniarahman.com. Kalau dikasih www, jadinya malah lebih panjang..

Tapi, ya, sudahlah, terlanjur, karena pakai www semua yang menang. Tidak apa-apa, yang penting apa hadiahnya nih? Dalam hati saya, jujur, hadiah itu tidak terlalu penting sebenarnya. Yang lebih dicari dari itu semua adalah bukti bahwa saya bikin blog ini bukan sekadar bikin-bikinan. Atau ikut yang lain bikin blog. Namun, lebih ke arah profesional. Iya, dong, mestinya begitu. Masa blog isinya curhat melulu? Blognya siapa yang begituan? Hem…

Dari Lomba Blog ke Rezeki Nomplog 

Info pengumuman menang lomba blog itu jelas saya kabarkan ke banyak tempat. Paling utama sih ke Facebook dan juga Whatsapp. Lewat Facebook dengan membuat status, menempelkannya di story. Oh, ya, story Facebook termasuk yang paling saya suka. Saya bisa lihat siapa saja yang sudah baca story tersebut. Apalagi kalau misalnya ada lawan jenis yang sering baca, bisa jadi dia memang ngefans. Wah, mikirnya jauh bener ya…!

Hal yang tidak saya lupakan adalah sharing informasi itu di sebuah grup blogger. Namanya Warung Blogger. Isinya memang rata-rata sudah punya website sendiri. Sering ada yang sebar link di situ. Meskipun kadang kala capek juga sih bila harus membaca satu persatu link web yang ada. Kecuali memang ada yang mau BW alias Blog Walking.

Alhamdulillah, yang like dan memberikan komentar cukup luar biasa. Biasanya, tiap ada yang sebar link di situ, paling yang like cuma satu dua. Like saja sedikit, apalagi share.

Gambar yang saya sertakan di grup Warung Blogger ini pula yang mendorong saya diberi stempel oleh Facebook: Visual Storyteller. Kok bisa dapat sebutan itu? Selama ini memang saya sering menggunakan gambar-gambar yang menarik ketika upload di situ. Alhasil, dari gambar-gambar itu, respons dari teman-teman sesama blogger cukup menggembirakan.

Okelah, cukup mungkin di Facebook saya cerita. Terima kasih bagi teman-teman yang mengucapkan selamat. Ditunggu untuk selamat lainnya. Sip.

Lewat Whatsapp, Order Terserap

Lalu, bagaimana dengan yang di Whatsapp? Ini bermula ketika saya infokan ke anggota keluarga besar dari jalur bapak saya. Bahwa saya menjadi salah satu pemenang di salah satu lomba blog 2019. Kompetisi menulis blog yang tidak seperti kontes SEO. Kalau yang terakhir ini, memang belum pernah saya ikuti dan mungkin tidak akan pernah saya ikuti. Alasannya wajar adanya.

Nah, beberapa respons dari anggota keluarga besar cukup membuat saya senang. Meskipun lama sekali tidak berjumpa mereka karena saya tinggal di Sulawesi Tenggara, sementara mereka lebih banyak tinggal di Jawa, toh lewat WA bisa terjalin komunikasi dan silaturahmi.

Bapak saya sendiri tidak mengucapkan selamat. Beliau malah bertanya tentang lomba itu, bahkan sekalian dengan apakah dengan blog, bisa dapat duit? Saya sih agak malas menjawab karena blog pada dasarnya tetap bisa menghasilkan duit, tapi butuh waktu. Butuh proses, makanya jangan sering protes.

Kalau yang namanya saja perjuangan. justru itulah yang akan lebih tahan lama. Jika berjuangnya lama, maka hasilnya akan lebih paten, Sebaliknya? Yah, begitulah. Boleh dilihat pada kontes-kontes atau audisi di TV itu. Sedikit sekali yang bisa bertahan jadi artis sukses.

Saya pun bercanda pula di grup itu. Bahkan, saya juga bilang akan membuatkan blog atau web untuk bapak saya. Namun toh, itu sekadar bercanda saja. Sebab, jarang sekali ‘kan ada orang tua pensiunan yang aktif di dunia website?

Hal yang mengagetkanku di forum ngobrol grup itu adalah ada yang japri. Satunya termasuk budeku. Satunya lagi bibiku, istri omku yang tinggal di Bekasi. Mereka berdua bertanya tentang video. Budeku mau lihat contohnya. Awalnya saya bingung, bagaimana ya menunjukkan contoh-contoh video yang sudah saya buat?

Tiba-tiba, saya ingat jika saya ternyata masih punya channel Youtube. Segera deh, saya kirimkan linknya ke bude saya itu. Menunggu siapa tahu dia langsung order. Rupanya… Malah yang pesan adalah bibi saya. Dia kirimkan 34 foto acara sosialnya. Lumayan banyak juga.

Ketika selesai kirim semua bahan video, tibalah waktu untuk menentukan harganya. Sempat saya merasa bingung, bahkan ada rasa tidak enak karena mengenakan biaya kepada keluarga sendiri. Tapi, saya tetap harus pasang harga karena beli alatnya atau produk digitalnya saja ke luar uang. Lha kok ini mau digratiskan?

Akad sudah disepakati. Harga yang ditetapkan adalah 350 ribu rupiah. Mau dibilang mahal atau murah, itu urusan nanti. Yang penting saya melatih dulu mengerjakan yang bisa. Meskipun kelihatan tarif jasanya kecil, tapi inilah bagian dari usaha untuk memulai.

Sama dengan memulai ikut lomba blog 2019 yang salah satunya dibuat oleh Mizan. Berhasil menang lomba blog menjadi suatu kenikmatan tersendiri. Bukti bahwa ketika kita punya blog pribadi, maka manfaatnya akan bisa dirasakan orang lain juga.

Ada alasan orang lain bikin blog. Katanya, supaya ada yang beda. Tidak cuma main Facebook, Instagram atau malah Twitter saja, tetapi bangga bisa punya catatan sendiri menyangkut diri kita. Nantinya, setelah meninggal, orang lain, terutama keluarga sendiri, akan mengenal kita dengan segala sifat, pemikiran dan daya kritisnya terhadap suatu permasalahan. Itu juga bukti bahwa kita pernah hidup di dunia ini lho.

Bukankah dengan menulis itu, hidup kita akan jadi lebih abadi? Orangnya sudah meninggal, tetapi tulisannya yang akan kekal. Makanya, menulislah yang baik. Tulislah yang bermutu. Kalau tulisan-tulisan di website ini bagaimana? Hem, silakan kamu saja yang menilai deh!

Oh, ya, siapa tahu ada info lomba blog lagi? Insya Allah jika memungkinkan saya akan ikut dan optimis dong bisa menang lomba blog lagi.

Baca Juga: 5 Negara dengan Jumlah Buku Paling Banyak Setiap Rumah

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.