Ketika saya menulis ini, sedang dilanda rasa jengkol. Beli bensin full, tetapi langsung digenapkan ke atas. Uang sisa Rp 400-an tidak diberikan. Uang receh yang kelihatan sedikit itu, menjadi topik kali ini, tetapi diganti dengan recehan dunia. Apa maksudnya ini?
Recehan dunia, apakah ini kaitannya dengan RecehanTwitter beberapa waktu yang lalu? Simbol dari anak-anak muda kreatif, khas milenial, lewat media sosial. Di tengah kecamuk politik yang ikut menyerang, mereka mencoba tetap bahagia. Namun, tetap itu namanya recehan dunia. Bercanda sedikit, dalam kehidupan dunia.
Recehan dunia juga erat kaitannya dengan simbol kejengkelan, sampai kemarahan pada transaksi di salah satu tempat, yang katanya tempat itu adalah simbol modernitas. Opo kuwi? Apalagi kalau bukan minimarket? Ya, kita tidak usah sebut merek di sini, rugi dong, tanpa biaya iklan ikut nampang, yang jelas seringkali terjadi, kembalian uang receh tidak diberikan ke pembeli. Meskipun jumlahnya cuma 100, 200, sampai 500, tetapi ‘kan itu uang juga. Itupun baru satu orang, bagaimana kalau dua, tiga? Itu juga baru satu cabang, bagaimana kalau lima, sepuluh, dan tersebar di seluruh Indonesia? Wah, bisa sampai milyaran itu! Padahal, mereka sendiri yang bikin harga. Mungkin disengaja memang, agar terjadi seperti itu, dari hari ke hari.
Dan, yang mencari perhatian dan pemikiran kita adalah mereka bisa bikin minimarket lumayan besar, tersebar di mana-mana, tapi kok uang receh saja tidak ada? Bagaimana? Sama pemikiran kamu dengan saya nggak?
Perjuangan Sejuta Untuk Mendapatkan Recehan Dunia
Ini lebih cocok bagi mereka yang ingin bekerja atau memasuki suatu jabatan tertentu. Terutama sih jabatan publik yang dibiayai oleh negara. Masih banyak yang menghalalkan segala cara, mempertaruhkan uang berjuta-juta, demi memperoleh jabatan yang notabene adalah recehan dunia. Padahal, apa sih yang didapatkan? Kekuasaan? Kepuasan? Kenikmatan bisa memerintah orang lain? Atau sekadar ingin menunjukkan, kalau aku ini bisa. Gitu?!
Makanya, mengherankan juga. Seorang pejabat merasa tidak ada uangnya saat diminta. Diajak makan bareng, yang traktir dia, eh, bilangnya lain kali, nggak ada duit. Aneh ya? Lalu, ke mana itu gajinya yang besar? Tunjangannya yang melimpah? Fasilitas negara yang lumayan mempesona? Meskipun mungkin sedang ada masa kekurangan, tetapi seharusnya itu tidak perlu terjadi. Pejabat ya pejabat. Harus terlihat banyak uangnya. Harus tidak boleh menolak ketika diminta bantuannya. Setuju dengan yang ini?
Mengejar Recehan Dunia, Sampai Sibuk Tak Terkira
Ini juga alasan yang pastinya diungkapkan banyak orang. Sibuk demi meraih recehan dunia, lupa bahwa di balik dunia, jauh lebih besar daripada recehan itu sendiri. Sibuk demi pekerjaan, pekerjaan, pekerjaan. Kerja, kerja, kerja. Lupa keluarga, anak, istri, lupa dengan kesehatan, bahkan lupa sholat, lupa doa, pokoknya recehan dunia itu sangat ingin dikejar sampai paripurna. Ada apa sebenarnya?
Mengatakan “siap” kepada atasan untuk melakukan suatu pekerjaan yang disuruhkan, cepat datang ke kantor karena ada tugas yang harus disikat, rela datang malam hari dan pulang larut malam untuk lembur dan lain sebagainya, intinya adalah recehan dunia. Makin banyak dicapai, makin banyak diraih, justru makin berat di kantong. Makin susah dibawa bila kantong kita kecil. Mau bawa tas, ketika sudah penuh, harus dengan tas yang lebih besar lagi. Mau dibawa ke mana? Apalagi sekarang ada kebijakan biaya bagasi dari maskapai langganan banyak orang itu. Jadi tambah mahal lagi deh!
Baca Juga: Mau Resign Kerja? Ingat Dulu Kalimat Sederhana Ini!
Rupanya sebelum benar-benar memutuskan resign kerja, ada satu kalimat yang gampang diingat. Apakah itu? Cari tahu langsung saja ke sini!
Ingin Pintar Dalam Menggenggam Recehan Dunia
Jadi pintar memang perlu, karena manusia dibekali dengan akal pikiran. Hewan saja jika dilatih, juga terlihat pintar kok. Bagaimana manusia bisa pintar? Ya, paling umum dikenal adalah lewat sekolah, bahkan kuliah. Ada derajatnya masing-masing. Derajat itu mesti dilewati setahap demi setahap, satu demi satu, pokoknya nikmati saja proses yang ada. Bila anak masih TK, langsung disuruh masuk SMP, pasti akan langsung pingsan!
Mencari ilmu dan menjadi pintar juga membutuhkan proses yang panjang. Ada kalanya harus mengorbankan yang lain. Misalnya, tidak dulu mendapatkan jodoh manusia, karena ingin lebih terpacu untuk jodoh ilmu. Ini memang pilihan masing-masing orang sih. Kalau itu memang recehan dunia yang ingin diraih, ya, silakan saja.
Recehan Dunia, Dalam Bentuk Kembalian
Sampai di sini, recehan dunia selalu ada kembaliannya untuk kita. Beda dengan minimarket modern yang sudah sampai ke dekat rumahmu itu, mungkin masih menerapkan kebijakan kurang kembalian. Janganlah kaget! Tinggal kamu pilih solusinya, masih mau belanja di situ, atau pindah ke warung penduduk lokal yang kamu kenal dengan baik. Atau ke warung kecil tetanggamu. Begitu pula bila akan beli bensin di pom, jaga-jaga jika kamu bilang mau isi full, ternyata tidak sampai ke harga di atasnya, tetapi tetap digenapkan. Rugi memang jika kita tidak dapat recehan kembalian. Kalikan dengan orang yang seperti itu, sungguh bisa luar biasa besar!
Itu adalah recehan uang logam, bagaimana dengan recehan dunia secara umum? Kalau yang recehan dunia ini, rupanya selalu saja ada kembalian. Maksudnya kembalian itu ya balik lagi ke kita. Apa bentuk kembalian itu? Contohnya ini, terlalu banyak kerja dengan meninggalkan keluarga, ibadah dan kesehatan, maka recehan dunia yang dikembalikan adalah dengan kesedihan, kehampaan dan tentu saja dosa yang makin bertumpuk. Dengan anak dan istri, jadi terasa jauh sekali.
Lebih berpikir untuk belajar setinggi mungkin, tetapi lupa membangun cinta dengan orang lain secara halal, recehan dunia yang dikembalikan adalah kesengsaraan menghadapi berbagai macam bully. Kenyataannya, menjadi jomblo itu harus siap diserang dari berbagai arah.
Recehan dunia, oh, recehan dunia. Banyak membebani, kalau sedikit terasa menyedihkan. Ambillah tengah-tengah, karena itu lebih baik, seimbang dan menyenangkan.
Baca Juga: Bayar Sekarang Atau Nanti?
Hidup ini memang tidak gratis. Kalau toh ada gratis, maka biasanya itu paket menelepon. Padahal sebelumnya sudah membayar duluan. Terus, mau bayarnya cepat alias saat ini atau lambat atau besok-besok?
6 Comments