Sisi Lain Dari Demonstrasi Mahasiswa 2019

Sisi Lain Dari Demonstrasi Mahasiswa 2019

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pecah! Pada tanggal 23 dan 24 September 2019, terjadi demonstrasi mahasiswa besar-besaran menuntut Revisi KPK dan RKUHP serta RUU Pertanahan, Pemasyarakatan, Minerba dan Ketenagakerjaan. Namun, ada yang berbeda dalam demonstrasi mahasiswa kali ini.

Tidak bisa menutup mata, karena memang belum ngantuk, bahwa demonstrasi mahasiswa pada bulan September 2019 ini berbeda dengan demo ketika menumbangkan Orde Baru. Waktu itu, tuntutannya adalah gulingkan Soeharto dan reformasi. Makanya, setelah itu muncul Orde Reformasi. Waktu itu juga belum bisa orde GrabFood juga. Maklum, karena Ovonya belum ada. Halah…

Demokrasi dan Demonstrasi

Sebelum berbicara lebih jauh, tapi kamu tidak perlu menjauhkan dari HP saat baca ini, karena nanti gimana bacanya? Perlu diingat bahwa sebenarnya, antara demokrasi dan demonstrasi itu 11-12, keduanya saling mempengaruhi. Namanya saja demokrasi, yang menitikberatkan suara terbanyak itu pemenangnya. Pokoknya asal banyak orang yang pilih, maka dia yang lolos. Atau partai yang masuk dapat kursi di lembaga perwakilan rakyat.

Ada yang mengatakan bahwa karena demokrasi itu dipilih dalam penentuan pemimpin atau wakil rakyat di negara ini, maka satu orang satu suara. Tentu saja, suara seorang profesor dengan anak SMA pemilih pemula sama nilainya. Tidak ada yang beda. Dan, tergantung pilihannya. Bisa saja anak SMA itu memilih calon yang benar, sedangkan profesor atau pejabat memilih berdasarkan tekanan dari atasannya. Bisa saja terjadi bukan?

Makanya, tidak salah juga ketika ada demonstrasi mahasiswa, juga ingin menunjukkan dari sisi jumlah. Kuantitas. Pernah juga sih, saya lihat ada demo cuma seorang mahasiswa di Kendari. Mungkin waktu itu, dia sedang mencari massa. Teriak-teriak sendiri di jalan, seperti orang minta kawin. Entah apa tuntutannya waktu itu, tidak jelas juga karena suara berteriak pakai toa yang tidak jelas. Semoga dia sudah lulus sekarang.

Baca Juga: Betulkah Blokir Kontak Membuat Nyaman di Otak?

Ketika ada demonstrasi mahasiswa, pastilah membawa misi yang sedang diperjuangkan. Kalau dalam demo mahasiswa kemarin di Jakarta dan daerah-daerah lainnya, misinya adalah menuntut Presiden Jokowi untuk membatalkan Revisi UU KPK dan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP). Menyasar pula RUU Pertanahan dan RUU Pemasyarakatan. Keempat peraturan itu dinilai tidak sesuai dengan reformasi. Makanya, pakai tagar #ReformasiDikorupsi mewakili tuntutan mahasiswa. Seperti itulah adanya.

Demonstrasi Mahasiswa di Era Milenial

Sebetulnya, demonstrasi itu yang dikhawatirkan adalah kalau sampai bentrok dengan aparat keamanan. Dipukuli oleh polisi anti huru-hara. Disemprot dengan air kencang sekali (watercanon) dan biasanya itu air comberan seperti dalam konser. Diserang gas air mata yang tentu saja berbeda untuk membuat air mata layaknya sinetron. Dan, kita lihat dalam video atau berita di media online, bahwa sudah ada korban-korban berjatuhan dari mahasiswa.

Namun, namanya era milenial, demo mahasiswa 2019 mesti beda dong dengan demo 1998. Ada beberapa yang unik di sini adalah pesan-pesan dari para mahasiswa itu. Mau tahu di antaranya? Mungkin ketika kamu lihat, jangan sampai baper ya! Untuk lebih lengkapnya, boleh simak kompilasi poster siap cetak. Mungkin kamu juga akan terinspirasi dari poster demonstrasi itu? Mungkin pula bisa kamu gunakan ketika menghadap calon mertua?

Intinya, Demonstrasi Atau Curhat Pribadi?

Mahasiswa termasuk kelompok usia yang sudah matang. Mereka berada di kisaran usia 20 tahun lebih. Ketika usia semacam itu, maka sudah sanggup untuk bekerja mencari uang, atau bahkan mencari jodohnya. Yang laki-laki mencari tulang rusuknya yang hilang. Sedangkan mahasiswi mencari tulang punggung untuk menafkahinya. Persamaan keduanya adalah tiap tahun tulang kampung. Halah, malah plesetan.

Dari gejolak di dalam diri itu, makanya mereka menyelipkan pesan-pesan terselubung kepada banyak orang, bahkan kalau perlu kepada pemerintah. Hasrat terpendam, yang sudah berakar di dalam hati mereka. Ini bisa dialami mahasiswa baru maupun lama. Apalagi jika bukan keinginan seputar cinta, sayang, rindu dan halal. Kita lihat dulu dari gambar pertama di bawah ini!

demo-mahasiswa
Memangnya Presiden Itu Kerjanya Juga di KUA?

Kalau yang gambar ini, memang sih Presiden Jokowi itu bisa mengambil alih tugas kepala desa, camat atau bahkan bupati maupun walikota untuk bagi-bagi sertifikat. Tapi sepertinya akan sulit untuk mengambil alih tugas dari kepala KUA.

Demonstrasi Dari Dalam Hati

Sebenarnya, jika melihat spanduk dan tulisan yang ada, memang niat kuat dari mahasiswa itu sendiri untuk menikah. Itu normal dan menjadi impian mereka di masa sekarang maupun masa depan. Namun, persoalannya adalah bagaimana mau menikah itu? Sementara merasa belum punya pekerjaan, belum ada penghasilan tetap (atau tetap berpenghasilan?) dan sederet pemikiran pesimis lainnya.

Apalagi di Sulawesi yang terkenal dengan uang panaik yang memang akan terus naik. Minimal 30 juta rupiah, itupun masih dianggap murah dan biasa, hem, bagaimana ketika mereka nanti lulus? Sudah berapa uang panaik yang mesti mereka bayar jika ingin menikahi sesama suku di Sulawesi?

Antara Kata “Mantan” dan “Ku” Terpisah Bagaikan Bumi dan Langit

Begitu pula mengacu kepada mantan, atau mantan-mantan mereka. Jangan matikan KPK, tetapi matikan mantan ku saja! Pada kata “mantan” dan “ku” itu memang tidak dibuat menyatu karena tidak mau lagi bersama-sama dengan mantan.

Baca Juga: Motivasi Untuk Menikah dengan Biaya Sendiri, Berani?

Makanya itu, mereka menumpahkan lewat kekecewaan yang termuat dalam tulisan-tulisan itu. Pada akhirnya, ketika ada yang memfoto itu, terus dishare di media massa, menjadi gelitikan yang menarik di tengah demo pada panas terik.

Dituntut Bukan Sekadar Politik

Namanya mahasiswa, masih muda dan masih dipenuhi dengan darah segar menggelora. Makanya, ketika mereka melakukan aksi demonstrasi, maka bisa sampai lama waktunya. Malam misalnya. Meskipun pada akhirnya, aparat keamanan yang membubarkan mahasiswa. Nah, kalau sudah begitu, siapa yang jadi korban? Jelas para mahasiswa sendiri.

Aparat keamanan, dalam hal ini polisi, punya senjatanya buat menggebuki mahasiswa. Pakai gas air mata dan alat berat lainnya. Termasuk kendaraan antipeluru. Nah, mahasiswa punya apa? Mereka mungkin cuma bawa pasta gigi, jaket almamater, tas ransel, sepatu, HP. Untuk senjata, mereka tidak ada. Kalau sudah dipukul mundur aparat, maka mereka akan lari dan membubarkan diri.

Inilah yang dikhawatirkan dari demonstrasi mahasiswa itu. Ketika muncul korban, bahkan termasuk wartawan maupun masyarakat umum. Nah, sedih dan miris bukan?

Menanti Ujungnya: Happy Ending atau Sad Ending?

Tuntutan demonstrasi mahasiswa kepada pemerintah dan DPR-RI memang tidak bisa dianggap main-main. Sebab, mereka memang demo dengan serius. Meskipun dituduh ditunggangi, lah, nyatanya malah motor mereka sendiri yang ditunggangi. Ada kepentingan tertentu. Jelaslah, mereka mahasiswa berdemo juga dengan tuntutan, tetapi juga menunjukkan keeksisan. Namanya saja generasi milenial. Wajar dong selalu ingin eksis.

Bagaimana dengan sad ending? Sebenarnya ini yang saya khawatirkan dengan banyak orang lain adalah munculnya korban jiwa. Entah itu mahasiswanya dipukuli aparat, diserang pakai gas air mata atau malah ditangkap oleh polisi. Itu yang namanya sad ending. Apalagi kalau ada yang meninggal dunia. Hem, sudah korban yang ke berapa itu?

Eits, jangan salah juga! Ada juga aparat yang menjadi korban, dipukuli dan dilempari batu oleh mahasiswa atau entahlah, tidak tahu pelakunya siapa? Bisa jadi bukan mahasiswa, atau sengaja menyamar jadi mahasiswa.

Demonstrasi mahasiswa bisa jadi menyisakan masalah yang mesti terselesaikan dengan baik. Namun, cara seperti itulah yang ditempuh di negara berlandaskan demokrasi ini. Dari #GejayanMemanggil di Jogja sampai Jakarta yang membara karena kondisi tidak sebagaimana biasanya, seharusnya Presiden Jokowi mesti lebih peka, peka dan peka. Bahwa ini adalah kondisi real masyarakatnya yang diwakili oleh para mahasiswa.

Baca Juga: Listrik: Hidup Segan, Mati sudah Pasti!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

1 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.