Anak STM Demo di Jakarta, Menempatkan “Tawuran” Dalam Konteks Berbeda?

Anak STM Demo di Jakarta, Menempatkan “Tawuran” Dalam Konteks Berbeda?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Demonstrasi masih berlanjut, setelah sebelumnya mahasiswa, kini anak STM demo di Jakarta. Mereka datang dalam jumlah puluhan ribu, turun ke jalan, layaknya demonstran. Nah, bagaimana melihat fenomena ini?

Apa tuntutan anak STM demo di Jakarta itu sebenarnya? Ketika waktu yang lalu, medsos dikagetkan dengan video dan foto gerombolan anak-anak STM yang turun ke jalanan membantu mahasiswa. Apakah mereka demo dengan tujuan penolakan beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU), termasuk Revisi UU KPK dan KUHP?

Pada Selasa (24/9/2019), video dan foto aksi anak STM demo di Jakarta tersebut sempat jadi trending topic di Twitter. Sampai dengan Rabu (25/9/2019) atau kemarin sekitar pukul 09.30 WIB (berarti di tempat saya jam 10.30 karena pakai WITA, kalau kamu mungkin malah WATI), sebanyak 138 ribu pengguna Twitter masih mengulas topik seputar anak STM yang ikut dalam aksi tersebut.

Bagaimana pendapat para netizen Indonesia? Oh, sebagian mereka bilang dan merasa bangga pada kepedulian anak atau murid STM itu. “Anak STM melek Politik juga ternyata. Mantab, tinggalkan PKL. Saatnya turun ke jalan. Indonesia sedang tidak baik-baik saja,” tulis salah satu pengguna Twitter. Seorang pengguna Twitter, @andripst juga menampilkan foto dan video keikutsertaan anak STM demo kemarin.

Apa Betul Karena Tuntutan RUU?

Anak STM Demo di Jakarta. Sumber: Harian Aceh Indonesia

Sebuah pendapat berbeda diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D. Menurutnya, fenomena pelajar STM, atau sekolah menengah dengan baju seragam pramuka juga itu adalah suatu bentuk komformitas dengan kelompok mereka.

Wah, komformitas, apalagi artinya ini? Ternyata, itu adalah tanda kesetiakawanan. Mereka ikut karena sudah menjadi ajakan dari kelompoknya. Apalagi jika ada seorang anak ikut dalam sebuah kelompok, maka dia harus menunjukkan loyalitas, bukan loyal jelly, meskipun itu bisa juga dipakai suplemen buat demo.

Baca Juga: 5 Cara Pinter Atasi Minder

Kata pak profesor, misalnya ada seorang pemimpin kelompok memberi seruan untuk tindakan tertentu. Apa ya contohnya? Hem, pemukulan misalnya. Selanjutnya bisa diduga atau diperkirakan, secara serentak seluruh anggota kelompok akan melakukan perintah itu juga. Koentjoro menyebutkan bahwa mereka – para pelajar – itu justru menjadi korban dari oknum provokator yang sudah memberikan informasi salah melalui jaringan tertentu. Contohnya adalah pesan berantai. Lewat Whatsapp misalnya.

Tapi Kok Demo Anak STM Pakai Kekerasan?

Nah, ini dia yang disayangkan dari demo anak STM di Jakarta dengan lokasi di depan gedung DPR-RI. Sampai terjadi kekerasan gitu lho! Bahkan yang menjadi korban adalah aparat kepolisian. Saya melihat ada video yang miris banget. Polisi sudah terkapar di pinggir jalan, masih juga dilempar kepalanya dengan batu. Ingat, lho, pakai batu! Bukan roti. Entah bagaimana kondisi otaknya, kepala dilempar dengan batu besar. Innalilahi…

Kalau sudah begitu, kita jadi ingat tentang tawuran pelajar di Jakarta. Kamu bisa cek kasus di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan kasus di Cilandak, Jakarta Selatan. Dua kasus kekerasan pelajar tersebut mengakibatkan dua orang tewas, lho! Kan ngeri juga tuh. Terus, siapa yang bertanggung jawab? Nyawa orang cuma satu. Itupun dihilangkan tanpa bisa dikembalikan lagi oleh mereka.

Demo anak STM di Jakarta sampai terjadi kericuhan dan anarkis malah disayangkan oleh mahasiswa. Lho, katanya anak-anak STM itu demo karena rasa kesetiawakanan dengan kakak-kakaknya yang sudah mahasiswa? Ya, mungkin saja begitu. Tapi kalau sampai berbuat onar dan kekerasan? Tentu itu tidak diinginkan oleh mahasiswa juga.

Baca Juga: Sisi Lain Dari Demonstrasi Mahasiswa 2019

“Hari ini siapa pun di Indonesia, siapa pun bisa menyampaikan ekspresi. Jadi tidak ada yang salah dari siswa ini. Ini bentuk kekecewaan siswa dari kerja DPR. Tapi memang sangat disayangkan aksi anarkis yang merusak fasilitas umum,” kata Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Dheatantra Dimas, saat dihubungi, Rabu (25/9/2019) sebagaimana dikutip dari Detik.com.

Jika sudah seperti itu adanya, ‘kan citra mereka jadi tercemar bukan? Sebagai pelajar yang mestinya terpelajar dan suka belajar, malah justru belajar kekerasan sekaligus menerapkannya dalam bentuk yang berbeda. Bila yang lalu, tawuran antarsekolah, sekarang mereka bersatu dan menuju musuh bersama: DPR dan presiden. Kompak sih, kompak, bersatu sih bersatu, tapi kalau sudah sampai merusak fasilitas umum, akhirnya dana negara ke luar lagi. Uang rakyat itu lho!

Waspada Bagi Pemerintah dan DPR

Fenomena anak STM ikut demo di Jakarta ini termasuk langka dan unik. Jarang-jarang mereka bisa ikut demonstrasi dalam jumlah luar biasa seperti itu. Kalau mahasiswa, sudah sangat sering. Bahkan tumbangnya Orde Baru, jelas juga karena peran mahasiswa.

Ketika anak STM turun ke jalan, meskipun dengan berbagai versi alasan tujuan mereka, apakah memang menuntut RUU, sekadar kumpul, cari suasana baru atau yang lain, tetap yang menjadi kunci di sini adalah pemerintah dan DPR. Waspada dengan gerakan masyarakat seperti itu! Apalagi dalam keadaan chaos, bukan chaos oblong, tidak ada wakil pemerintah yang turun menemui mereka. Akhirnya, keadaan jadi makin kacau dan tidak terkendali.

Pada sesi ini, Anies Baswedan tampil sebagai sosok yang meneduhkan bagi masyarakat. Anies memberikan informasi bahwa para korban aksi demonstrasi kemarin akan ditanggung biayanya oleh Pemprov DKI Jakarta. Tentu ini kabar gembira bagi masyarakat dan kembalil melambungkan nama Anies Baswedan sebagai sosok pemimpin yang betul-betul peduli dengan rakyatnya, terutama warga Jakarta.

Jika gerakan mahasiswa dan demo anak STM itu terus terjadi tanpa ada penanganan yang maksimal, maka bisa jadi gerakannya akan makin besar. Mereka menuntut UU KPK jangan direvisi, jangan dilemahkan dan begitu juga dengan RUU lainnya. Bahkan mungkin saja dalam hal ini, emak-emak akan ikut turun. Nah, kalau kelompok yang satu ini, susah sekali dikalahkan. Pokoknya, emak-emak is the best, lah!

Baca Juga: Balada Sebuah Koran

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.