Berikut ini adalah puisi-puisi yang ditulis oleh Gandis Asyafitri Indri
Ekspektasi VS Realita
Nurani yang kian mencari
Ukhuwah yang takkan mati
Raut wajah berseri-seri
Anak-anak pemuda dan pemudi
Siapakah jati diri
Yang dicari ke sana ke mari
Ingin berjumpa rasa di hati
Frustasi semoga tak terpatri
Allah ya Rabbi
Sulitkah perjuangan ini
Untuk menjaga amanah yang suci
Lapangkanlah dada-dada kami
Tahajjud bentengi diri
Hilang resah walau pejah tak menanti
Akankah itu yang dialami
Nyatanya kini budi semakin tak berpekerti
Kenangan
Nestapa tiada terhingga
Uraian air mata yang bersahaja
Rindu akan tempat yang pertama
Urusan belum mencapai akhirnya
Langkah tegap menyongsong ilmu
Aduhai sikap kiranya diramu
Impian masa depan dipadu
Naik turun antri pun mengadu
Ulur mengulur tangan membantu
Lelah letih rindu tak digugu
Nangis galau tak dihirau
Untuk yang tercinta pondokku
Resah gelisah yang kini bernanah
Andai-andai menggores berdarah
Zina yang kian bergairah
Indah nian sebab mereka kalah
Zat bening membentuk jalannya
Aduhai kiranya waktu perpisahan kan tiba
Harus pergi dengan sabar dan ikhlasnya
Haruskah kita meninggalkannya?
Wadah ilmuku yang tercinta
Ingatlah kiranya saat bersama
Ingatlah pula saat berpisah tiba
Bersama mengenang suka dukanya
Perjuangan Hijrah
Menyerah tak dikenal
Ikhlas semoga kekal
Sabar tak bertemu pangkal
Batu karang itulah mental
Agama menjadi darah
Hati pada Yang Kuasa berserah
Untaian dzikir mengalun indah
Letihnya raga karena lillah
Jalan ilmu yang kini dititi
Allah menjamin bersama janji-janji
Nyamannya surga dirindui
Nyamannya dunia tak terpikir lagi
Anak-anak muda yang mendewasa
Henti bermain kini mengejar surga
Napas berhentipun tak mengapa
Untuk menunaikan amanah sucinya
Risau sebab makian mencerca
Fananya kehidupan dunia
Angkat semua beban di dada
Indahnya agama kita tak terkira
Darah tertumpah demi agama
Angan surga mengambang di depan mata
Angan dunia berlalu meninggalkannya
Harapan telah mencapai puncaknya
Kebosanan
Datang di saat renggang
Baik kegiatan sampai hubungan
Dengan teman maupun Sang Maha Yang
Mengharapkan damai dalam bayang
Sulit memang sebuah perjuangan
Hingga dipahat kesan dan pesan
Berbagai lelah menimpa badan
Semuanya demi tujuan
Waktu
Menit-menit yang berharga
Pergunakanlah sebaik mungkin
Tuk memperbaiki hubungan
Karena sang masa
Bukan kita yang tentukan
Ucaplah syukur setiap saat
Ucaplah maaf setiap sempat
Sebelum semua terlambat
Karena sang maut
Kan melepaskan penambat
Cinta Atau Nafsu
Yang terbayang di pelupuk mata
Uluman indah senyumnya
Lihainya lisan menyusun kata
Inikah cinta atau nafsu belaka
Apakah yang menjadi pantangan?
Cinta takkan memandang
Ingin pastikan terkabulkan
Nista pula walaupun terpandang
Didih mendidih
Remang meremang
Angan berangan
Tampak pula akhirnya si belang
Ini perasaan para remaja
Resah gelisah galau merana
Inikah cinta atau nafsu belaka?
Pikiran kembali bertanya-tanya
Kalimat suci mengekang diri
Hati dijaga agar tak tersakiti
Angan-angan disimpan kembali
Indah dirasa kemudian hari
Bakal Rindu
Bakal rinduku
Tertanam di bawah lantai masjid tanpa beludru
Saat-saat lutut bersatu
Saat-saat tumit bertemu
Bakal rinduku tertata
Kebersamaan di bawah atap asrama
Saat makan sepiring bersama
Saat sabar antrian panjang menggoda
Bakal rindu sebab ikhlas
Tertanam di bawah remangnya kelas
Saat-saat otak memanas
Saat otak merasa tak pernah puas
Bakal rindu tertanam di surga dunia
Kantin orang banyak menyebutnya
Nama tertulis dalam catatan amalnya
Tak ingin pulang karena nikmatnya
Bakal rinduku
Tertanam rapi di tanah perjuangan ilmu
Diberi pupuk waktu
Dibasmi hama dendam yang mengganggu
Kelak di akhir waktu
Akan kupetik rindu dengan bertemu
Semoga masih diberi waktu
Oh, bakal rinduku
Masya Allah, kerinduan seorang santri terhadap pondok pesantrennya.