Sedikit Renungan Motivasi Hidup

Sedikit Renungan Motivasi Hidup

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Manusia adalah makhluk yang berada di antara dua sisi, bisa baik dan buruk. Ketika menjadi tidak baik, butuh renungan motivasi hidup. Ketika baik, ternyata juga butuh hal itu.

Dua sisi tersebut akan selalu membayanginya setiap hari. Dan, dari dua sisi manusia itu juga, kita belajar jangan mudah menghakimi orang lain, terlebih jika kita bukan hakim pengadilan, apalagi hakim garis sepakbola.

Tidak selamanya orang akan buruk terus, mungkin juga tidak selamanya akan baik. Saat berbuat buruk, dia butuh dorongan, meskipun dia bukan mobil mogok. Butuh motivasi. Butuh penyemangat. Butuh suatu renungan motivasi hidup.

Mengapa harus pakai renungan? Apa yang mau direnungkan? Apakah ini seperti acara renungan Pramuka yang dibayang-bayangi orang tua meninggal oleh kakak pembina? Mending kakak pembina sendiri yang membayangkan orang tuanya meninggal. Kalau orang tua kita masih sehat wal afiat, masa dipikirkan meninggal? Justru kita ingin orang tua panjang umur. Ya ‘kan?

Sebuah renungan motivasi hidup memang perlu dicermati, dicerdasi, meskipun ini bukan perlombaan cerdas cermat. Malam hari misalnya, saat suasana sepi, yang ada hanya suara serigala, renungan motivasi hidup perlu untuk dirasakan. Pertanyaannya sekarang, saat suasana sepi dan hanya suara serigala, ini berada di mana sih? Di hutan?

Baca Juga: 5 Cara Pinter Atasi Minder

Mari kita coba berbagi cerita renungan motivasi hidup. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Kalau toh nanti tidak bermanfaat, dimanfaatkan saja agar lebih bermanfaat. Lho?

1. Pesawat Terbang

renungan-motivasi-hidup-1

Kita mulai cerita tentang pesawat terbang. Ini tidak ada kaitannya dengan swab maupun rapid antigen sebelum naik pesawat. Bukan itu, apalagi terkait larangan mudik dengan pesawat terbang. Eh, kalau mudik dilarang, pulang kampung dilarang juga nggak ya?

Ini mungkin cerita fiktif. Tapi semoga ada maknanya yang tersirat, tersurat, dan terciprat. Seorang anak bertanya kepada bapaknya, “Buat apa berlapar-lapar puasa?” Waduh, ini malah syair lagu Bimbo!

Bukan itu pertanyaannya. Anak kecil itu bertanya, “Ayah, kenapa pesawat terbang itu kalau di langit kelihatan kecil?”

Sang ayah melihat ke langit. Benar juga sih, terlihat kecil. Tidak tahu itu pesawat jenis apa, maskapai apa, bahkan pramugarinya tidak kelihatan juga.

“Ya, memang kecil, Nak, tapi ada keadaan lain lho!”

“Maksudnya, Yah? Apa itu, Yah?”

“Yuk, ikut Ayah!”

Anak itu dibawa ayahnya menggunakan mobil ke bandara. Tidak disebutkan bandara apa namanya, yang penting bandara. Kalau bandana, itu sering dipakai oleh anak perempuan. Hubungannya apa coba?

Mereka berada di tempat yang cukup dekat dengan pesawat yang parkir. Anak itu langsung kaget, dan bilang, “Wow, besar sekali pesawatnya, Ayah!”

“Nah, nyata ‘kan kalau pesawat itu memang aslinya badannya besar.”

“Ya, Ayah, besar badan pesawat. Lebih besar daripada perut Ayah!”

Kalau yang kalimat terakhir itu, saya tambah-tambahi sendiri!

Apa Maknanya?

Itulah perumpamaan hubungan kita dengan Allah. Sudah dipahami orang bahwa Allah itu Maha Besar. Tidak ada yang lebih besar daripada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tapi, masih saja ada orang menganggap Allah itu jauh. Bahkan dia lupa dengan kebesaran Allah. Akhirnya, dia jadi merasa tidak butuh dengan kehadiran Allah.

Cobalah kita untuk mendekatkan diri dengan Allah. Semakin dekat, maka kita akan menjadi semakin yakin dan jelas bahwa Allah itu memang Maha Besar. Kita merasa masalah kita yang paling besar di dunia ini, tetapi lupa, eits, ada Allah yang jauh lebih besar. Masalah sebesar apapun akan menjadi kecil bagi Allah. Asalkan kita mau mengeluh kepada-Nya, mau berdoa kepada-Nya.

Jangan malah mengeluh di medsos, di Facebook misalnya. Apalagi jika mengeluhnya cuma bisa mode buta, hanya bisa membaca tulisan, tidak bisa melihat gambar. Kalau itu, namanya Facebook gratisan, Bro. Isi paket datamu, lah!

2. Kapak dan Hutan

renungan-motivasi-hidup-2

Setelah cerita tentang pesawat telepon, eh, pesawat terbang, kita beralih ke cerita selanjutnya. Kali ini tentang kapak dan hutan. Seorang pemburu datang ke sebuah hutan dengan membawa kapak. Dia memang tidak membawa gergaji mesin. Dia lebih suka manual dan memanfaatkan tenaga asli tangannya.

Dalam cerita ini, hutan seakan-akan bisa berbicara. Mereka saling berbisik di antara pohon-pohon. Melihat kapak yang bentuknya cantik dan menarik, serta gagangnya terbuat dari kayu juga, pohon-pohon itu merasa senang.

Baca Juga: Ada yang Namanya Pak Edi Siregar, Tapi Jarang yang Bernama Pak Ide Segar

“Wah, senangnya kita dapat teman baru! Ternyata, ada juga dari luar lho!”

“Benar, Sep,” pohon kok namanya Asep?

“Akhirnya, kita bisa punya kenalan baru juga. Selamat datang kapak di hutan ini!”

Begitulah kira-kira percakapan mereka. Kapak yang gagangnya dari kayu telah dianggap teman baru mereka. Padahal, kalau dicermati lebih dalam, apakah kapak itu memang benar-benar teman mereka? Tentu tidang dok, wah salah, tidak dong! Tugas kapak itu cuma satu, yaitu apa? Yak, jawabannya adalah menebang pohon!

Apa Maknanya?

Seperti itulah perumpamaan seorang teman. Mungkin kita lihat dia menarik, sifatnya baik, sopan, bagus, tetapi ternyata di balik itu, dia musuh dalam selimut. Kita menjadikannya teman karena semata-mata ada kemiripan. Misalnya: kemiripan sifat, hobi, pekerjaan, orientasi, dan hal lainnya. Tapi justru, di balik itu, dia adalah orang yang berbahaya buat kita. Bisa menusuk kita dari belakang.

Untuk menghadapi hal itu, memang harus sangat hati-hati. Disarankan memang mencari teman atau sahabat dari lingkungan yang baik-baik, seperti: majelis taklim, kajian, organisasi dakwah, perkumpulan profesi guru, dan semacamnya. Insya Allah, orang-orang yang ada di dalamnya betul-betul baik.

Sebuah Botol

renungan-motivasi-hidup-3

Terakhir renungan motivasi hidup dalam tulisan ini adalah tentang penggunaan waktu. Agar lebih mudah dipahami, waktu itu ibaratnya adalah botol. Kita bisa ambil contoh sembarang botol, boleh itu botol air mineral putih, air minuman teh, kopi, susu, dan botol lainnya, asal jangan jin dalam botol diikutkan.

Sebuah botol jika diisi air yang bisa diminum, mungkin harganya bisa lima ribu rupiah. Sedangkan, jika diisi madu, harganya bisa ratusan ribu rupiah. Bandingkan dengan botol yang sama diisi parfum, nilainya bisa jutaan rupiah lho!

Apa Maknanya?

Isi dalam botol adalah ibarat waktu bagi seseorang. Sama-sama memiliki 24 jam, tetapi penggunaannya berbeda-beda. Nilainya tidak sama. Ada yang hanya menggunakannya dengan rebahan, ada pula yang bekerja keras. Ada yang menggunakan untuk menulis, seperti saya ini, hehe. Ada juga yang menggunakan untuk membaca, seperti yang baca ini, hehe lagi.

Botolnya sama, isinya berbeda. Mau diisi apapun, itulah yang menentukan nilainya.

Kesimpulan

Sedikit renungan motivasi hidup berdasarkan tiga perumpamaan di atas, mungkin suatu saat akan kita alami, atau pernah kita alami sebelumnya. Setidaknya, kejadian yang pernah terlewat bisa menambah pengetahuan serta pengalaman kita. Tinggal kita sendiri, apakah akan menjadikannya renungan motivasi hidup atau tidak?

renungan-motivasi-hidup-4

Baca Juga: 5 Manfaat Membuat Catatan Kecil

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

21 Comments

  1. Ini mesti ditulis sekali jadi …lho. ..buktinya tulisan enak dibaca dan mengalir…..ini tisan bung Rizky lho buktinya ada.lucu-lucunya. Bikin senyum sendirian …. hehehe…. salam literasi Bung. Pokoknya mantap

  2. Tulisannya enak dibaca tidak ngebosenin,kadang ada lucunya bikin kita bahagia sejenak😄 ,kemudian kembali ke ke laptop he maksudnya masalah sendiri😇

  3. Keren… Master Rizki, trimks share tulisan. Betul sekali manusia yg punya akal dan pikiran pasti mengalaminya.

  4. Renungan yang sangat mengena, Pak Rizky. Pandai mencari teman, memanfaatkan waktu, dan mendekatkan diri pada Allah.

  5. Boleh komment yang banyak ya pak Rizky, tulisanx kereen, gaya bahasa anak muda banget, kriuk kriuk renyah gitu, ngalir lancar bagai air PDAM yang baru selesai bayar tunggakan, juga seperti gorengan yang pas resepx, jadi bikin ketagihan😀🙏

  6. Benar pak Rizki. Ada saja tulisannya yang menghibur. Tulisan yang menambah ilmu. Namun, kesannya tidak menggurui. Aku suka.

  7. Pak Rizky ide dan tulisannya selalu keren matursuwun atas renungannya luar biasa

    Mohon kritik tulisan saya

  8. Renungan diri membuat kita sadar diri untuk bisa lebih hati-hati agar hidup lebih berarti. Tetimakasih Pak Rizky..sangat mengena di hati.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.