Waow, Jadi Referensi Metode Pembelajaran Online dengan Video! (Resume 4 Belajar Menulis Bersama Om Jay dan PB PGRI)

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pandemi masih menghantui, melebihi hantu-hantu yang ada di televisi itu! Kaitannya dengan belajar anak-anak kita bagaimana? Solusi yang bisa ditawarkan adalah metode pembelajaran online dengan video. Benarkah efektif?

Memang tidak bisa dimungkiri, atau mungkin juga dimungkanan, bahwa metode pembelajaran online dengan video itu jauh lebih menarik daripada cuma tulisan dan gambar tidak bergerak.

Video secara umum mendekati aslinya. Apalagi ditambah dengan suara atau backsound, bisa juga dengan animasi atau warna-warni yang menarik. Pasti deh, anak-anak kita lebih tertarik.

Bandingkan dengan tulisan. Sudah banyak kata, paragraf, maupun dari paragraf ke paragraf. Apalagi bagi orang yang tidak suka membaca. Waduh, langsung merasa bosan!

Melalui Sesosok Guru Kreatif

Guru yang bisa menerapkan metode pembelajaran online dengan video memang termasuk kreatif. Untuk membuat video memang tidak mudah.

Jangankan video, membuat tulisan saja tidak gampang, kok! Apalagi video ditambah dengan tulisan, auto kuadrat pusingnya.

Sebenarnya, sesulit apapun sesuatu, kalau tidak dilakukan, maka akan terasa tetap sulit. Menggunakan metode pembelajaran online dengan video, mesti mengetahui tahap-tahapnya.

Pada belajar menulis gelombang 16 bersama Om Jay dan PB PGRI pada Senin (12/10), dihadirkan seorang narasumber bernama Hamzah Ramdhani, guru IPA di SMP Negeri Bumi Raya Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.

narasumber-metode-pembelajaran-dengan-video
Narasumber: Hamzah Ramdhani

Selain sebagai guru, beliau adalah Duta Rumah Belajar untuk pembuatan konten-konten digital guru-guru di seluruh Indonesia, terutama di Sulawesi Tengah.

Baca Juga: Bencana Banjir di Masamba, Luwu Utara dan Sesuatu Spesial yang Sebelumnya Ada

Sebagai penulis, membuat buku panduan IPA guru dan murid kurikulum 2013. Bahan-bahan lain dituangkan dalam video karena beliau merupakan kreator konten. Content creator istilah Inggrisnya.

Cap Materi Pelajaran Sulit

pelajaran-sulit-metode-pembelajaran-online-dengan-video
Pelajaran IPA dianggap pelajaran sulit. Hem, betulkah?

Persepsi di anak didik kita, bahkan orang tua, pelajaran IPA itu termasuk paling sulit. Sebab IPA menjadi bagian dalam trio sekawan dan sahabat kental: Biologi, Kimia dan Fisika.

Entah mengapa, pelajaran-pelajaran semacam itu dianggap sulit? Apakah karena ada hitung-hitungannya semacam fisika dan kimia? Begitu?

Apakah sudah turun-temurun sampai sekarang bahwa sedikit orang yang bisa menaklukkan ketiganya? Atau apa ya? Bisa jadi karena persepsi di kalangan orang tua yang menempatkan IPA lebih tinggi daripada IPS.

Anak yang jelek di pelajaran IPA, orang tua akan memarahinya. Oh, ya, ditambah dengan Matematika. Sebagian orang menyebut pelajaran Matematika punya kepanjangan: makin tekun, makin tidak karuan. Walah…

Jurusan IPA yang seperti itu capnya, bagaimana murid akan bisa memahami dengan lebih mudah? Tekanan yang bertubi-tubi justru membuat banyak murid tidak merasa menikmati pelajaran-pelajaran tersebut.

Namun, saya mau cerita sedikit bahwa ternyata sesuatu yang dilihat sulit itu sebenarnya tidak mudah. Aduh, maksudnya, jika ada motivasi yang positif, hasilnya juga positif.

Saya punya kakak kelas dulu di SMA. Sebentar, ganti paragraf dulu, agar tidak terlalu panjang.

SMA saya dikenal sebagai sekolah yang hobi tawuran. Musuhnya banyak. Kakak kelas saya tersebut, agar lebih rahasia, sebut saja inisial huruf depannya S, belakang O, tengahnya E dan N, dibacanya SENO. Ini sih bukan inisial lagi namanya. Siapa sih yang masih merasa hari ini sial?

Dia pernah ikut beberapa kali tawuran. Pokoknya, masuk komunitas anak-anal nakal, lah. Sementara saya, ikut komunitas anak baik-baik. Ya, begitulah, kalau tidak salah.

Mulai kelas 2, penjurusan zaman itu nanti di kelas 3. Dulu tidak ada namanya kelas 10, 11 maupun 12. Jadi, kelas 1, 2, maupun 3 SMA.

Kelas 3 SMA saya tersebut hanya ada dua jurusan, IPA atau IPS. Nah, dia dahulunya berasal dari SMP favorit di kota saya tersebut.

Berarti, sebenarnya kecerdasan pada kakak kelas tersebut masih ada dong. Kepintarannya semestinya masih melekat. Ternyata, dia berhasil membuktikan hal itu!

Waktu kelas dua SMA, dia rajin sholat Dhuha di musholla sekolah. Saya pernah lihat dia meletakkan sebuah buku Biologi sebelum sholat Dhuha dimulai. Biologi? Ya, Biologi. Bukan biodata. Memangnya mau bikin KTP apa?

Pada akhirnya, dia pun berhasil masuk kelas 3 IPA. Bayangkan, IPA, lho! Termasuk kelas elit di sekolah saya dan banyak sekolah lainnya.

Lulus SMA, berhasil tembus Teknik Geologi UGM. Ilmu tentang bumi ya? Waow, prestasi yang cukup membanggakan! Jelas diri dan keluarganya yang akan menerima.

Lalu, buku Biologinya bagaimana? Nah, ini yang akan lebih diceritakan dalam tulisan ini. Kita tahu, pelajaran Biologi seputar makhluk hidup, baik itu hewan, manusia maupun tumbuhan. Kucing kamu yang warna oranye juga masuk dalam pembahasan biologi lho, meskipun sering mencuri ikan di meja makan.

Baca Juga: Muncul di Tengah Pandemi Corona: Bisnis Jasa Sewa Laptop

Sebenarnya, Biologi itu masih mending daripada Fisika dan Kimia yang lebih njelimet. Hanya melihat dan mempelajari makhluk-makhluk Allah, maka kita akan makin mengagumi kekuasaan Allah. Tambah yakin bahwa Allah adalah Maha Pencipta dan sebaik-baik pencipta. Benar ‘kan?

Mari kita bayangkan, ada berapa sih jenis hewan dan tumbuhan di bumi ini? Pastilah sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya. Allah juga menghiasi hewan dan tumbuhan tersebut dengan luar biasa. Bagaimana contohnya?

Kamu bisa melihat lagi pada kucing di rumah. Adakah yang punya warna rambut (bukan bulu lho ya), persis sama? Saya yakin tidak ada. Sama-sama coklat ada, sama-sama oranye ada, tetapi alur-alur di rambutnya, saya yakin pasti berbeda.

Lebih mudah lagi ketika kita memelihara ikan. Apalagi sekarang ikan yang sedang tren adalah ikan cupang. Dalam video-video viral, sering muncul ikan yang satu ini.

Intinya, belajar Biologi itu pada dasarnya menyenangkan. Meski anggapan bahwa itu pelajaran susah, yah, masih belum hilang. Susah tidaknya, memang tergantung masing-masing murid.

Untuk bisa mengenalkan Biologi dalam suasana yang lebih menyenangkan, bagaimana caranya? Apalagi di tengah pandemi ini. Hey, bukankah si biangnya pandemi ini juga termasuk pelajaran Biologi?

Salah Satunya Melalui Video

Dalam pelatihan guru menulis bersama Om Jay dan PB PGRI pada Senin (12/10) yang lalu, Hamzah Ramdhani mencontohkan metode pembelajaran online dengan video, pada pelajaran Biologi.

Mau lihat videonya? Boleh saja, silakan dicus saja ke video pertama tentang sistem gerak pada hewan dan tumbuhan.

Sedangkan untuk yang berikutnya, video kedua tentang perkembangbiakan hewan (teknologi perkembangbiakan hewan dan tumbuhan). Boleh disimak keduanya dan berikan tanggapan positif kamu ya!

Pada video pertama, Hamzah Ramdhani memang tidak tampil atau terlihat wajah beliau. Cuma narasi melalui suara. Sementara pada video pertama, sudah tampil. Yang mana lebih bagus, silakan kamu menilai sendiri!

Yang jelas, pertama saya menonton kedua video tersebut, hem, sangat menarik. Materi Biologi bisa tersampaikan dengan gamblang dengan gambar-gambar bergerak tersebut.

Saya yakin, para murid akan merasa takjub dan susah untuk meninggalkan video tersebut tanpa selesai terlebih dulu. Tanpa sadar, ilmu sudah masuk. Bukankah dengan cara yang menyenangkan, sesuatu itu jadi tidak ada yang sulit?

Bagaimana Cara Membuatnya?

membuat-metode-pembelajaran-dengan-video
Ilustrasi membuat video

Untuk bisa langsung seperti Hamzah Ramdhani memang tidak mudah. Apalagi bagi guru yang terbiasa cara tradisional mengajar lewat online sekarang ini. Apa itu? Lewat Whatsapp saja!

Aplikasi hijau tersebut memang sudah menjadi piranti sejuta umat. Hampir semua HP Android, ada Whatsapp di dalamnya.

Tidak setiap HP ada Facebook, tetapi Whatsapp sudah pasti. Seperti seorang ustaz yang pernah datang ke daerah tempat saya tinggal. Beliau tidak terlalu suka dengan media sosial. Hanya WA yang setia dijadikan sarana komunikasi.

Kalau guru menggunakan WA, hanya memfoto buku fisik, lalu mengirimkan ke grup kelas. Begitu saja. Murid-murid mengumpulkan jawaban melalui foto juga.

Meski hal itu adalah metode baru di tengah pandemi, tetapi sebenarnya sudah tradisional juga, karena hampir semua melakukannya.

Oh, ya, WA ini juga simbol status quo lho! Sebab, ketika orang sudah nyaman dengan WA, maka sulit berpindah ke lain hati, eh, ke lain aplikasi.

Padahal, ada aplikasi yang lebih joss, yaitu: Telegram. Aplikasi yang ini bisa mengirimkan video dalam kapasitas besar. Bisa membuat super grup dengan ribuan orang. Jauh lebih aman daripada Whatsapp.

Selain itu, setiap share link website, selalu akan muncul gambar preview. Sudah cukup lama, website saya ini linknya ketika akan muncul di WA, tidak muncul gambar preview. Adakah yang salah? Apakah saya salah dalam mencintai? Halah…

Dalam pelatihan kemarin, Hamzah Ramdhani mengajarkan sebuah metode baru. Jangan cuma lewat WA, tetapi pakailah YouTube!

Baca Juga: Perlu Cara Cerdas Pakai Media Sosial, Karena Sejatinya Kita Memang Cerdas

Lho, Mas, bukannya kalau sekadar aplikasi video, ada juga TikTok kan? Memang benar sih, TikTok penuh juga dengan video, tetapi ada sedikit perbedaan, terutama dari segi durasi.

Pada YouTube bisa berdurasi berjam-jam. Sedangkan di TikTok, setahu saya maksimal tiga menit saja. Meskipun ada pula video yang diulang-ulang dengan durasi sekitar satu menit saja. Namun, itu-itu terus gerakannya.

Warganet pun berkomentar, “Wah, tanpa terasa sudah 2040 nih!” atau yang seperti ini, “Baru tahu sekarang TikTok bisa diputar sampai hari kiamat!”

Kira-kira seperti itulah komentar dari warganet. Mereka punya kuota internet, meskipun untuk kuota pikiran belum tentu ada. Hehe…

Sebuah Tantangan Bagi Guru

Nah, seorang guru tiba-tiba disuruh membuat video seperti dua contoh di atas, kemungkinan besar akan puyeng. Lha wong, jangankan video, untuk menulis saja, belum tentu hasilnya joss kok! Ya ‘kan?

Untuk menulis yang masih terasa sulit saja, bisa lewat pelatihan belajar menulis bersama Om Jay dan PB PGRI yang sekarang sudah masuk ke gelombang 16. Untuk yang dulu pernah terjebak harga tanaman gelombang cinta, saatnya mengikuti gelombang 16 ini. Tidak nyambung juga sih yang ini.

Kalau dikatakan sebuah tantangan guru dalam membuat video, tidak ada yang tidak bisa dilakukan selama sang guru mau mencoba dan belajar.

Lho, bukankah guru itu seharusnya memang seorang pembelajar sejati? Masa menasihati murid-muridnya untuk terus atau rajin belajar, sementara dia sendiri tidak mau belajar?

Tutorial membuat video pembelajaran tersebar sangat banyak di YouTube. Silakan disimak saja, yang mana paling mudah dilakukan? Yang mana lebih menarik untuk menjadi metode pembelajaran online dengan video?

Seperti peserta menulis yang lain, Hamzah Ramdani memberikan enam langkah untuk bisa membuat video pembelajaran. Di antaranya sebagai berikut:

  1. Analisis KI dan KD. Semestinya ini perlu diartikan lebih detail, apa itu KI, apa itu KD? Yang terakhir mungkin orang mengiranya Krisdayanti, jika pembaca awam dan termasuk generasi 90-an.
  2. Memilih indikator. Erat kaitannya dengan fokus. Videonya mau tentang apa sih? Jika dibuat dalam durasi yang panjang, tentunya juga tidak akan maksimal. Apalagi sampai seharian penuh. Siapa juga mau lihat video selama itu?
  3. Mengumpulkan aset video. Jika ingin membuat video pembelajaran, tentunya butuh bahan. Sama dengan memasak. Ada masakan yang butuh banyak bahan, ada juga yang tidak. Kembali ke poin dua, videonya seperti apa? Kalau hanya video sederhana, mungkin tidak butuh banyak asetnya.
  4. Proses merekam video. Tentunya, metode pembelajaran online dengan video itu butuh disimpan. Agar sewaktu-waktu dapat diputar ulang. Namun, jangan baper, diputar ulang seperti masa lalu saja dengan si dia. Haisss!
  5. Editing video. Sama dengan tulisan, jarang sekali ada yang langsung jadi tanpa diedit terlebih dulu. Kecuali, kata-kata mesra ke pasangan kita mungkin ya? Nah, kalau video, aspek editing itu sangatlah penting. Memadukan gambar, membuang gambar yang tidak perlu, menambahkan tulisan, mengatur warna dan suara, serta hal-hal lain hingga video tersebut menjadi ciamik, lalu dilempar ke publik.
  6. Review dan revisi. Tidak ada ciptaan manusia yang sempurna. Selalu harus ada timbal balik. Kita bisa mengatakan bahwa video yang kita buat sudah bagus, tetapi bagi orang lain belum tentu. Oleh karena itu, kita butuh melihat kembali. Jika ada yang salah, maka harus direvisi. Begitu seterusnya.

Tentang aset video, bisa dimulai dengan gambar-gambar yang berkaitan. Kalau membuat video tentang pelajaran biologi, maka asetnya jelas hewan, tumbuhan dan manusia.

Namun, jangan asal ambil gambar di Google! Sebab, tidak semua gambar yang terpampang di mesin pencari terbesar di dunia itu bisa bebas dicomot.

Efeknya, kalau kita melakukan hal tersebut, bisa jadi, nanti ada yang komplain. Menuduh kita melanggar hak ciptanya. Jelas tidak bagus jika sampai berurusan dengan hukum.

Solusinya? Seperti yang disampaikan oleh Hamzah Ramdhani, ada satu situs gambar gratis, yaitu: Freepik.com. Apakah cuma itu? Oh, masih banyak, Rudolfo!

Ada Pixabay. Situs ini paling sering saya ambil gambarnya. Selain gratis, resolusinya juga tinggi. Tidak pecah ketika dipajang di website.

Situs lainnya, Pexels, Gratisography, Picjumbo, Flickr, Unsplash dan masih banyak lagi. Ah, satu situs saja gambarnya sudah jutaan kok, apalagi banyak. Jangan-jangan malah kita yang jadi bingung sendiri nanti?!

Bagaimana dengan video? Ketika cari di YouTube, kita juga tidak bisa asal comot. Perlu melihat lisensinya. Apakah itu bebas hak cipta atau tidak?

Saya pernah membuat sebuah video. Memakai nasyid Syekh Misyari Rashid. Begitu video tersebut tayang, maka langsung kena peringatan dari YouTube. Lewat email, video saya dikatakan melanggar hak cipta.

Efeknya bagaimana? Apakah saya terkena jeratan hukum? Alhamdulillah, tidak sampai seperti itu. Namun, video saya di YouTube menjadi rusak. Tidak bisa diputar. Bahkan ketika di laptop juga tidak bisa berjalan baik.

Kalau sudah begitu adanya, maka mau tak mau, harus dihapuskan dari dashboard channel YouTube saya. Bikin lagi yang lebih bagus, dan tidak diklaim milik orang lain.

Ya, begitulah. Sekadar sharing saja dari saya, bahwa semestinya kita memang menghargai hasil karya orang lain. Atau menggunakan dari orang lain, tetapi yang memang diperuntukkan bagi kalangan umum secara gratis dan legal.

Jadi, Kapan Mau Dimulai?

Bagi guru yang tertarik atau siapapun yang ingin menggunakan video untuk pembelajaran, maka tidak perlu berpikir terlalu jauh. Harus pakai komputer super canggih, harga mahal, software yang jutaan rupiah atau bahkan menyewa seorang video maker.

Kalau berpikir seperti itu di awal, mungkin akan langsung down. Apalagi di daerah kita belum pernah sama sekali lockdown. Wah, tidak ada hubungannya!

Jika merasa tertarik metode pembelajaran dengan video, bisa kok dimulai saja dengan HP. Ya, dengan gawai yang setiap saat kita pegang itu.

Tutorial membuat video dengan gawai, diajarkan pula oleh Hamzah Ramdhani. Pakai aplikasi Kinemaster. Linknya ada di sini. Silakan dilihat, disimak dan dipraktekkan jika dibutuhkan.

Eits, Tunggu Dulu!

tunggu-dulu-metode-pembelajaran-dengan-video
Tunggu dulu, jangan bergerak!

Dalam hidup ini, selalu saja dua sisi. Keduanya berdekatan, tetapi tidak bisa bersatu.

Yah, seperti Indomaret dan Alfamart atau Alfamidi, lah. Berdampingan, tetapi bukan jodoh. Mirip kamu dengan si dia ‘kan? Ah, itu ‘kan masa lalu.

Tadi disebutkan tentang kelebihan menggunakan video dalam belajar. Jelas, secara visual, video itu lebih menarik daripada gambar statis maupun tulisan biasa.

Namun, ada hal-hal yang perlu dipikirkan juga menyangkut metode pembelajaran dengan video. Apa itu?

Salah satu hal yang dipikirkan adalah kuota murid dan jaringan internet. Bila berada di kota besar, hal itu mungkin tidak terlalu menjadi masalah.

Banyak tersedia WiFi gratis. Sinyal internet pun lancar jaya. Namun, bagaimana dengan di daerah pelosok? Atau di daerah pedesaan? Tentu, kondisinya akan berbeda.

Sering menggunakan YouTube untuk belajar, maka akan menguras paket data orang tua murid dengan lebih cepat. Sedangkan di tengah pandemi ini, keuangan mesti diperketat.

Begitu juga dengan sinyal. Tidak selalu video YouTube itu lancar diputar. Jika ada lingkaran loading dan berputar terus, jelas itu karena sinyal internet.

Untuk sesekali sih oke-oke saja memakai video, tetapi mungkin tidak bisa seterusnya. Kondisi keluarga dan rumah tangga murid jelas berbeda. Harus dicari metode yang lebih tepat, tetapi murah dan tetap efektif.

Saya sendiri pernah juga membuat video, tetapi bukan pembelajaran. Saya juga tidak memakai software yang rumit-rumit kok. Cuma pakai Powerpoint.

Hah, Powerpoint? Ya, software presentasi sejuta umat itu. Ternyata bisa juga dipakai untuk membuat video yang ciamik.

Baca Juga: Menang Lomba Blog Mizan dengan Tema Pembajakan Buku, Alhamdulillah

Bahkan, video yang saya buat tersebut, efeknya mirip dengan film Hollywood. Wow! Mau lihat contohnya? Boleh saja, silakan kamu kunjungi di sini.

Bagi seorang guru, mau membuat buku untuk belajar juga oke. Namun, tidak cuma buku, tetapi juga video tentang buku tersebut. Wah, seperti apalagi ini? Simak langsung saja di sini.

Selain keterbatasan kuota dan sinyal internet, apalagi?

Kalau yang ini sih menyangkut pemahaman guru saja. Kita tahu cukup banyak guru yang mempunyai pemahaman tertentu tentang video dan musik yang menyertainya.

Musik dikatakan haram. Untuk yang satu ini, memang ada hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Seperti artikel berikut ini.

Untuk yang seperti itu, memang harus dihormati juga, karena menyangkut pikiran, perasaan dan pemahaman masing-masing. Musik bisa diganti dengan nasyid, meski jumlahnya lebih sedikit di YouTube.

Solusi Alternatif?

Sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar kelas 7 SMP dan 11 SMA, saya juga dihadapkan dengan pembelajaran online atau daring. Menggunakan video seperti resume di atas asyik juga sebenarnya, tetapi saya belum akan menggunakannya. Paling tidak untuk saat ini.

Lalu, apa yang akan saya lakukan? Jawabannya: lewat website pribadi saya ini. Web inilah yang saya gunakan untuk memberikan tugas sekaligus membahas jawaban dari para murid.

Saya tinggal menyebarkan link melalui grup kelas, mereka masuk, melihat soalnya, lalu mulai mengerjakan. Sejak awal, saya juga mengombinasikan dengan Google Form. Mereka masuk ke lembar jawaban di situ. Nah, jawaban mereka langsung bisa dilihat dalam bentuk tabel-tabel mirip Excel. Itu juga menarik.

Mengapa saya belum akan menggunakan video? Sebab, saya memang mengajarkan para murid untuk banyak membaca. Belajar Bahasa Indonesia tidak perlu harus dengan banyak video, cukup dengan teks-teks.

Selain itu, di daerah saya, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, masih banyak daerah yang tidak terjangkau sinyal dengan baik. Bahkan, di daerah yang masih belum terlalu jauh dengan ibukota.

Hem, kalau begitu, kembali ke tulisan saja. Toh, sekalian juga promosi web. Di antara para guru dalam grup saya, cuma saya yang punya web pribadi seperti ini. Songong dikit dong. Whehehe..

Kesimpulan

Setiap mata pelajaran, jelas berbeda metodenya. Jangankan online, untuk offline atau luring saja juga tidak sama. Kapan guru harus berdiri di depan papan tulis? Kapan harus berkeliling di antara para murid? Kapan pula harus merokok? Waduh, yang terakhir ini, tinggalkan saja deh!

Metode pembelajaran online dengan video maupun tidak, silakan dipikirkan oleh masing-masing guru. Tidak cuma guru sebenarnya, siapapun boleh.

Mau sekadar lucu-lucuan dengan video, diserahkan ke masing-masing person. Yang penting tidak ada unsur-unsur yang negatif. Apalagi sampai melanggar hukum yang ada. Hiii…

Sementara bagi yang setia dengan tulisan seperti saya, juga oke-oke saja. Bagaimanapun, belajar dan mengajar itu tetap harus konsisten dilakukan. Dan, jangan lupa, tentunya harus pembelajaran yang menyenangkan.

Sebab, setiap guru, sejatinya tidak hanya pengajar, tetapi juga seorang pembelajar.

Baca Juga: Cara Buat CV Jaman Now [5 Website Ini Membantu Agar CV Kamu Jadi Makin Menarik, Ciamik, Asyik dan Langsung Dilirik]

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

12 Comments

    1. Wah resume yang sangat mantap. Namun, menurut saya prolognya terlalu panjang yang justru mengaburkan esensi materi yang diresume. Prolog sebenarnya bisa dipotong dan malah bisa dijadikan konten terpisah yang oke. Ini menurut saya, lo, ya. Enggak tahu kalau menurut Mas Anang. 😂

      1. Hehe… Makasih sarannya pak.
        Soalnya yang lain sudah bahas materi, saya cari hal lain yang kira-kira menarik. 😄

        Makasih sudah berkunjung dan kasih komentar. 🙏

  1. Yang saya suka dari tulisan bang Rizky ini mampu merangkai kata dengan panjang. Tidak mentok terbatas dengan bahan yang ada.

    1. Alhamdulillah.
      Memang berusaha tampil beda pak. Harus cari referensi yang banyak. 😊

      Terima kasih sudah berkunjung.

    1. Alhamdulillah. Masih belajar juga Bu.
      Tipsnya: banyak membaca, banyak belajar dari tulisan orang lain, banyak berlatih dengan menulis, tiap hari kalau perlu.

      Selain itu, ya, gabung di komunitas menulis. Intinya, bakat bukan yang utama karena banyak orang berbakat menulis, tetapi toh tidak jadi penulis juga.

      Tetap semangat menulis juga Bu! Semoga sukses.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.