Perlu Cara Cerdas Pakai Media Sosial, Karena Kita Sejatinya Memang Cerdas!

Perlu Cara Cerdas Pakai Media Sosial, Karena Kita Sejatinya Memang Cerdas!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Nah, kali ini bicara tentang media sosial. Bagaimana cara cerdas pakai media sosial sih? Saya baru saja mengalami. Yah, meskipun saya tidak mengaku cerdas juga, tapi betul-betul pengalaman yang mengesankan. Mau tahu? Yuk, simak!

Ceritanya begini, pagi sekitar jam delapan pagi, saya posting tautan tentang Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia ke grup Kampung UGM. Ini tautan lengkapnya.

Grup Facebook tersebut bisa menjadi aplikasi yang jitu tentang cara cerdas pakai media sosial. Sikap bijak dalam penggunaan media sosial itu tercermin dari setiap anggotanya.

Saya amati, grup Kampung UGM, masih terpolarisasi antara pendukung Prabowo dengan Jokowi, masih membekas pertarungan di Pilpres 2019 yang lalu. Namun, karena Prabowo sudah masuk menjadi bagian kabinet Presiden Jokowi, maka sasaran utamanya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Karena sasarannya Anies, maka ada yang membela, ada juga yang mencela. Bahkan, ada satu nama, dari NTT, yang selalu ngotot mencela Anies, apapun kondisinya.

Penghargaan Kepada Anies Baswedan

Silakan dicari sendiri ya tentang banyak penghargaan yang diterima oleh Anies Basewedan. Nah, maksud saya mencantumkan tautan itu adalah agar para anggota di sana bisa tahu, apa berita terbaru tentang gubernur tersebut? Rupanya memang kan ditunjuk jadi ketua asosiasi. Jelas penunjukkan tersebut melihat dari sepak terjang Anies dalam mengelola Jakarta. Tidak gampang lho, karena Jakarta itu punya persoalan yang kompleks banget.

Baca Juga: Betulkah Blokir Kontak Membuat Nyaman di Otak?

Ada satu nama anggota grup, yaitu: Natalius E (tidak perlu cantumkan nama lengkapnya). Dia mengambil gambar Anies yang sedang naik sepeda dengan lepas tangan. Ada captionnya, keahlian: lepas tangan. Gambarnya seperti ini:

Ini Salah Satu Contoh Gambar yang Receh Sebenarnya, Betul Tidak?

Terus saya tanya ke Natalius itu, lha terus? Begitu pertanyaan saya. Eh, dia jawab bahwa itu main sirkus. Nah, ini kan sebenarnya tidak nyambung dan tidak ada kaitannya, bukan? Padahal, yang saya tautkan itu adalah link berita resmi dari Kompas, tapi dijawabnya seperti itu.

Sikap Bijak Dalam Penggunaan Media Sosial Ketika Mulai Menyerang Fisik

Komentar mulai liar. Paling liar adalah ketika mulai menyerang fisik saya yang berjenggot. Katanya, keberatan jenggot. Meskipun dia tidak sebut nama saya secara langsung, tapi tetap tertujunya ke saya. Dalam gambar berita itu, Anies kan tidak tampak jenggotnya. Hehe…

Wah, batin saya mulai panas dong! Saya berjenggot ingin mencontoh sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Tapi, saya berusaha tetap berkepala dingin. Meskipun ada dorongan untuk emosi juga, tetapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Saya harus tetap berusaha agar punya cara cerdas pakai media sosial. Apalagi saya dulunya kuliah di UGM, yang notabene isinya adalah orang-orang berpendidikan. Lalu, bagaimana caranya?

Melaporkan Komentar

Saya tekan komentarnya di komputer, eh, ada menu untuk melaporkan ke admin. Alhamdulillah. Langsung saya pakai saja, saya laporkan komentar Natalius ke admin, dengan alasan: Ujaran Kebencian!

Ada satu lagi komentar yang malah memplesetkan antara jenggot dengan jenglot. Ini jelas lebih menohok lagi! Bukankah jenglot itu adalah makhluk kecil mengerikan? Jelas suatu penghinaan lagi. Saya berusaha untuk tidak emosi, meskipun itu syariat Islam yang mulia.

Baca Juga: Apakah Hidup Anda Seperti Kecoa Terbalik?

Komentar itu juga saya laporkan ke admin. Selang beberapa menit saja, komentar-komentar menyesatkan itu dihapus admin. Wah, adminnya baik hati banget ini! Alhamdulillah. Saya pun jadi lega karena komentar-komentar itu akhirnya tidak jadi dibaca orang atau dijadikan ejekan selanjutnya.

Yuk, Jadi Cerdas Pakai Media Sosial!

Kita pakai medsos pastilah tiap hari. Tapi, tidak semua bisa cerdas pakai media sosial. Kalau medsos hanya dipakai buat sebar hoax, ujaran kebencian, pornografi, gosip dan semacamnya, maka buat apa dipakai lagi? Buang-buang kouta saja! Sementara di antara kita mungkin ada yang tinggal bukan di kuota, tapi di desa. Halah, plesetan.

Jika ada teman atau orang lain yang sama-sama pakai medsos, terus kita tidak suka, tinggal blokir. Tinggal laporkan. Gampang. Mudah. Tanpa harus susah.

Sebab, kita pakai medsos itu seringnya tidak gratis. Pakai duit buat beli paket data. Kalau sudah susah cari uang, terus dipakai buat beli kuota data, hasilnya malah negatif, justru itu yang lebih susah. Ingat, jutaan orang tidak menyadari bahwa medsos bisa jadi penyakit bagi mereka, utamanya penyakit jiwa!

Baca Juga: Bagaikan Naik Pesawat Sampai Ke Akhirat

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.