Duh, lagi-lagi darah dan batin kita sebagai seorang muslim mendidih saat ada guru memperlihatkan kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kok, terjadi dan terjadi lagi sih?
Mengenai masalah ini, seharusnya orang di luar Islam itu tahu dong bahwa tidak ada yang namanya kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Buat apa orang melukis wajah nabi yang mulia ini? Kalaupun ada yang berhasil melukisnya, pastilah hasilnya jelek dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Pernyataan Seorang Muallaf
Saya agak teringat perkataan seorang muallaf, semoga tidak salah, dia masuk Islam dengan alasan: “Hanya Tuhannya orang Islam yang tidak bisa dilihat.” Kira-kira seperti itu. Artinya apa? Kalau agama lain, tuhan mereka kelihatan, hehe. Ada yang dijadikan patung, ada yang dijadikan gambar, dan lain sebagainya. Akhirnya, mereka menyembah patung dan gambar tersebut.
Kaum muslim tidak seperti itu, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala terlalu mulia untuk diwujudkan dalam bentuk gambar dan patung. Gambar dan patung ‘kan benda yang sangat lemah. Gambar mudah dibakar, patung juga mudah dihancurkan. Masa Tuhan pencipta langit dan bumi dimasukkan dalam benda lemah seperti itu? Yang benar saja, lah!
Baca Juga: Memeluk Hidayah, Merangkul Ukhuwah
Termasuk juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seorang ustadz pernah mengatakan bahwa Nabi Yusuf alaihis salam memiliki separuh ketampanan. Jadi, kita ini diberikan sisanya, dan dibagi ke milyaran orang, atau lebih daripada itu. Coba kamu sendiri wajahnya berapa persen hayo? Hehe..
Itu Nabi Yusuf alaihis salam baru setengahnya. Sementara Nabi Muhammad Shallallahi ‘Alaihi Wasallam diberikan sempurna ketampanan. Sangat rupawan wajah beliau. Makanya, digambarkan seperti apapun tidak akan pernah nyambung. Orang yang menggambar pasti sedang halu tentang wajah beliau. Daripada begitu, coba deh berhalu masuk ke neraka Jahannam. Bayangkan tinggal di sana selamanya kalau memang maunya begitu.
Dan, muncul kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini terjadi di sebuah sekolah yang terletak di West Yorkshire, Inggris. Sudah pernah ke sana belum? Jangan dulu deh ke mana-mana, memangnya ada uangmu? Hehe.. Nyindir banget ya?
Seorang guru memperlihatkan kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Akhirnya, komunitas muslim di sana protes. Terus, mengambil kartunnya darimana? Ternyata, dari surat kabar satire Prancis yang bernama Charlie Hebdo itu. Halah, ini lagi, ini lagi!
Konsekuensi
Selain didemo oleh komunitas muslim, guru si pelaku itu diskors oleh pihak sekolah. Si kepala sekolah juga sudah meminta maaf kepada para orang tua siswa.
“Setelah diselidiki, jelas bahwa sumber yang digunakan dalam pelajaran benar-benar tidak tepat dan memiliki kapasitas untuk menyebabkan pelanggaran besar bagi anggota komunitas sekolah kami yang ingin kami sampaikan permintaan maaf yang tulus,” kata Kibble, kepala sekolah tata bahasa Batley dalam emailnya. Email tersebut dikirimkan ke para orangtua. Dia juga berjanji melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Pengunjuk rasa mencapai 30 hingga 40 pengunjuk rasa, ya sekitar itulah, dari berbagai gambar di medsos. Para pendemo itu banyak yang mengenakan masker. Alhamdulillah. Demonya di luar sekolah. Untuk penjagaan, pasukan polisi ada di pintu masuk sekolah. Begitu juga di jalan luar sekolah.
Protes berlangsung damai ketika anak-anak sekolah sudah tiba. Konsekuensi dari demo tersebut membuat jam pelajaran delay sampai jam 10.00 pagi. Memang delay hanya untuk Lion Air saja? Untuk berita ini boleh juga dong!
Hal Sebaliknya
Ada aksi, ada juga reaksi. Sepertinya ini adalah hukum Newton ya? Nah, demo memprotes guru tersebut rupanya mendapatkan balasan juga dari pihak Departemen Pendidikan. Juru bicara di departemen tersebut memprotes juga demo tersebut yang dianggapnya melanggar protokol kesehatan covid-19. “Protes itu sama sekali tidak dapat diterima,” kata juru bicara tersebut tanpa disebutkan namanya, mungkin karena malu atau takut, seperti dikutip The Guardian, Jumat (26/3/2021).
“Sekolah bebas untuk memasukkan berbagai masalah, ide dan materi dalam kurikulum mereka, termasuk yang menantang atau kontroversial, sesuai dengan kewajiban mereka untuk memastikan keseimbangan politik. Mereka harus menyeimbangkan ini dengan kebutuhan untuk mempromosikan rasa hormat dan toleransi antara orang-orang yang berbeda keyakinan, termasuk dalam memutuskan materi mana yang akan digunakan di kelas,” lanjut juru bicara departemen itu.
Jadi, intinya kata si juru bicara ngawur itu, bahwa bebas-bebas saja seorang guru menggunakan media apapun dalam pelajarannya, termasuk dalam hal ini adalah kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hey, Bos, benar sih bisa pakai media apapun, tetapi tidak perlu ‘kan pakai kartun nabi umat Muslim yang betul-betul dijaga kemurnian ajarannya.
Baca Juga: Menciptakan Masjid Ramah Anak: Dua Kisah Nyata
Memperlihatkan kartun semacam itu buat apa sih? Itu jelas hoaks yang sangat besar. Tidak akan mungkin gambarnya akan sama persis dengan aslinya. Masa gurunya tidak tahu sih? Gurunya kok seperti tidak berpendidikan begitu ya? Padahal ‘kan itu di Inggris, yang notabene pendidikannya lebih maju, gitu lho! Selain maju, juga lebih keras. Eh, tunggu, kalau ini namanya kunci inggris. Memang keras sih. Buat nimpuk si juru bicara itu.
Jika ingin menceritakan tentang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, cukup dengan cerita saja, berdasarkan sumber yang dapat dipercaya tentunya. Menceritakan sejarah beliau dengan benar, itu sudah termasuk cukup untuk memberikan informasi kepada para murid. Kalau ada murid yang tanya, “Kenapa tidak digambar wajah Nabi Muhammad?” Yah, itu sebagai bagian dari kemuliaan agama Islam. Tuhan dan nabinya tidak ada gambarnya sama sekali.
Mencoba Analogi Lain
Hem, mungkin kamu pernah membaca novel? Mungkin ada yang pernah, ada juga yang belum. Nah, dalam novel selalu dong ada tokoh-tokohnya. Membaca sambil membayangkan tokoh-tokohnya menjadi bagian yang cukup nikmat bagi pembaca novel. Apalagi jika ceritanya bagus dan bermanfaat, meskipun yah bisa jadi, cuma fiksi. Toh, cerita-cerita semacam itu, menjadi gambaran saja sih, bahwa kemungkinan ada kehidupan yang demikian.
Ketika sebuah novel laris luar biasa, terus difilmkan, ternyata banyak orang yang kecewa. Lho, kok begitu tokohnya? Kok jelek ya? Kok jauh banget dari bayanganku ya? Ini biasanya terjadi pada film Indonesia, yang sampai sekarang belum bisa memuaskan banyak orang. Film yang ujung-ujungnya jadi mirip sinetron. Ambil contoh saja, film Ayat-ayat Cinta. Novelnya sangat bagus, tetapi ketika difilmkan, aduh, kok begitu?
Dari situ, seorang novelis terkenal, Tere Liye, tidak mau semua novelnya difilmkan. Bahkan novel-novelnya yang best seller juga tidak sembarang mau difilmkan. Dia menjaga perasaan para pembaca bukunya. Sebab, khawatirnya banyak yang kecewa ketika gambaran di pikiran beda jauh dengan di film.
Pada berita di atas, ternyata sekolah yang memiliki lebih dari 900 murid tersebut, berada di luar kendali otoritas lokal langsung. Seorang anggota kabinet dewan untuk pembelajaran dan komunitas Kirklees, Carole Pattison, memuji tindakan cepat sekolah.
“Mereka telah meminta maaf, segera mengambil tindakan terhadap materi pengajaran dan mereka sedang meninjau proses yang relevan,” katanya.
Kesimpulan
Seorang muslim meyakini bahwa dia akan ketemu dengan Allah dan rasul-Nya di hari kiamat nanti. Lebih tepatnya lagi di surga. Penghuni surga bisa langsung melihat wajah Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara langsung. Bayangkan saja, Tuhan yang selama ini disembah-sembah, dirindukan, tempat meminta dan memohon, akan benar-benar dilihat bagaikan kita melihat rembulan di malam hari.
Kalau Allah saja bisa dilihat, tentunya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga. Dan, semua orang meyakini bahwa surga itu tempat yang sangat indah dan menyenangkan. Nah, dari situ, jauh sekali perbandingannya dengan gambar kartun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang dibuat oleh musuh-musuh Islam. So, buat apa percaya dengan gambar super jelek macam begituan? Hadeh…