Sebagian orang Indonesia memang termasuk kepo. Belum menikah, ditanya kapan menikah? Sudah menikah, ditanya kapan hamil? Untung tidak ditanya, masih hidup, kapan meninggal?
Untuk apa juga sih kepo-kepo begitu? Bukankah hidup ini semestinya dijalani masing-masing? Kan kasihan jika takdir Allah belum mengenainya, tetapi orang yang kepo itu bertanya terus.
Saat masih jadi jomblo, baik itu laki-laki maupun perempuan, hampir dibully semua. Bahkan keluarga sendiri pun begitu, mereka risih sekali jika ada anggota keluarganya belum menikah. Dianggapnya tidak laku, lah, tidak ada yang suka, tidak ada yang tertarik, tidak ada yang mau. Padahal, kenyataannya bener sih! Lho, kok malah ikutan membully?
Setelah Menikah
Jika ditelusuri, perkara jodoh ini memang cukup gaib. Ada saja jalannya jika memang sudah waktunya tiba. Termasuk tadi, orang yang belum menikah, dianggap memang belum berjodoh. Tapi, orang yang belum berjodoh itu belum tentu tidak bisa mendapatkan jodoh, lho! Hanya memang belum pintar saja dalam mencari jodoh. Lho, saya lagi-lagi membully!
Ada yang sudah diincar sejak lama, lebih lama daripada sniper yang mengincar sasaran tembak musuh. Tiap hari mungkin melakukan pendekatan alias PDKT, tetapi yang justru terjadi adalah PJHN alias penjauhan. Memang sih, sama-sama mau. Yang laki-laki mau menikahi, sementara yang perempuan mau lari! Ini ‘kan miris dirasakan. Kalau miras itu minuman keras, miris bisa diartikan minuman ringan sekali. Halah..
Baca Juga: Mencuekin Rasa Cuek
Alhamdulillah, jika seseorang sudah mendapatkan jodohnya. Dari yang tadinya diharapkan sejak lama, justru jadinya dengan yang baru saja ketemu. Tanpa harus pacaran, tanpa harus jalan-jalan, bahkan tanpa harus pegangan sebelumnya, langsung sah di depan penghulu. Sudah banyak kok yang begitu. Pacarannya nanti setelah menikah. Indahnya pacaran setelah pernikahan. Kalau ini memang judul buku yang ditulis oleh Salim A Fillah.
Hasilnya adalah Hamil
Salah satu tujuan orang menikah adalah melanjutkan keturunan. Wajar dong, tidak ada manusia yang hidup abadi di dunia ini. Menikah adalah sarana yang legal dan halal untuk mendapatkan anak kandung.
Sebagaimana kita tahu, hamil adalah proses awalnya. Mengenai caranya atau prosesnya kok bisa hamil, tidak perlu diterangkan di sini. Apalagi waktunya, tempatnya, serta minum apa sebelumnya sampai hamil, itu lebih-lebih tidak usah diterangkan. Cukup dirasakan dan dihayati, bagi yang sudah menikah tentunya. Bagi yang jomblo, rajin berpuasa saja deh. Siang malam berpuasa saja, agar nafsunya tetap terjaga. Ceileh, puasa siang malam. Itu mah nasib anak kost di akhir bulan biasanya.
Kodrat Perempuan
Sudah dari sononya, perempuan itu bisa hamil. Rahim yang ada di perutnya berguna untuk menampung janin sampai nanti ke luar. Meskipun ada yang mengartikan janin ini adalah nama grup musik jaman jadul. Lengkapnya janin roses. Bagi yang bingung, nama sebenarnya itu Gun n Roses. Diplesetkan saja begitu, hehe…
Dari kodrat perempuan untuk hamil itu, berarti perempuan diciptakan Allah untuk merawat kehidupan. Perempuan dengan sifatnya yang lemah lembut dan penyayang sangat cocok untuk menjadi tempat generasi selanjutnya. Rasa sakit yang menyiksa, bahkan semakin menyiksa ketika janin akan lahir sebagai bayi, justru membuat perempuan tersebut makin sayang dengan bayinya. Padahal si bayi sudah membuatnya sakit. Sudah membuatnya kepayahan. Namun, Masya Allah, begitulah kasih sayang seorang perempuan.
Nah, karena kodrat perempuan adalah pemelihara kehidupan, makanya sangat tidak cocok jika ada perempuan sampai menjadi teroris. Singgung saja deh, kasus penyerangan Mabes Polri oleh seorang perempuan. Kejadian tersebut sangat bertentangan dengan fitrah perempuan. Masa si teroris perempuan itu masuk ke situ dengan niat untuk membunuh orang? Lah, untuk apa juga gitu lho?! Apalagi yang dimasuki adalah markas besar polisi. Hadeh, ibaratnya tikus masuk ke kandang macan.
Memang Kontradiksi
Meskipun hamil itu memang wajar dialami oleh istri, pasangan suaminya, tetapi tidak semua pasangan suami istri diberikan anugerah kehamilan. Ya, tidak semua yang sudah menikah langsung hamil. Ada yang beberapa hari sudah hamil. Ada yang beberapa bulan. Ada juga yang beberapa tahun.
Seperti yang dialami beberapa teman saya, sudah menikah lama, tetapi belum hamil-hamil juga suaminya, eh, istrinya. Padahal upaya untuk mendapatkan keturunan sudah dilakukan. Nyatanya, belum mlendung juga.
Baca Juga: Pilih Mencicil atau Tunai
Hal tersebut kok terasa berbeda, dengan kasus hamil di luar nikah. Biasanya ini menghinggapi remaja yang pacaran. Mungkin itu anak SMA, mungkin juga anak SMK. Bahkan, ada juga yang sekolah di bawah ini. Hem, fenomena yang sangat menyedihkan, mereka pacaran hingga kebablasan. Menembus yang seharusnya jangan dulu ditembus. Pada akhirnya, hamil ‘kan?
Saya pun sering berpikir, itu yang pacaran kok bisa hamil ya, sedangkan yang sudah menikah malah justru belum hamil-hamil juga. Ada apa ini sebenarnya ya? Apakah Allah memang memberikan anak kepada pasangan berzina itu dengan maksud untuk menghukum mereka? Dan, apakah Allah sengaja menunda anak untuk pasangan suami istri agar mereka bersabar dan terus berdoa kepada Allah? Waallahu ‘alam. Bisa jadi begitu.
Untuk Peluluh Hati
Mario Teguh – masih ingat ‘kan – pernah mengatakan bahwa kehamilan itu bisa menjadi sarana yang efektif untuk mempererat hubungan antara anak/menantu dengan orang tua/mertuanya. Terlebih jika sejak awal pernikahan tersebut tidak disetujui satu belah pihak.
Orang tua pastilah jengkel jika anak menikah tanpa ridhonya. Kewibawaan orang tua jadi tergerus kayak gigi saya yang di bagian taring ini, hingga membuat saya harus pergi ke dokter gigi.
Meskipun pernikahan tidak disetujui orang tua sampai orang tua tidak hadir di acara tersebut, hamil menjadi kunci yang membuat orang tua tersenyum kembali. Sebab, yang berada di pikiran mereka adalah akan menimang cucu yang lucu. Bukankah itu harapan orang tua, seakan-akan kembali ke masa mereka jadi orang tua dengan merawat anaknya yang masih sangat kecil?
Tidak Perlu Berkecil Hati
Menghadapi komentar orang memang tidak ada habisnya, karena jumlah orang memang belum habis di dunia ini, lha wong belum kiamat besar kok. Komentar orang memang tidak bisa kita kendalikan. Mungkin kita sudah beri dia nasihat, bahkan nasi goreng juga, tapi ya begitulah, selalu saja ke luar dari mulutnya dan masuk ke telinga kita.
Bagaimana jika orang membully karena kita belum punya anak? Istri kita belum hamil? Kenapa begitu ya? Kenapa orang lain bisa, sedangkan istri sendiri tidak bisa?
Hal yang begitu memang tidak usah diambil hati, tidak usah dimasukkan ke dalam jantung. Tidak semua orang yang sudah menikah akan langsung diberikan anak. Terserah Allah saja kapan mau ngasih, kapan mau diberi?
Kita bisa melihat sejarah, Aisyah radhiyallahu anha, istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tidak punya anak juga. Tidak hamil juga. Namun, nama beliau harum sebagai ummul mukminin, ibunya orang-orang yang beriman. Sepertinya tidak ada yang mencelanya karena tidak punya anak tersebut.
Lain kali jika ada orang membully, “Ihh, sudah menikah kok belum punya anak?”
Bilang saja, “Terima kasih sudah menanyakan ya! Doakan agar saya dan suami bisa punya anak.”
Lembut ‘kan menjawabnya? Kalau perlu kasih juga bunga yang cantik, segar, dan indah, serta harum mewangi sepanjang hari tidak berhenti-henti. Jangan lupa, kasih juga dengan potnya. Terus, apa maksudnya itu? Jelas maksudnya adalah saya sendiri juga tidak tahu. Kan saya tinggal tulis saja. Hehe…