Siapa sih di dunia ini manusia yang tidak pernah iri hati dan dengki? Pastilah ada dong. Saya dan kamu juga pernah bukan? Namun, ternyata ada hal di balik itu yang mungkin belum banyak orang tahu.
Sebelum ke sana, apa sih yang biasa menjadi penyebab iri hati dan dengki? Terus, apa pula sasaran dari iri hati dan dengki itu? Biasanya, menyangkut harta yang dimiliki oleh orang lain. Apalagi sekarang eranya semua serba medsos, kekayaan saja bisa diumbar sedemikian rupa lewat video yang menarik.
Banyak memang video semacam itu. Ada yang memamerkan mobil mewahnya yang jumlahnya tidak banyak di Indonesia. Ada juga yang menampakkan dengan jelas rumahnya yang seperti istana. Tiang-tiang depannya yang kokoh dan besar. Atau gaya hidupnya yang memesan makanan secara online dalam jumlah yang sangat besar. Bahkan pernah saya lihat ada yang membeli satu boks mobil berisi makanannya semua.
Itu sudah jamak terjadi. Video-video semacam itu juga banyak likersnya. Mereka menyatakan kagum melalui komentar-komentar yang ada. Ada yang mengucapkan sholawat juga. Lho, begitu kok disholawati? Tidak salah tuh?
Hal yang Lain
Iri hati dan dengki juga karena faktor keluarga. Ini terjadi pada keluarga saya. Dulu ipar saya, alias istri dari kakak saya berkomentar yang kurang bagus tentang adik laki-laki saya. Katanya, adik laki-laki saya kok selalu pamer anaknya terus, sementara dia sendiri belum punya anak.
Sasaran lain iri hati dan dengki menyangkut juga pekerjaan. Biasanya kalau ini ditujukan untuk para PNS. Masih anggapan masyarakat bahwa PNS itu pekerjaan yang paling santai dan nyaman. Pekerjaan PNS juga tidak terlalu berdampak pandemi. Memang, selama pandemi ini, sangat banyak orang yang dirumahkan atau dipecat. Sementara untuk memecat PNS sangat susah. Ibaratnya menjadikan air laut menjadi tawar. Hehe, kira-kira begitulah.
Apalagi ya? Jodoh? Oh, bisa juga. Iri hati dan dengki terhadap orang yang sudah punya pasangan halal dan legal. Jomblo akut mempunyai rasa iri hati dan dengki karena dia sudah lama mendambakan pasangan, eh, kok tidak datang-datang juga? Sampai kapan? Sementara usia mereka makin bertambah angkanya. Apalagi jika dia perempuan, usia di atas 25 tahun, sudah mulai was-was!
Sebuah Analogi
Okelah, iri hati dan dengki masih ada dalam diri kita. Namun, saya ingin sharing tentang analogi sederhana kaitannya dengan iri hati dan dengki ini.
Tahu oksigen ‘kan? Masa tidak tahu, hehe..
Yang kita tahu, selain sebagai bagian dari pernapasan sehat, oksigen juga jumlahnya sangat melimpah di dunia ini. Kita menghirup oksigen itu gratis, tis, tis. Tidak perlu bayar, kecuali kita berada di rumah sakit dan dipasangkan tabung oksigen.
Coba misalnya begini, saya menghirup oksigen dalam-dalam. Berkali-kali. Banyak kali. Saya juga menghembuskannya dengan dalam. Kira-kira adakah orang sehat yang iri hati dan dengki dengan oksigen yang saya hirup? Ini beda ya kalau orang sakit. Mungkin dia merasakan dua hal itu karena sangat ingin sembuh. Namun, orang sehat tidak akan iri hati dan dengki dengan oksigen saya.
Tidak ada yang mengatakan begini, “Hey, jangan kamu hirup semua oksigen! Nanti bisa habis!”
Dalam kondisi normal, tidak ada yang bilang begitu. Kecuali mungkin dalam ruang tertutup yang pengap atau berbagi tabung oksigen dalam kondisi darurat.
Begitulah ibaratnya rezeki yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rezeki dari-Nya sangatlah banyak, besar, dan luas. Dari dulu sampai sekarang, oksigen tidak habis-habis tuh. Padahal coba dihitung berapa banyak orang yang sudah menghirupnya? Sekarang saja manusia yang hidup sudah milyaran, padahal tahun 2021. Bagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya? Waow, berapa trilyun atau lebih dari trilyun itu?
Jika kita iri hati dan dengki dengan nikmat orang lain, maka kita akan menganggap rezeki dari Allah sangatlah sempit. Bila orang lain sudah memakan rezeki itu dan diwujudkan dalam bentuk harta benda dan kekayaan mewah, kita merasa rezeki jadi berkurang.
Padahal, semestinya kita tahu bahwa rezeki itu sudah diberikan ke masing-masing orang. Tidak akan meninggal dunia seseorang kalau rezekinya belum habis. Kita bisa melihat dalil dalam Al-Qur’an tentang rezeki ini:
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Ini dalam Surah Hud ayat 6.
Untuk Apa Merasa Keduanya?
Ketika merasakan iri hati dan dengki terhadap nikmat yang diterima oleh orang lain, maka untuk apa juga? Bikin sakit diri sendiri tahu nggak? Apakah dengan iri hati dan dengki seperti itu, terus tiba-tiba nikmat darinya berpindah ke kita? Kan tidak begitu juga, Rudolfo. Halah.
Lebih bagus, bila mau iri hati dan dengki, layangkan saja ke orang-orang yang berharta dan menggunakan harta itu untuk kebaikan. Atau orang yang banyak ilmu agama, lalu mengajarkannya. Iri hati pada orang yang banyak ilmunya, sekaligus banyak ibadahnya.
Lha, kita iri hati dan dengki untuk orang-orang berharta banyak, tetapi suka pamer dan gaya hidupnya pun jauh dari Islam. Halah, belum tentu dia bahagia dengan harta-hartanya, Bro. Kita belum tahu isi aslinya dan isi hatinya. Begitulah.