Berita Bom Bunuh Diri, Bulan Ramadan, Berlebaran, Berkaitan Atau Bukan?

Berita Bom Bunuh Diri, Bulan Ramadan, Berlebaran, Berkaitan Atau Bukan?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Benar-benar mengerikan berita yang terjadi baru-baru ini. Tentang aksi bom bunuh diri di gereja katedral Makassar hingga penyerangan di Mabes Polri oleh seorang perempuan. Hem, bagaimana menyikapinya?

Tentunya, kalau menyikapi itu memang harus dengan odol atau pasta gigi. Jangan sampai menyikapi cuma dengan air, akan kurang bersih dan masih bau naga. Kalau yang ini jelas artinya menyikapi gigi, menyikati gigi begitu maksudnya!

Tak Bisa Dimungkiri, Atau Dimungkanan

Saat ini kita berada di bulan Syaban. Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadan. Seorang teman saya di Facebook pernah mengatakan kira-kira begini: Janganlah kejadian bom bunuh diri di Makassar itu sampai mengalihkan perhatian kita dari Ramadan. Setelah saya pikir-pikir dengan otak saya, ya iyalah, ada benarnya juga dia.

Berita-berita yang muncul di media membuat kita jadi sibuk. Ya, sibuk bikin status, lah, sibuk komentar, lah, sibuk bicarakan ke teman-teman secara langsung, lah, akhirnya jadi sibuk yang buruk, lah. Padahal, sebentar lagi Ramadan, mestinya kita sibuk membaca Al-Qur’an dan ibadah lainnya, tidak pakai “lah”.

Baca Juga: Tentang Pengeboman Gereja Katedral di Makassar, Pilih Mati kok di Gereja?

Berita bom bunuh diri tersebut apakah konspirasi atau tidak, lebih baik diserahkan ke pihak yang berwajib saja. Sebab, kita memang tidak tahu yang sebenarnya. Kita ‘kan cuma bisa menduga-duga. Kalau sudah ada hasil nyatanya, kita baru mendagu-dagu alias mengangguk-angguk.

Persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadan lebih penting. Dari segi fisik, rohani, dan tidak lupa juga keuangan. Biasanya, saat bulan Ramadan, pengeluaran justru meningkat, betul? Makanan yang awalnya tidak ada, menjadi diada-adakan. Kurma yang tidak pernah dibeli, menjadi harus ada saat berbuka puasa. Begitu juga dengan es buah, es campur, kolak, pisang ijo (makanan khas Sulawesi), roti, buah-buahan, dan ah, aneka makanan lainnya. Padahal, saat berbuka puasa, hanya dengan beberapa butir kurma, sudah kenyang kok. Betulan.

Bagaimana dengan Idul Fitri?

bulan-ramadan-1

Dalam istilah kita, Idul Fitri itu sama dengan lebaran. Berlebaran identik juga dengan mudik. Ada seorang pelawak yang mengatakan bahwa pemudik itu hanya khusus untuk perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, itu namanya pemudak! Hem, ada benarnya apa tidak ini ya?

Tahun ini, pemerintah kita tercinta melarang mudik. Mobilitas terbesar di dunia ini, mungkin lho ya, dilarang dengan alasan covid-19 atau corona lagi. Seperti tahun lalu, kita belum bisa bebas mudik atau berlebaran di kampung halaman, meskipun kita juga bingung, halaman berapa itu ya?

Pada tahun 2020 lalu, kita sudah punya pengalaman merayakan lebaran dengan layar-layar HP kita. Melalui zoom, whatsapp, facebook atau piranti media sosial lainnya. Kita tetap bisa menatap wajah keluarga yang jauh di sana. Kita juga tetap bisa mengobrol dan saling meminta atau memberi maaf. Meskipun secara fisik tidak bertemu, tetapi tetap ada kedekatan hati. Yah, namanya juga keluarga, masa tidak dekat hatinya sih?

Bagi saya sih, berlebaran tanpa mudik itu tidak terlalu masalah. Sebab saya yang merantau dan tinggal di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara ini, sejak bujang memang tidak pernah mudik ketika lebaran. Pertimbangan saya adalah harga tiket pastilah melonjak tajam. Alat transportasi yang saya pilih adalah pesawat agar lebih cepat sampai. Naik kapal laut bisa tiga hari dua malam. Tentunya sangat membosankan di dalamnya.

Baca Juga: 5 Kiat Mendidik Anak Agar Mandiri dan Percaya Diri

Selain itu, saat sudah tiba di Jogja, kota kelahiran saya, mau jalan-jalan atau berwisata juga susah. Padat sekali pengunjung, sumpek, macet. Pfiuhh, bikin stres saja. Momen mudik masa hanya untuk sungkem dan cium tangan minta maaf ke orang tua saja? Mestilah harus dengan jalan-jalannya.

Saya dengan istri dan dua anak akan lebih menikmati mudik di luar momen lebaran. Misalnya, di hari lain, yang tidak padat. Saya tinggal ambil cuti dari kantor, dan datang ke sana dengan suasana yang jauh lebih nyaman. Pergi keliling kota cukup leluasa, begitu juga ke tempat-tempat wisata sekitar Jogja. Malah sekalian ke tempat adik saya di Malang, Jawa Timur. Wuih, dinginnya pol!

Kesimpulan

Lho, Mas, tahu-tahu kok sudah kesimpulan? Hem, ya, jelang dos, eh, jelas dong, kali ini saya mencoba untuk menulis lebih pendek saja. Biasanya sampai lebih dari 1.000 kata, sekarang di bawahnya saja, lah. Agar dibacanya lebih cepat selesai. Apalagi kalau dibaca dari judul, langsung ke kesimpulan, lebih dan lebih cepat selesai lagi.

Hal yang jelas, kenyataan yang ada, yang kita hadapi ini, dari berita bom bunuh diri di Makassar, bulan puasa, hingga Idul Fitri, Insya Allah bisa kita hadapi dengan baik. Asalkan kita menjalaninya dengan positif, maka energi yang terpancar juga positif.

Bulan Syaban boleh kita isi dengan puasa-puasa sunnah. Ini mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang memperbanyak puasa di bulan Hijriyah ini.

Jika kita sudah melakukan puasa-puasa sunnah, maka fisik dan jiwa kita Insya Allah akan lebih siap menjalani Ramadan yang full puasa satu bulan, bisa 29 atau 30 hari. Puasa Ramadan yang sukses, maka Idul Fitri akan juga dirasakan lebih nikmat.

Sebelum ditutup, mengacu pada judul di atas, ternyata antara bom bunuh diri di Makassar dengan bulan Ramadan dan Idul Fitri, sama sekali tidak berkaitan. Bom bunuh diri adalah murni tindak kejahatan, mencelakakan orang lain, dan tidak bisa digolongkan sebagai ibadah. Sedangkan bulan Ramadan adalah bulan terbaik untuk beribadah. Amal ibadah dilipatgandakan. Begitu pula dengan Idul Fitri, membuat kita dibersihkan dari dosa-dosa yang pernah mengendap di dalam diri.

Dan, selama masih diberikan hidup, yuk, kita nikmati dengan beribadah semampu kita. Kasihan sebenarnya pelaku bom bunuh diri itu, belum sempat bertemu dengan bulan suci Ramadan tahun ini. Tapi ada lho yang bilang kalau bunuh diri itu boleh. Syaratnya: asal tidak menyakiti diri sendiri dan tidak sampai mati. Ternyata yang bilang seperti itu adalah saya sendiri. Hadeh…

Baca Juga: Memeluk Hidayah, Merangkul Ukhuwah

kamis-menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

40 Comments

  1. Inspiratif, intinya kita harus melakukan hal yang baik untuk meningkatkan keimanan kita. Apalagi sebentar lagi bulan ramadhan yang selalu ditunggu dan dirindukan. Meski tidak mudiky Pak Rizky. Walaupun rindu menggunung berkumpul dengan orang tua.

  2. wah itu sih bukan bunuh diri kalau tidak menyakiti diri sendiri….Pak Rizky bisa aja. Semoga kita terhindarkan dari perilaku yang menyesatkan aamiin..

  3. Untung baca dulu posting penulis hebat kyk pak Rizki ini. Yg terlintas di hati tema dari huruf B ya Bom. Tapi yang lain ya biar baca juga semakin bervariasi. Terimakasih ya tulisannya selalu bikin aku kagum.

  4. Untung baca dulu posting penulis hebat kyk pak Rizki ini. Yg terlintas di hati tema dari huruf B ya Bom. Tapi aku cari yang lain ya biar baca juga semakin bervariasi. Terimakasih ya tulisannya selalu bikin aku kagum.

  5. Saya selalu tersenyum kalau baca tulisan master yg satu ini. Jenaka, menarik, butuh pemahaman yg serius. Enak di baca juga pokoknya…top deh

  6. Laiyalah….daripada sibuk nggunking orangbsana sini fokus saja ke ramadhan……apik kalimat ini. Sebenarnya.saya cari terus kata kata lucunya kok agak kurang banyak dibanding waktu bersihin rumah pak D dulu ya. Ini bener bung Rizky tho ? Kalau salah saya minta maaf. Salam Literasi

    1. Ya, iyalah, Pak, masih saya yang tulis di sini. Mungkin kesempatan mendatang cari yang lucu-lucu lagi. Dan, saya ini bukan pembantu Pak D. Masa bersihkan rumahnya?

  7. Mendengar kata Bom bunuh diri adalah sesuatu yang sangat menakutkan,,,tetapi berbeda ketika kata bom bunuh diri ditulis oleh Pak Rizki,,,baca nya serius tapi sambil senyum jenaka.

  8. Tidak dimungkiri, dimungkanan tulisannya asyik. Membaca sambil senyum. Persoalan berat jadi ringan.

  9. Syaratnya tidak menyakiti diri sendiri dan tidak sampai mati… hehehehe
    Jika tidak mati berarti masuk penjara donk Pak….

    Artikelnya jenaka, saya suka

  10. Tidak dimungkiri,dimungkanan..hehe kreen persoalan nya berat ttg bom..tp jd renyah dibaca dg bahasa yang apik dan menarik..👍

  11. Betul sekali… Master Rizki. Bom bunuh diri kadang2 pelakunya yg beragama Islam. Seperti ingin memecah belah antar umat beragama. Tulisannya keren…

    1. Akhirnya memang jadi fitnah buat orang Islam sendiri, Bu. Padahal itu ‘kan oknum yang mungkin ingin merusak citra Islam.

  12. Manfaatkan hidup kita dengan hal-hal yg berguna. Bunuh diri hanya akan membuat rugi. Sudahkan kita punya bekal untuk hidup kekal abadi di akhirat…? Yuuk semangat jlni amalan Ramadhan sebaik mungkin. Belum tentu kita akan jumpai Ramadhan tahun depan.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.