5 Kiat Mendidik Anak Agar Mandiri dan Percaya Diri

5 Kiat Mendidik Anak Agar Mandiri dan Percaya Diri

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Tentunya, setiap orang tua akan berpikir bahwa anak kecilnya suatu saat akan menjadi besar dan punya kehidupan sendiri. Oleh karena itu, kiat mendidik anak agar mandiri dan percaya diri diperlukan dalam hal ini. Bagaimana kiat-kiat tersebut?

Ada yang mengartikan, mandiri itu adalah mandi sendiri. Guyar-guyur sendiri, tanpa ada yang bantu. Anak-anak balita ada yang bisa begini, ada pula yang tidak. Beda dengan bayi yang baru lahir, pastilah belum bisa mandi sendiri.

Ya, sebenarnya boleh juga mandiri adalah mandi sendiri. Sebuah, eh, dua buah kata yang menunjukkan pada diri seseorang untuk tidak terlalu tergantung kepada orang lain. Simbol bahwa hal-hal pribadinya tidak ikut dilihat orang. Dan, memang benar, setahu saya pada umur tujuh tahun, anak sudah tidak boleh mandi bersama orang tuanya lagi.

Sedangkan percaya diri juga hampir sama. Anak yang percaya diri, maka dia bisa mandiri. Toh, dengan kemampuannya, orang lain, terutama orang tua, tidak usah membantunya untuk hal-hal yang sederhana.

Muncul Masalah

kiat-mendidik-anak-agar-mandiri-dan-percaya-diri-1
Mungkin inilah simbol anak tidak mandiri dan percaya diri, ingin melihat dunia luar, tetapi bisanya cuma mengintip.

Anak yang tidak mandiri dan percaya diri memang bisa merepotkan orang tua. Misalnya, ketika mau ke luar rumah yang tidak jauh saja, perlu ditemani orang tua. Katanya takut setan, hantu, atau bahkan pocong. Sementara emaknya tidak takut pocong, apalagi pocongan harga. Wah, kalau yang itu malah diburu!

Baca Juga: Alternatif Lain Menggambar Pemandangan

Sebenarnya, ada orang tua sendiri yang menjadikan anak tidak mandiri dan percaya diri. Termasuk persepsi orang tua untuk selalu dekat dengan si kecil sehingga kebutuhannya disiapkan semua.

Pendapat Psikolog

kiat-mendidik-anak-agar-mandiri-dan-percaya-diri-2
Perkembangan anak memang sama dengan perkembangan waktu juga, tumbuh kembang anak lebih ampuh ditanyakan kepada psikolog anak. Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Untuk urusan perkembangan anak memang lebih pas ditanyakan kepada psikolog. Bagaimana pendapat psikolog sendiri terhadap masalah ini?

“Mengerjakan apa yang bisa dilakukan anak seakan memberikan tanda kalau kamu sebagai orang tua tidak percaya kalau anakmu bisa melakukannya dengan baik,” kata psikolog Edmonton, Jeanne Williams, kepada Todays Parent.

Nah, kenal Jeanne Williams? Kalau kamu mengenalnya, di mana kenalnya? Hehe…

Kalau melihat dari kalimat pernyataannya, memang orang tua tidak percaya anaknya bisa. Ah, apa mungkin anakku bisa mandi sendiri? Apakah mungkin anakku bisa makan sendiri? Atau, apa mungkin anakku bisa bantu mencampur semen dan menyusun batu bata untuk renovasi rumah? Wah, yang terakhir ini nggak banget, deh!

Bisa jadi, orang tua yang memperlakukan anak seperti itu, dulunya juga sama. Mungkin berasal dari keluarga berada. Artinya berada dalam kondisi makmur atau berkecukupan lho!

Persepsi mendidik anak harus dibantu terus, akhirnya terbawa hingga si anak jadi orang tua juga. Oleh karena itu, karena pentingnya masalah ini, perlu ada kiat mendidik anak agar mandiri dan percaya diri. Yuk, disimak, walaupun yang baca ini memang emak-emak.

1. Membantu Pekerjaan Rumah dari yang Sederhana

kiat-mendidik-anak-agar-mandiri-dan-percaya-diri-3
Mengajarkan anak untuk membantu pekerjaan rumah. Seperti pada gambar ini. Yang tumpahkan popcorn ini siapa ya? Gambar oleh Jill Wellington dari Pixabay

Kiat mendidik anak agar mandiri dan percaya diri pertama adalah membiasakan anak untuk melakukan pekerjaan rumah, dari yang sederhana. Ini sebagai bentuk latihan untuk nantinya pekerjaan-pekerjaan yang lebih kompleks.

Contohnya: membereskan mainan. Biasa ‘kan rumah yang ada anak kecilnya selalu berantakan? Mainan terhambur di sana-sini. Ruang tamu berantakan, ruang tengah juga begitu, tidak kalah kamar tidur, pokoknya semua berantakan gara-gara mainan anak.

Nah, mulailah dengan menyuruh anak merapikan mainannya. Boleh dengan mengatakan, “Anakku sayang, rapikan dulu mainannya ya! Biar lebih rapi. Kalau sudah rapi, ‘kan enak nanti mau main lagi.”

“Anak hebat, tuh nggak bagus dilihat ‘kan kalau berantakan begitu? Nah, yuk, sama Ayah dan Bunda dirapikan mainanmu.”

Dalam kalimat ini, orang tua mungkin hanya menggeser satu atau dua mainan, selebihnya biarkan anak yang bekerja. Orang tua sebagai pendorong saja karena mungkin anak butuh ditemani.

Selain itu, saat bangun tidur. Ajarkan anak untuk melipat selimut atau merapikan kasurnya. Kan tempat tidur anak juga kecil, jadi lebih gampang untuk membuatnya rapi.

2. Perlu Adanya Daftar

kiat-mendidik-anak-agar-mandiri-dan-percaya-diri-4
Daftar perlu untuk memantau pekerjaan anak, jadi tidak cuma list atau daftar untuk mencatat utang ya! Gambar oleh StockSnap dari Pixabay

Kiat mendidik anak agar mandiri dan percaya diri memang membutuhkan upaya yang sistematis. Kalau di atas dijabarkan tentang anak yang membantu pekerjaan rumah, mungkin dia akan bingung, apa saja yang perlu dilakukan?

Inilah pentingnya membuat list atau daftar. Seperti dalam grup-grup WA itu lho. List donatur, list yang mau ikut piknik, bahkan list yang sudah menyetorkan tugas sekolah dan list lainnya, kecuali list Bahasa Inggris maupun list Matematika. Kalau itu namanya les!

Buat daftar untuk dikerjakan anak juga sederhana saja. Contohnya: melepas dan memakai pakaian, menyikat gigi, mandi, maupun buang air.

Setelah daftar tersebut jadi, perlu ditanyakan kepada si kecil, “Nak, tugas mana yang bisa kamu lakukan?”

Mungkin dia akan jawab, yang ini, itu, ini, itu. Tapi, bisa jadi ada anak yang menjawab, “Nggak bisa semua, Ma. Mama aja deh yang lakuin itu semua!” Lah…

3. Sabar dan Sabar Lagi

Sekali sudah terbiasa sabar, maka tetap diperlukan sabar selanjutnya. Apalagi nama orang tuanya memang Pak Sabar. 

Tidak mungkin anak langsung bisa dengan lancar mengerjakan pekerjaan-pekerjaannya. Contohnya: menyisir rambut. Bagi kamu, tidak sampai 5 menit, tetapi bagi anak? Sampai 10 menit lho! Itu lama begitu, nyisirnya per helai ya? Haha..

Baca Juga: Jawaban yang Telak Saat Kamar Berantakan Dibilang Seperti Kapal Pecah

Waktu yang lama ketika anak bekerja, dapat diakali dengan memasang timer. Nanti bilang ke anak, “Nak, kamu menyisir rambut 10 menit lho! Ini dari jam yang Bunda pegang, waktunya segitu.”

Anak akan mengangguk-angguk. Jangan sampai pula dia balas begini, “Bunda saja berpakaian mau ke pesta orang menikah butuh satu jam kok!”

Nah, kalau sudah begitu, bagaimana tuh Bunda? Makanya, untuk persiapan ke luar, tidak perlu sampai satu jam. Kelamaan. Cukup 60 menit saja ya?  

4. Memang Masih Belum Sempurna

kiat-mendidik-anak-agar-mandiri-dan-percaya-diri-5
Anak-anak masih belajar agar hasilnya bisa sempurna, oleh karena itu apabila masih kurang, memang harus dimaklumi. Begitu pula pada gambar ini. Malah bikin silau ‘kan? Gambar oleh StockSnap dari Pixabay

Tadi di poin ketiga tentang kiat mendidik anak agar mandiri dan percaya diri disebutkan tentang waktu yang lebih lama. Kalau yang di poin ini, tentang hasilnya. Memang masih belum bagus alias belum sempurna.

Ketika makan, belepotan nasi di sana-sini. Malah, makanan yang sudah belepotan itu, dimainkan lagi dan dioleskan ke tempat lain. Atau dijadikan alat serang ke adiknya. Lempar lauk, gumpalan nasi, atau bahkan piringnya sekalian. Asal piring plastik saja lho ya. Lebih aman dan terhindar dari pecah.

Kondisi begitu, sebagai orang tua, jangan langsung marah ya! Kembali ke poin ketiga, sabar dan sabar lagi. Memang berat. Dan, pada umumnya menjadi orang tua itu memang berat bukan? Makanya, harus umur dewasa ketika seseorang memutuskan ingin menjadi orang tua.

Hasil pekerjaan anak yang belum sempurna, perlu dibimbing, perlu diarahkan. “Nak, kalau makan itu jangan begini ya! Ini nasi yang di piring jangan ditaruh di pinggir-pinggirnya. Nanti bisa tumpah, jatuh ke lantai. Kan jadi belepotan toh?”

Kira-kira semacam itu, lah, kalimat bimbingannya. Orang tua tentu lebih tahu mengutarakan kalimat yang pas untuk anak-anaknya sendiri. Termasuk, perkataan yang indah adalah dengan menyebutkan nama anak-anak tersebut. Tidak lupa ‘kan? Hehe…

5. Jangan Lupa, Berikan Dukungan dan Pujian!

kiat-mendidik-anak-agar-mandiri-dan-percaya-diri-6
Tuh, kan, anak langsung angkat jempol karena dipuji! Gambar oleh Sergey Nemo dari Pixabay

Secara umum, setiap orang suka dipuji. Apalagi jika dipuji dengan tulus, langsung dari dalam hati. Begitu juga dengan anak-anak. Siapa lagi yang bisa memberikan pujian tulus seperti itu kalau bukan orang tuanya?

Lebih baik memuji anak yang sudah berusaha mengerjakan sesuatu seperti poin-poin di atas tadi daripada memarahinya. Betul ‘kan?

Lantai jadi kotor, terhambur, berantakan, biarlah itu semua bisa dibersihkan dan dirapikan lagi. Akan tetapi, kalau sudah memarahi anak, itulah yang susah untuk dinormalkan kembali. Anak akan membawa amarah orang tua itu bisa sampai seumur hidupnya. Apalagi jika ditambah dengan hinaan. Hem, makin berat perasaan anak.

Pujian juga dapat berbentuk ucapan terima kasih. “Terima kasih ya, Anakku sayang, sudah bantu Abi dan Umi beres-beres tadi. Besok lagi ya! Kamu memang anak yang pintar kok.”

Begitu lebih adem bukan? Pastilah anak akan lebih tersanjung dan jadi makin dekat dengan orang tuanya.

Kesimpulan

Mendidik anak agar mandiri dan percaya diri memang butuh waktu. Butuh proses. Jadi, jangan protes. Ketika anak dibiasakan untuk mandiri dan percaya diri, maka Insya Allah dia akan menjadi pribadi yang sukses. Jika sudah seperti itu, orang tua mana sih yang tidak bangga?

Dan, mengajarkan anak agar mandiri dan percaya diri tersebut tidak harus ditempuh dengan jalan kekerasan. Sebab, bila memakai jalan itu, efeknya tidak bagus ke anak. Jangan sampai nanti dia akan balam dendas, eh, balas dendam ke anaknya juga alias cucu kita. Hem, mengerikan deh!

Baca Juga: 10 Perkataan yang Merusak dan Meruntuhkan Dunia Anak

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

4 Comments

  1. Wah mas Rizky pinter amat mendidik anaknya , pasti istrinya bahagia banget punya partner mendidik anak nya… sukses yah…

    1. Whahaha… Baru belajar juga Bu. Masih belum sempurna juga jadi orang tua. Sukses juga buat Ibu membina keluarganya ya.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.