7 Kiat Menulis yang Mudah [Resume Ketiga Pelatihan Menulis Online Bersama Om Jay dan PB PGRI]

7 Kiat Menulis yang Mudah [Resume Ketiga Pelatihan Menulis Online Bersama Om Jay dan PB PGRI]

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Siapa yang bilang bahwa menulis itu sulit? Benar, sih! Kalau menulis di atas air laut memang sulit. Tapi, selama ada kertas, HP, dan laptop, maka menulis itu pastilah bisa dilakukan. Bagaimana kiat-kiat menulis yang mudah itu?

Tulisan ini adalah resume ketiga dari pelatihan menulis online bersama Om Jay dan PB PGRI. Saya mau menceritakan bahwa memang menulis itu mudah.

Lebih mudah lagi karena diibaratkan menulis status. Ya, tidak cuma status di media sosial, tetapi status di KTP juga.

Eh, tunggu, yang terakhir ini tidak gampang ding! Mau ditulis “kawin”, tetapi jodoh belum datang-datang juga, ‘kan repot…

1. Mencari Ilmu

mencari-ilmu-kiat-menulis-yang-mudah
Sambil rekreasi ke pantai, bisa juga dipakai untuk mencari ilmu melalui buku-buku.

Pemateri pada hari Ju’mat (09/10) kemarin adalah Ya’ Dedi Suhandi. Beliau adalah guru SDN 11 Pontianak Timur. Wah, belum pernah saya ke Pontianak! Terus kenapa ya? Hehe…

Kata beliau, kalau nama Dedi saja, sudah banyak yang pakai. Beda kalau dengan Ya’ Dedi, maka cuma beliau yang memakainya. Hem, boleh juga Pak!

Berikut adalah banner pelatihan belajar menulis gratis bersama Om Jay di Whatsapp. Silakan diamati, tidak perlu dihafalkan gambarnya.

kiat-kiat-menulis-yang-mudah-1

Tips pertama dari Ya’ Dedi adalah mencari ilmu. Sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya.

Tentu saja, untuk menulis itu butuh ilmu. Seperti ilmu merangkai kata, membuat kalimat, mempercantik paragraf, termasuk juga mempercantik istri agar kita makin mantap dan semangat dalam menulis. Wah!

Apalagi pada jaman now, mencari ilmu itu bisa di mana saja. Akses luar biasa sudah diberikan lewat HP atau gawai kita. Tinggal koneksikan ke internet, woila, mau cari apapun, bisa sekali!

Baca Juga: Balada Sebuah Koran

Silakan kamu cari Mbah Google, maka kamu akan temukan kiat-kiat menulis yang mudah. Dalam tulisan ini, poin pertama, mencari ilmu terlebih dulu.

Kalau sudah dapat ilmu, maka kita masuk ke kiat-kiat menulis yang mudah berikutnya. Apa itu? Sabar, minum kopi dulu juga boleh. Bila tidak punya kopi, datang saja ke tempat fotokopi, karena di situ sama-sama kopi. Haha…

2. Motivasinya Apa?

motivasi-kiat-menulis-yang-mudah
Birunya motivasi untuk menulis, maaf bagi yang tidak suka warna biru.

Saya pernah ikut pelatihan MLM. Jika tidak salah, pernah ada yang menyebutkan, di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang malas. Lho, benarkah?

Misalnya begini, ada seorang laki-laki sedang duduk-duduk di pinggir jalan. Mengapa dia duduk di pinggir jalan? Sebab, akan sangat beresiko jika duduknya di tengah jalan!

Mungkin kita akan anggap dia laki-laki malas. Kerjanya kok cuma duduk-duduk?

Lalu, kita coba menyuruh dia mendorong mobil kita. Sebenarnya tidak macet sih. Lho, bukannya kalau macet itu, tinggal digosok-gosokkan di kaca. Aduh, itu mah jika pulpen yang macet, beda dong dengan mobil!

Ketika disuruh mendorong, dia pasti atau kemungkinan besar akan menjawab, “Ogah ah! Buat apa dorong mobil kamu! Kayak kurang kerjaan saja!”

Padahal ‘kan memang dia kurang pekerjaannya. Oh, berarti dalam persepsi pertama kita, dia itu orang malas. Disuruh tidak mau.

Namun, bayangkan jika kita memberikan dia uang 5 juta rupiah untuk mendorong mobil kita. Kira-kira dia mau apa tidak?

Saya yakin, 100 %, dia akan lebih semangat dan termotivasi untuk mendorong mobil kita. Dapat 5 juta gitu lho! Ohh, berarti logikanya, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Eh, tapi, dia bisa tanya lagi, “Ini mendorong mobilnya dari mana mau ke mana, Pak?”

Nah, kita tinggal katakan, “5 juta ini saya kasih, tapi dorongkan mobil saya dari Jakarta sampai ke Bandung ya!”

Kira-kira, dia masih tetap semangat apa tidak ya?

Nah, kaidah yang sama ada dalam kiat-kiat menulis yang mudah ini. Temukan dulu motivasi kamu menulis buat apa? Setelah tulisannya jadi, kamu mau apa? Mau makan bakso?

Ya’ Dedi memberikan tips selain harus punya motivasi, juga mesti usaha serta konsistensi. Eits, ada satu yang tidak boleh terlupa. Berdoa kepada Allah untuk memohon kemudahan, bimbingan sampai dengan kesehatan.

Sebelum pindah ke kiat-kiat menulis yang mudah berikutnya, menurut saya, motivasi terbesar bagi seorang penulis adalah kesediaan untuk berbagi. Entah itu berbagi ilmu, cerita, pengalaman, atau apapun yang dituangkan lewat tulisannya.

Rasa ingin berbagi itulah yang membuat seorang penulis akan bertahan lama. Sebab, hal yang ada pada dirinya tidak mau disimpan sendiri. Ibarat air. Jika mengendap, akan membusuk dan berbau tidak sedap.

Sebaliknya jika mengalir terus, akan menyegarkan dan lebih bermanfaat. Jadi, jangan ragu untuk selalu termotivasi berbagi dengan orang lain melalui tulisan-tulisan kita!

3. Mencari Teman

mencari-teman-kiat-menulis-yang-mudah
Mencari teman yang bisa memotivasi untuk menulis, bisa juga teman sesama penulis.

Temannya hilang? Kok pakai dicari segala?

Aduh, maksudnya bukan begitu! Manusia itu beda dengan magnet. Kalau magnet, kutub yang sama akan tolak-menolak, sedangkan manusia, kutubnya sama, justru akan saling tarik-menarik.

Dalam meningkatkan semangat menulis, tidak cukup memang cuma memiliki semangat. Sebab, semangat itu bisa melemah, laksana bunga yang layu.

Seorang teman yang punya passion atau gairah yang sama dengan kita, tentang menulis, mampu memberikan dorongan itu.

Jika kita sedang lemah, letih, lesu, maka perlu minum Hemaviton! Lho, kok malah iklan…?

Teman yang baik akan memotivasi kita untuk terus menulis, “Ayo, kamu pasti bisa! Jangan menyerah! Tetap semangat! Tulisanmu Insya Allah bisa menginspirasi orang!”

Baca Juga: Mendidik Versi Kurikulum Para Binatang

Contoh dalam pelatihan menulis online ini, teman yang mampu memberikan semangat adalah Wijaya Kusumah atau dikenal dengan Om Jay. Selain itu, masih banyak teman lainnya yang memberikan semangat itu. Salah satunya adalah Rizky Kurnia Rahman. Lho, malah saya sendiri? Pede…

Namun, yang perlu diperhatikan adalah semangat itu juga aslinya datang dari dalam diri. Intern. Percuma dong teman berbusa-busa memberikan semangat, sementara kita sendiri loyo dan malas-malasan? Iya ‘kan?

4. Mulai dari yang Pendek

mulai-dari-yang-pendek
Ada yang panjang, ada pula yang pendek, panjang berarti tidak pendek, pendek berarti tidak panjang.

Menulis dapat dimulai dari yang pendek dulu, bahkan di dalam kamar, dapat dilakukan dengan celana pendek juga. Ada banyak sekali kok bahan untuk menulis itu. Contoh paling gampang adalah keseharian kita.

Bukankah dalam keseharian kita ada banyak kejadian, pengalaman, hobi atau kegalauan yang dirasakan? Mungkin kita melihat berita di televisi. Atau dari media sosial.

Pasti ada ‘kan? Lha kita sendiri selalu pegang HP kok. Bahkan, boleh jadi, frekuensi kita memegang gawai atau HP itu lebih banyak daripada memegang istri kita. Nah, hayo, mengaku…

Jika memulai menulis pendek dulu, jangan langsung dipikirkan satu karangan yang berlembar-lembar itu. Mulai saja dari satu huruf. Ah, terlalu pendek juga, dari satu kalimat, lah.

Soalnya bila dimulai dari satu huruf, hari ini tulis a, besoknya d, besoknya lagi a. Hari keempat baru jadi satu kata: ADA. Terus, jadinya kapan kalau begitu? Keburu anak kita besar dan sudah punya anak juga.

Tulisan-tulisan yang banyak itu sejatinya juga terdiri dari paragraf-paragraf kok. Namun, semua paragraf itu tersusun secara sistematis, apik, dan menarik. Ditambah dengan judul yang aduhai, membuat pembaca seakan terbuai.

5. Lupakan Dulu Segala Aturan yang Mengekang

aturan-yang-mengekang
Mungkin si wasit ini bilang, “Hey, kamu jangan menulis resume pelatihan Om Jay di tengah lapangan! Mengganggu tahu!”

Bicara aturan, ini tidak ada sangkut-pautnya dengan UU Omnibus Law lho ya! Tapi, tentang aturan-aturan kepenulisan.

Memang sih ada yang namanya EYD, PUEBI, kata baku, huruf besar, huruf kecil, kalimat tunggal, kalimat majemuk dan lain sebagainya. Secara teori bahasa Indonesia, itu semua mesti diperhatikan.

Akan tetapi, untuk awal-awal menulis, tidak usah semua itu dipikirkan. Tulis saja, alirkan saja, sesuai dengan isi pikiran kita.

Dan, yang harus dihindari dulu adalah jangan diedit sebelum selesai. Mengedit sambil menulis itu membuang-buang waktu dan membuat kita tidak fokus.

Saat tulisan kita selesai, di situlah kesempatan kita untuk mengedit. Mengurangi yang tidak perlu, termasuk boleh juga itu mengurangi lemak di perut. Duh, tidak nyambung lagi.

Edit beberapa kali sampai kita mendapatkan tulisan yang luar biasa menurut kita! Sip deh!

6. Seperti Update Status di Media Sosial

update-status-media-sosial
Selain Facebook, tentunya masih ada FB, eh, Instagram, Twitter, bahkan TikTok.

Menurut Ya’ Dedi, jadikanlah menulis itu mudah, seperti bikin status di media sosial. Padahal, bikin status itu sebenarnya tidak mudah juga lho!

Status yang sembarangan akan dibaca orang dan langsung bisa disimpulkan kita itu seperti apa? Status-status yang galau, kita akan dicap tukang galon, eh, maksudnya tukang galau.

Begitu pula status-status kita yang semangat dan ceria, maka orang lain akan ikut termotivasi. Mau status sedih atau mencerahkan, terserah kita mau pilih yang mana? Itu ‘kan akun medsos kita sendiri.

Kaidah yang jelas adalah status di media sosial itu juga sebuah bentuk tulisan kita. Status sebagai sarana untuk kita belajar menulis.

Baca Juga: Ada yang Namanya Pak Edi Siregar, Tapi Jarang yang Bernama Pak Ide Segar

Tidak cuma dari segi bentuk dan hasil tulisannya, tetapi juga respons dari para warganet. Apakah mereka akan banyak like, komen dan share? Atau status kita jadi sepi-sepi saja?

Butuh memang latihan dan pembiasaan yang seperti ini. Menurut seorang pakar internet marketing, bahwa orang sekarang lebih menyukai status aneh, lucu dan konyol. Status tersebut akan lebih cepat viral daripada yang isinya ilmu dan sharing-sharing pengetahuan.

Namun, janganlah takut! Tetaplah membuat status-status yang baik, bermutu dan bernilai pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mungkin orang sedikit atau tidak ada like, tetapi kalau Allah sudah suka, mau apa elu?

7. Topik Tulisan

topik-tulisan
Menentukan topik tulisan dari berbagai sumber, tentunya sumber bacaan, bukan sumber mata air pegunungan.

Saya punya teman yang bernama Taufik. Waktu Pemilu 2019 yang lalu, dia maju sebagai caleg. Namun, ternyata tidak lolos dan kembali menjadi pedagang sepatu.

Kok saya tampilkan kisah teman saya tersebut di sini? Sebab, saya akan pinjam namanya, Taufik, tetapi diubah menjadi topik. Taufik sudah menentukan tujuannya untuk jadi caleg, sementara topik tulisan, itulah fokus ketika kita menulis.

Pada poin ketujuh kiat-kiat menulis yang mudah ini, topik bisa dimulai dari hidup kita sendiri. Atau boleh juga dari tulisan orang lain sebagai sumber ide. Dari suasana di jalan, atau dari mana saja.

Pilihlah topik yang kamu sukai. Sebab, kalau dari awal memang kamu tidak suka, maka membuat tulisan itu akan menjadi berat.

Mungkin saja malah berhenti di tengah jalan. Apalagi jika kamu sedang naik motor dan sedang di lampu merah, maka pastinya kamu juga berhenti di tengah jalan.

Kesimpulan

Sebenarnya masih banyak kiat lain tentang menulis dari luar sana. Namun, tujuh itu saja yang bisa saya sarikan dari pelatihan menulis online bersama Om Jay dan PB PGRI ini.

Nantikan resume saya berikutnya melalui blog ini ya! Jika suka, silakan share juga tulisan ini melalui tombol social share yang tersedia di atas dan di bawah.

Intinya apa sampai di sini? Intinya adalah kiat-kiat menulis yang mudah di atas bisa bermanfaat atau tidak tergantung dari kita. Mau tidak kita jadi penulis yang sebenarnya?

Bukan cuma menulis update status saja, tetapi lebih luas daripada itu. Bisa melalui buku maupun artikel-artikel yang ditayangkan di blog pribadi.

Mengapa saya tidak memilih menulis panjang di medsos saja? Jawabannya begini, di medsos itu punya orang. Kita cuma menumpang di sana.

Bahkan, ada aturan lumayan ketat. Kalau melanggar, status kita tidak bisa ditampilkan. Lebih parahnya lagi, akun kita bisa kena banned.

Sedangkan di blog pribadi, ya, milik kita sendiri. Bebas kita menulis apapun. Bebas kita menuangkan apapun.

Maka, maju terus para penulis blog Indonesia! Semangat terus blogger negeri ini. Mari kita ramaikan jagad internet dengan tulisan-tulisan kita yang bermanfaat.

Kata Iqbal Aji Daryono, seorang penulis online terkemuka, saat ini banyak orang dibanjiri dengan berbagai macam tulisan maupun informasi. Kadang benar, lebih banyak salah. Pikiran dicecoki jenis-jenis tulisan bisa membuat stres lho!

Oleh karena itu, kita perlu menampilkan tulisan yang bermutu. Ini jelas bermutu tinggi, bukan rendah.

Tulisan yang membuat pembaca terinspirasi, mendapatkan semacam siraman batin, menyejukkan jiwa dan menjadi suatu keunikan di antara jutaan tulisan lainnya.

Tulisan yang positif memang seperti sebuah oase di tengah padang pasir yang tandus. Membuat dahaga akan sesuatu yang bermutu menjadi terpuaskan.

Untuk mencapai hal tersebut memang tidak mudah, terlebih bagi para penulis pemula. Tapi, bukan berarti tidak mungkin bukan? Tidak selalu harus berpikir tidak bisa bukan?

Kuncinya adalah punya motivasi yang tinggi untuk menulis, setiap hari kalau perlu. Terbuka terhadap kritik dan saran orang lain.

Pada awalnya, mungkin tulisan kita dikritisi. Dari segi penulisannya, tata letaknya, maupun karena tulisan tersebut mirip sekali dengan orang lain. Itu berarti tulisan kita belum mencerminkan jiwa kita yang sesungguhnya.

Tetap berlatih, itu kuncinya. Apalagi sudah punya blog. Masa mau dibiarkan menganga dan dihuni oleh laba-laba digital? Ibarat rumah kosong, ada sarang laba-laba. Kalau sekarang, rumah sengaja dikosongkan, demi membuat sarang burung walet.

Baca Juga: Mencari Recehan Dunia, Aduhai Asyiknya

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

20 Comments

  1. Saya sudah baca dari awal hingga kesimpulan akhir🙏 blog bapak bagus cara penyajian nya juga bagus.. Ada ciri tersendiri yang belum dimiliki orang lain. 👍👋

  2. Mantaaap kiat2 menulisnya mas Rizky…
    Meniru gaya menulis orang lain bolehkan? Tp tentu ga akan sama persis . Akhirnya be your self!
    Btw knp sub tittlenya ‘menjadi be your self’ ? Kepo nih…
    ‘Be’ kan artinya menjadi ..
    Well, salam literasi…

    1. Hehehe…
      Sengaja memang kata unik tersebut Jadilah Be Yourself. Selain ada kesan lucunya, juga menggabungkan dua bahasa yang berbeda.

      Saya dulu juga meniru tulisan orang lain. Tapi, Alhamdulillah, karena banyak latihan, gaya menulis saya ya seperti ini.

      Salam literasi juga Bu.
      Terima kasih sudah berkunjung.

  3. Mengutip kata pak Rizki “Menulis status juga tidak mudah”, kalau mudah sudah berubah status saya di KTP ya pak, butuh perjuangan kali ya pak, seperti yang banyak dibicarakan “menikung di sepertiga malam”.
    Namun jangan sampai saya salah fokus, bukan menulis di KTP yang dibahas pemateri, menulis status di media sosial lah yang dibahas, menulis status itu mudah. Dari sana kita bisa belajar buat mengembangkannya.

    Resume dari pak Rizki sungguh keren, sangat memotivasi, penyampaiannya yang ringan, dan mudah dipahami, sangat cocok buat kalangan muda yang ingin belajar menulis. Eiitts bukan berarti kalangan tua tidak cocok, cocok buat dua-duanya bagi yang ingin belajar menulis. Penyampaiannya yang ringan dan sedikit kocak membangkitkan motivasi seseorang untuk menulis. Bahkan tanpa sadar saya pun termotivasi, untuk terus belajar menulis, belajar menemukan belahan jiwa, eh maksudnya belajar menemukan jiwa dalam tulisan saya. Tuh kan nular.
    Bersyukur mengikuti pelatihan ini, tidak hanya menemukan narasumber yang hebat, tetapi juga menemukan teman-teman yang hebat dalam menulis.

    Resume yang begitu inspiratif.

    1. Masya Allah…
      Panjang dan tidak pendek, eh, panjang dan lengkap.
      Terima kasih banyak untuk yang sudah kasih komentar seperti ini. Membuat saya makin bersemangat menulis.
      Ditunggu komentar untuk tulisan-tulisan saya berikutnya!
      Sukses buat Anda juga, semoga jadi penulis hebat! Sip!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.