Benda Misterius

Benda Misterius

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Gadis itu baru saja berusia 17 tahun, Farida atau akrab dipanggil Fara. Dia adalah gadis yang memiliki kulit putih. Seandainya tembok putih bisa berbicara, maka pasti akan iri dengan putihnya kulit Fara. Rambutnya agak pirang. Gigi-giginya bisa dikatakan lebih rapi daripada barisan pasukan pengibar bendera.

Tinggi badan Fara bisa menyamai pramugari. Bentuknya juga sama. Hal yang mengherankan, mau makan banyak atau makan sedikit, tidak terlalu berpengaruh dengan tubuhnya. Tubuh yang ramping, ideal, dan diimpikan oleh banyak gadis itu, lebih mantap lagi karena ditambah dengan olahraga rutin. Dia rutin lari pagi bukan di waktu sore. Ingat itu, ya! Kecantikan dan kemolekan tubuh ABG macam Fara itu tidak hanya dinikmati oleh warga kampung, tetapi juga banyak orang di berbagai penjuru dunia. Dia aktif sekali di media sosial. Facebook, Instagram, TikTok, dia sikat semua.

“Fara, cantik banget fotomu kemarin? Itu pas acara ulang tahun kamu, ya?” puji Lisa, teman sekelas Fara.

Mereka berada di kelas II.2, SMA Negeri 13, sebuah kota yang terletak di bumi. Pasti kamu penasaran deh, di mana kota tempat Fara tinggal? Tanya saja sendiri sama dia, ya!

“Iya, dong, kamu sih nggak datang, Lis, ngeselin deh!” Fara memasang tampang cemberut. Meskipun tampang cemberut, tetapi kecantikannya sama sekali tidak ikut larut.

“Aduh, maaf, Fara, bapakku lagi mau persiapan ke luar negeri jadi TKW, eh, TKI. Jadi, aku bantu bapakku siap-siap. Maaf, ya, Faraku sayang!”

“Iya, deh, nggak apa-apa, Lisaku sayang juga!” Mereka berdua tertawa.

Fara membagikan sepuluh foto saat ulang tahun kemarin. Dia dan kedua orang tuanya mengadakan acara di sebuah kafe besar di kota itu. Teman-teman Fara, guru, tetangga, rekan-rekan bisnis ayah Fara, teman arisan ibu Fara, diundang semua. Acaranya sungguh megah dan besar. Sebab, Fara memasuki sweet seventeen. Kata orang, itulah masa remaja yang paling indah!

Foto-foto yang diunggah Fara memang terus mendatangkan like, share, dan komentar. Potongan videonya di TikTok pun tidak luput dari berbagai pujian warganet. Rata-rata mereka berkomentar: cantik, manis, menggemaskan, memuji Tuhan, bahkan ada pula yang komentar nakal, seperti: bikin nafsu dan menggairahkan. Komentar-komentar nakal seperti itu bagi Fara tidak terlalu dipermasalahkan karena itu hak mereka juga. Justru dia makin tertantang untuk terus dan terus eksis di media sosial.

Pulang dari sekolah, Fara baru sempat membuka kado-kado hadiah. Dia di kamar sendirian. Tentu saja dia senang sekali ketika membuka berbagai barang, seperti novel, alat kosmetik, baju, sepatu, jam tangan, dan lain sebagainya. Ada satu kado yang dibungkus dengan berbagai gambar kartun dan karikatur, tetapi semuanya bermata satu.

“Apa isinya, ya?” Fara sangat penasaran.

Dibuka, rupanya, ada satu pigura kaligrafi. Ya, ada tulisan Arab yang tampak seperti surah-surah dalam Al-Qur’an. Namun, pada bagian tengahnya, ada lingkaran kecil, bertuliskan nama-nama pendek. Fara tidak mempedulikan itu, yang penting baginya, kaligrafi itu sangat indah. Dia pun memasang sendiri di dinding kamarnya.

Terpasang sudah kaligrafi itu di dinding dan dindingnya pun tidak protes, padahal baru saja dilubangi dan dilukai, lho! Malam itu, Fara tidur seperti biasa, pastilah terpejam matanya, dong! Namun, dia bermimpi. Sebuah mimpi yang cukup aneh. Dia berjalan di sebuah lorong yang gelap. Aneka suara-suara asing, misterius, berat, dan tidak pernah didengar sebelumnya, senantiasa mengalun. Terus memanggil namanya. Saat pagi, dia terbangun dengan tubuh yang sangat berat. Seperti baru saja ditindih batu besar.

Besok malamnya, begitu lagi dan begitu lagi. Fara selalu mimpi yang aneh. Kali ini, dia bertemu dengan sosok laki-laki yang wajahnya seperti artis Korea. Seperti dalam film drama Korea (drakor) yang selalu dia tonton itu. Akan tetapi, tiba-tiba berubah menjadi wajah yang sangat buruk. Wajah yang sangat menakutkan. Dan, sosok itu mengejarnya. Fara mau terbangun, tetapi susah sekali. Badannya sangat berkeringat.

“Tolong aku, tolong aku!” Fara meraung-raung dalam tidurnya.

Keluarganya panik, karena Fara dibangunkan untuk sekolah, tetapi sulit sekali. Bahkan badannya menjadi panas sekali. Ayah dan ibu Fara berkesimpulan bahwa Fara sedang kesurupan. Anaknya itu terus berteriak minta tolong. Berganti lagi dengan kalimat seperti, “Aku mencintaimu! Aku akan membawamu pergi, Fara!”

Ayah Fara sekilas melihat sebuah kaligrafi yang tergantung di dinding dekat meja belajar anaknya. “Oh, ini rupanya penyebabnya!” Dia mengambil benda tersebut, memecahkannya. Membakar kertas yang ada di dalamnya di dapur.

“Ini pasti ulah jin. Kaligrafi ini bukan berisi ayat suci Al-Qur’an, tapi menjadi tempat jin,” kata ayah Fara kepada istrinya. Fara telah disantet lewat benda itu.

“Berarti ada yang tidak suka dengan Fara, Pa?” tanya ibu Fara.

“Ya, jelas. Dan, orang itu pasti iri dan dengki dengan kecantikan Fara.” Sang ayah menatap wajah Fara yang berhenti sebentar. Fara terpejam, kesurupan lagi.

“Bagaimana ini, Pa? Fara terus-menerus begitu. Jangan sampai sepanjang malam dia begini?”

“Coba bacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Ma!” pinta ayah Fara.

Yang diminta pun melakukannya. Ternyata, Fara malah membalas dengan suara yang berat, “Kamu ini baca Al-Qur’annya salah-salah.” Jin itu malah menyebutkan kesalahan-kesalahan bacaan ibu Fara. Wah, ibu Fara jadi malu sendiri!

Ayah Fara lebih tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan benar. Ayah Fara terlalu sibuk dengan pekerjaan, tidak ada waktu belajar kitab Allah itu.

“Siapa yang tega berbuat begini, ya? Jahat sekali orangnya!” keluh ayah Fara sambil memukul telapak tangannya sendiri. “Ngasih hadiah yang rupanya berisi jin yang mengganggu anakku!”

“Iya, Pa, siapa, ya, yang berbuat begini? Siapa yang mau kita panggil?” tanya ibu Fara.

Mereka berdua tidak tahu orang yang mau dimintai tolong. Keduanya adalah pekerja keras, tidak punya ketertarikan untuk mendalami agama.

“Tolong! Tolong aku!” Suara Fara asli. Dia menjerit sambil mengeluarkan nada menangis.

“Kamu tidak bisa pergi, Sayang. Kamu akan menjadi milikku selamanya!” Kali ini juga suara Fara, tetapi lebih berat dan dari nadanya mirip suara laki-laki.

Begitu terus bergantian, antara suara mirip laki-laki dan suara memelas dari Fara. Ibu Fara sudah menangis dari tadi. Dia tidak membaca ayat suci Al-Qur’an lagi, takut dikritik jin yang ada di dalam tubuh Fara. Sementara ayah Fara duduk di tepi tempat tidur, terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Kalau menghubungi orang lain, jangan sampai malah membuat malu keluarga.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Fara masih belum lepas juga dari kesurupannya. Badannya sudah basah kuyup. Kasurnya sudah sama sekali tidak rapi. Ayah Fara sudah menyerah. Dia keluar dari kamar anaknya tersebut dan memilih istirahat di kamarnya. Sementara ibu Fara masih tampak menangis. Namun, dia pun sudah lelah. Menangis terus membuatnya hilang energi juga. Akhirnya, dia menyusul suaminya ke kamar.

Kini Fara tinggal sendirian di kamar itu. Dia berada seakan-akan di dua dunia. Sosok laki-laki dengan wajah yang menyeramkan dan terus menarik tangannya. Fara akan membaca ayat Al-Qur’an untuk lepas dari jeratan itu, dia tidak mampu. Dia, ayah, dan ibunya adalah orang-orang yang tidak salat. Fara yang berada di atas kasur, kini ngesot hingga jatuh dari tempat tidur. Suara “gedebug” memenuhi udara di kamar itu. Dia sempoyongan untuk berdiri. Susah sekali. Pokoknya, gangguan jin ditambah dengan fatamorgana antara dunia mimpi dan nyata membuat tubuhnya makin tidak karuan.

Dia juga menjadi sangat marah. Kedua orang tua yang seharusnya menolongnya, malah pergi dari situ. Namun, yang paling menyesal tentu saja dirinya sendiri. Mengikuti langkah kedua orang tuanya yang tidak salat, membuat masalahnya jadi bertambah berat. Ah, dia menyesal, sangat menyesal.

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.