Suasana Mobil Nyaman, Tapi Badan Pegal

Suasana Mobil Nyaman, Tapi Badan Pegal

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Kegiatan kantor yang saya lakukan dan pekerjaan lainnya sudah selesai pada Jum’at (23/12/2022) yang lalu. Saatnya pulang ke Bombana.

Saya tidak memakai mobil dinas. Saya juga tidak nebeng dengan teman yang pakai mobil dinas. Transportasi yang saya gunakan adalah mobil angkot yang memang selalu ada jalur Bombana-Kendari, begitu pula sebaliknya.

Langganan saya bernama Pak Ashar (PA). Dia memang sudah sejak lama jadi sopir yang sering saya pilih karena dia tidak merokok dan seringnya tidak menyalakan tape mobil alias memutar musik. Keduanya memang menjadi tanda kenyamanan dan kenikmatan dalam perjalanan dua daerah yang biasanya rentang 3 atau 4 jam itu.

Berangkat Sore

PA sukanya berangkat sore. Hari Jum’at waktu itu, pekan yang lalu, saya jamak antara sholat Jum’at dengan sholat Ashar. Sebenarnya ada rasa gundah di hati, betulkah dua sholat itu bisa dijamak? Kok perasaanku mengatakan tidak ya? Kan keduanya berbeda. Sholat Jum’at itu dari jumlah rakaatnya tidak seperti sholat Dzuhur.

Saya rasa kemarin, PA berangkat setelah Ashar. Dan, benar, waktu dia menelepon mau menjemput di rumah paman, saya jawab bahwa belum adzan. Masih sholawat. Artinya beberapa menit lagi baru adzan.

Ya, sudah, dia mengerti. Begitu adzan berkumandang, saya matikan HP dan langsung dichas saja. Supaya ada tambahan energi perangkat itu selama perjalanan nanti hingga tiba di Bombana. Mudah-mudahan tiba dengan selamat.

Mobil PA datang pas saya sudah masuk melewati pagar, pulang dari masjid. Dia klakson dengan suara yang kencang alias tinggi. Kaget juga saya, kok pas banget ya?

Saya bilang ke dia untuk menunggu terlebih dahulu. Soalnya saya mau ambil tas. Tadi sudah packing dan tinggal mengambil tas yang ada saja. Saya membawa satu tas ransel, satu tas kecil tempat HP dan dompet, dua kantong plastik, satu isinya sepatu, satunya lagi pakaian kotor.

Tentang pakaian kotor, biasanya sih saya masukkan di tas ransel. Namun, kali ini, saya bawa dengan kantong hitam yang saya ambil tanpa izin di rumah paman. Supaya tas ransel tidak jadi semakin berat.

Duduk di Paling Belakang

Naik mobil PA, biasanya saya di kursi depan. Kalau tidak, ya, di kursi tengah. Namun, untuk perjalanan kemarin, saya duduk di paling belakang. Sudah dikasih tahu oleh PA sih bahwa di situlah tempat saya.

Awalnya sih saya pikir-pikir. Soalnya kaki saya ini ‘kan panjang. Nanti kalau duduk di paling belakang, jadi makin sempit dong.

Akhirnya, ya, sudahlah. Saya ikut saja mobilnya. Sebab, mobil yang satu lagi, sopir dengan mobil Wuling, tidak narik. Dia memperbaiki mobilnya. Okelah, saya putuskan ikut mobil PA.

Perjalanan kemarin, saya sambil membawa produk Kopi Kenangan. Produk tersebut memang sangat saya suka, terutama yang Kopi Kenangan Mantan. Kopi itu rasa gula aren.

kopi-kenangan

Menurut teman yang juga penggemar Kopken alias Kopi Kenangan itu, coba deh rasa Machiato dan Alpukat. Saya nurut saja, pesan secara online lewat GoFood. Mau keluar rumah, panas membara rasanya. Jadi, biarkanlah driver Gojek yang membawanya sampai di rumah.

Satu kopi yang Machiato itu saya minum di rumah paman atau rumah om. Wah, rasanya agak aneh pertamanya! Namun, kunikmati terus-menerus, eh, enak juga. Sampai habis kopi itu kusantap.

Berarti yang rasa Avocado atau alpukat itu saya bawa di mobil PA. Saya tidak langsung meminum kopi itu, saya simpan saja di tempat minuman di dinding mobil bagian dalam. Ada lubangnya di situ.

Lho, kok saya tidak langsung meminumnya? Simpel saja alasannya. Perut terasa penuh dan sedikit kembung. Rasanya masih malas untuk meminum juga. Hanya bawa kopi itu tanpa bawa air minum kemasan. Wah, bagaimana nanti?

Air mineral botol sedang baru saya beli di Punggaluku, Konawe Selatan. Dekat masjid dan dekat juga lapangan, saya beli di situ. Kopi Avocado sudah saya minum. Rasanya seperti jus alpukat. Tenggorokan terasa lain karena tidak ada air mineral dalam mobil. Jadinya, setelah buang air kecil di kamar mandi masjid, saya membelinya dengan harga lima ribu rupiah. Cukup murah.

Punggung Pegal

Alhamdulillah, saya bawa jaket. Ini belajar dari pengalaman yang lalu, saya sakit setelah perjalanan pulang dari Kendari. Waktu itu, hari Selasa (6/12/2022), saya pulang dari Makassar, sebelumnya dari Jakarta. Naik mobil sore sekali dengan sopir pendek, perokok, dan saya tidak tahu namanya. Duduk di depan.

Si sopir putar musik terus. Eh, makin malam, musiknya makin kencang. Makin memekakkan telinga. Saya ingin istirahat. Ingin tidur di mobil, tetapi tidak bisa. Suaranya keras luar biasa.

Apalagi memasuki PPA, suara itu terus menembus gendang telinga saya. Akhirnya, ya sudahlah, saya bersabar saja. Sudah menegur sopirnya untuk memelankan suara, tidak digubris. Langsung menurunkan volume di tapenya, dinaikkan lagi. Saya bertekad tidak akan pernah naik lagi mobil keparat itu.

Pada perjalanan kemarin, saya juga ingin tidur. Posisi miring ke kiri. kepala diberikan bantal jaket. Mencoba tidur sampai malam nanti.

Rupanya, pas adzan Maghrib terbangun, lebih tepatnya dibangunkan oleh PA. Saat itulah, saya merasa pegal di bagian punggung. Cukup nyeri dan snut-snut. Saya langsung berpikir, ini pasti karena tidur saya yang miring di mobil itu.

Rasa sakit di punggung sebelah kanan itu terus muncul sampai saya tiba di rumah. Selama perjalanan tadi, sakitnya tidak bertambah dengan sakit telinga karena PA memang tidak memutar musik. Begitu juga penumpang yang lain tidak ada yang merokok atau minta diputarkan musik.

mobil-angkot

Itulah yang membuat saya jadi merasa nyaman, walaupun punggung memang sakit. Ketika sampai di rumah dan mau tidur, sakit tersebut masih ada. Saya bawa tidur saja, semoga besok berkurang.

Harapan itu belum jadi kenyataan. Sakitnya masih ada. Saya terpikir untuk menempelkan koyok di bagian itu. Membeli di Indomaret, dibantu oleh istri menempelkan. Terasa panas, tetapi enak.

Alhamdulillah, sampai saya mengetik ini, rasa sakit itu sudah jauh berkurang. Inilah buah yang saya dapatkan dari hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Safar itu sepotong siksaan. Mau makan, minum, terlebih tidur, tidak nyaman dan tidak seperti di rumah sendiri.

Apalagi siksaan yang cukup berat adalah siksaan rindu kepada anak dan istri. Walaupun yah, di rumah kadang muncul perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, tetapi mereka tetaplah berada dalam tanggung jawab saya.

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.