Sebagaimana yang kita tahu, ya kalau tahu sih, bahwa kebutuhan manusia itu sangatlah banyak. Paling utama dinamakan kebutuhan dasar. Ya, dinamakan begitu saja. Terus, Dina makan siangnya nanti apa?
Menurut yang saya tahu, kebutuhan dasar manusia itu adalah sandang, papan, dan pangan. Tiga itu harus ada. Dan, ketiganya harus saling melengkapi. Kalau tanpa sandang, tapi papan dan pangan ada, masa makan sambil telanjang? Begitu juga jika ada papan, tetapi sandang dan pangan tidak ada, masa mau makan papan?
Seiring perkembangan zaman, kebutuhan dasar itu makin kompleks. Bahkan, ditambah dengan kesehatan dan pendidikan. Ada sebuah kalimat bijak yang pernah saya dengar dari radio:
Kesehatan bukanlah segalanya, tetapi tanpa kesehatan, segalanya tidak berarti apa-apa.
Pendidikan juga jangan sampai dilupakan. Manusia dibekali dengan akal. Itu dipakai untuk berpikir dan cocoknya memang pendidikan.
Memanusiakan manusia. Itulah fungsi dari pendidikan. Hewan saja yang diberikan pendidikan, mereka bisa pintar kok. Sebut saja di sirkus, hewannya pintar-pintar bukan? Makanya, cocok mereka diberikan gelar SSi, artinya Sarjana Sirkus.
Semakin kesini, kebutuhan dasar menjadi sandang, papan, pangan, kesehatan, pendidikan, dan colokan! Nah, yang terakhir ini banyak dicari orang yang punya HP.
Ketika HP yang dipegangnya lowbat, maka colokan menjadi kebutuhan dasar. Setelah masuk ruangan, selain makanan dan minuman yang dicari, colokan juga dicari. Di mana nanti mau dichas? Dari situ, muncul penyakit lain yang bisa menghinggapi siapa saja. Penyakit ini membuat resah dan gelisah. Namanya TBC, artinya adalah Tidak Bawa Chas! Pusing kalau sementara baterai HP tinggal sedikit.
Oleh karena kebutuhan dasar ada beberapa, maka yang akan saya bahas di sini hanyalah rumah alias papan. Meskipun rumah batu, tetap dinamakan dengan papan lho! Beda kalau papan catur, itu menjadi rumah bagi pion dan bidak lainnya. Eh, sudah dapat pion berapa dari operator seluler? Lah, kalau itu mah poin!
Istilah yang Indah
Rumah yang menjadi tempat kita bernaung dan mungkin menghabiskan sebagian besar waktu, diistilahkan dengan Rumahku Istanaku. Mau bagaimanapun kondisi rumah kita, tetaplah itu istana kita. Apalagi yang memang rumahnya seperti istana, maka itu dinamakan apa ya? Istana juga, deh!
Mengapa rumahku istanaku? Itu sebenarnya sebagai tanda syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Contohnya, rumah yang berantakan karena bapaknya main mobil-mobilan. Eh, salah, anaknya maksudnya.
Mainan yang sedemikian banyak terhambur di sana-sini membuat seorang ibu marah besar. Tadi sudah dirapikan, kok sekarang berantakan banget? Mirip kapal pecah.
Eits, tunggu dulu! Jangan risau jika dikatakan rumah kayak kapal pecah. Lho, kok jangan risau, Mas? Memangnya risau dapur? Maksudnya, jika rumah mirip kapal pecah, tidak usah cemas karena nenek moyang kita dulu seorang pelaut. Betul ‘kan? Wajar dong kita jadi menghayati profesi mereka dengan membuat kapal juga di rumah kita, meskipun kapal pecah.
Walaupun rumah berantakan, tetapi tetap kita masih punya rumah. Masih banyak orang yang tinggal di jalanan, bawah kolong jembatan, dekat bak sampah, dan tempat-tempat lain yang tidak layak memang untuk ditinggali.
Rumahku istanaku juga menandakan adanya pelayanan yang prima. Istri melayani suami, begitu pula suami melayani istri. Orang tua melayani anak. Dan, anak pun melayani bonekanya. Lah..
Rumahku istanaku menjadi cerminan tumbuhnya cinta dan kasih sayang. Tentunya, ini cinta dan kasih sayang yang halal. Suami mencintai istri, begitu pula sebaliknya.
Pernikahan memang menjadi simbol ikatan yang kuat, tidak hanya antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga antarkeluarga. Pernikahan bisa menggetarkan langit Allah. Sedangkan tenda pesta pernikahan bisa bergetar juga, jika bikin acara tidak terlalu jauh dari rel dan pas kereta api lewat.
Sebaliknya
Kondisi yang berbeda dapat pula dialami oleh sebagian orang. Entah, apakah sebagian besar atau sebagian kecil, atau sebagian sedang-sedang saja? Bukan lagi rumahku istanaku, melainkan rumahku nerakaku. Ini yang mengerikan.
Konflik yang membuat rumah jadi seperti neraka. Paling sering, konflik itu berasal dari suami istri. Mulai dari konflik-konflik kecil, tetapi tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh mereka berdua. Akhirnya konflik kecil mulai membesar. Saat membesar begitu, mau melibatkan orang ketiga juga belum bisa selesai, apalagi orang keseratus, tambah tidak selesai.
Mungkin konflik dimulai dari masakan istri yang dirasa suami tidak enak. Kurang asin, kurang manis, kurang pedas, sampai akhirnya istri dibilang kurang ajar. Suami pun mencela masakan, plus dengan pembuatnya.
Padahal, menurut Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sebuah makanan kalau suka, ya, dimakan, kalau tidak, tinggalkan saja. Jangan dicela. Masih banyak orang yang belum bisa makan, lha ini ada makanan kok dihina, dicela, bahkan ada juga makanan yang tumpah di celana. Tambah lagi dicela tanpa na.
Puncaknya atau ujung konflik itu adalah KDRT. Ini saja sudah cukup mengerikan, apalagi kalau bertambah menjadi KDRW! Hem…
Memukul, menendang, sampai membunuh bisa saja terjadi di dalam rumah yang seperti neraka. Ujungnya memang neraka betulan di akhirat. Jika rumah sebagai tempat tinggal saja sudah seperti neraka, lalu mau tinggal di mana?
Yang jelas, keadaan rumah kita yang mungkin masih belum baik, atau belum jadi istana yang sebenarnya, menjadi tugas suami untuk mewujudkannya. Suami atau ayah adalah kepala rumah tangga. Pemimpin istri dan anak-anaknya.
Kata teman saya, kalau suami tidak bisa mewujudkan itu semua, maka siap-siaplah. Lho, siap-siap apa, Mas? Ya, siap-siap saja karena bulan depan mau Idul Adha. Sudah siapkan biaya untuk beli hewan kurban belum?
Menggelitik, namun banyak pesan yang tersirat.
Terimakasih Pak Rizky, Sehat selalu yaa.
Sama-sama, Pak, terima kasih kunjungan dan komentarnya.
Belum beli pisau Pak. Heeh.e..
Beli sana cepat, Bu, hehe…
Selalu renyah di baca, tak bosan untuk selalu tinggal di istana kita. Walau semua sederhana namun bagaikn istana karena rumah tempat dimana kita lepaskan lelah setelah seharian bekerja.
Bener Bu, rumah sebagai istana tempat beristirahat.
Tulisan Mas RiKy tuh sangat menghibur, kocak, tapi ttp banyak pesan yg disampaikan. Kereeen..
Btw, jd tahu TBC tuh apa, hahaha bisaa aja..
Tulisan yg sll menghibur, kocak abis, tapi juga menyampaikan pesan2 berharga. Makasih Mas Rizky..
Luar biasa bagus alur tulisannya pak Rizky, banyak pesan2 yg bisa diamalkan, sukses selalu pak..
Sebuah pesan tersirat, namun dikas dengan gaya santai dan ringan
Keren…tulisannya sangat menginspirasi . Salam sehat dan sukses
Waduh endingnya bikin deg-degan. Mantap diingatkan lewat tulisan ini.