Beberapa waktu yang lalu, dengan melalui layanan provider internet cepat, saya melepas rindu kepada ibu saya. Melalui video call dengan Whatsapp, saya kembali menatap wajah beliau yang tampak semakin menua.
Rambut putihnya sudah banyak di sana-sini. Keriputnya pun terlihat makin tebal. Alhamdulillah, dengan internet cepat, koneksi jaringan jadi tidak putus-putus. Lancar jaya. Apalagi anak saya yang kedua juga ikut ingin berkomunikasi dengan neneknya.
Hanya itulah yang bisa saya lakukan sekarang, video call dengan internet cepat. Beberapa bulan yang lalu, saya ada perjalanan dinas ke Solo Baru. Daerah itu berjarak satu jam lebih dengan Jogja. Saya dan rombongan teman kantor mendarat di Jogja, karena kalau di Bandara Adi Soemarno, Solo, tidak mungkin. Tidak ada jadwal penerbangan dari Kendari ke Solo yang sebelumnya memang dibeli lewat internet. Makanya, dipilihlah Jogja sebagai tujuan pendaratan.
Setelah itu, ya, jauh lagi saat kembali ke tempat kerja yang sekarang. Sedih sih, tetapi itu sudah menjadi suratan takdir saya. Sekarang tinggal di Kabupaten Bombana, sejak 2011. Jauhnya dengan Jogja, Subhanallah. Harus sabar, menabung pelan-pelan, dan berpikir, kapan bisa ke sana ajak seluruh keluarga? Saya sudah punya anak tiga, istri baru satu, eh. Selalu terpikir harga tiket pesawat yang sudah mulai mencekik, meskipun pilihannya banyak tersedia di internet. Terlebih kalau mau mudik pas momen lebaran. Ini lebih sulit lagi.
Tidak Pernah Pulang
Nah, berbicara tentang lebaran, sejak masih bujang, saat sudah tinggal di Bombana, saya tidak pernah pulang mudik. Iya, selama 12 kali lebaran, tidak pernah saya rayakan bersama orang tua dan saudara-saudara kandung di sana. Mau tahu sebabnya?
Pertama, tentu saja harga tiket pesawat yang bisa melambung dua kalinya. Ini jelas cukup memberatkan. Kedua, padatnya Jogja saat lebaran. Tempat-tempat wisata juga sangat padat pengunjung. Jadi, kalau mau bertamasya ke tempat wisata malah akan stres sendiri.
Dan, yang ketiga, waktu libur yang cukup pendek. Cuti bersama Idul Fitri hanya beberapa hari, tidak cukup toh untuk mengeksplorasi Jogja sekarang. Harusnya mengambil cuti tahunan. Namun, sepertinya ada larangan tidak boleh ambil dobel cuti deh. Sudah menerima cuti bersama Idul Fitri, eh, tambah lagi cuti tahunan. Bisa ditegur atasan kalau begitu.
Untungnya, provider internet cepat dari IndiHome tetap mampu menyambungkan silaturahmi saya dengan orang tua seperti saya ceritakan di awal tulisan ini. IndiHome yang merupakan produk unggulan Telkom Indonesia bisa senantiasa mendukung aktivitas komunikasi dengan keluarga. Tidak hanya dengan keluarga sih, tetapi juga dengan rekan kerja. Pokoknya asyik punya deh!
Hal yang Paling Dirindukan
Momen lebaran adalah momen bersenang-senang. Namanya saja hari raya, tidak boleh berpuasa di hari itu. Makanya, selalu diisi dengan makan dan minum sepuasnya. Ya, jangan juga terlalu banyak sih, nantinya tubuh sendiri yang kena akibatnya lho! Perlu juga diperhatikan asupan makanan yang ada, soalnya ini bukan acara mukbang, hehe.
Kalau berbicara tentang momen lebaran yang kaitannya dengan makanan atau kuliner, ada beberapa menu favorit saya sih. Pertama, gudeg. Nah, gudeg itu apa sih?
Saya sih tidak terlalu tahu secara detail. Makanya, saya cari saja informasinya melalui internet provider yang saya pakai. Hasilnya, gudeg adalah makanan Jogja yang terbuat dari nangka muda yang masih mentah, nama Jawanya adalah gori. Agar bisa menjadi gudeg yang enak, perlu waktu lama membuatnya, sampai berjam-jam lho! Gudeg dimasak dengan gula aren. Ada santan rempah-rempah tambahan. Ini termasuk bawang putih, bawang merah, kemiri, biji ketumbar, lengkuas, daun salam, dan daun jati agar timbul warna coklat kemerahan ke masakan gudeg tersebut.
Memang sih, rasa gudeg Jogja sekarang itu manis banget. Saya pernah memberikan gudeg kepada teman saya yang berada di Pulau Kabaena, Bombana. Saya menghubunginya lewat Whatsapp, yang notabene menggunakan internet juga. Ternyata, dia sama sekali tidak suka. Rasanya sangat aneh menurutnya. Pada akhirnya, dia dan keluarganya sama-sama tidak suka, membuang gudeg itu ke tempat sampah. Hem, deh!
Ketika ada rasa rindu dengan gudeg di rumah saya sekarang, maka saya tinggal berbelanja ke marketplace. Kalau akses yang satu ini, jelas butuh internet provider, lah yauw! Menggunakan internet cepat dari IndiHome, juga memperlancar proses transaksi. Ada begitu banyak gudeg kalengan. Rasanya tetap sama dengan gudeg di Jogja, karena memang diproduksi di kota pelajar tersebut. Namun, yang lebih sering adalah ibu saya yang mengirimnya ke Bombana. Atau ketika beliau datang ke Bombana saat istri saya melahirkan, ibu selalu membawanya. Beliau sudah tahu merek gudeg kalengan yang terbaik rasanya.
Makanan khas kedua yang saya rindukan ketika lebaran adalah bakpia, lebih tepatnya adalah Bakpia Pathuk. Makanan ini terbuat dari tepung terigu. Dipanggang dengan isian berupa kacang hijau dicampur gula.
Kok namanya Bakpia Pathuk? Menurut cerita, dulunya bakpia dibuka usahanya oleh Liem Bok Sing dan penerusnya di Jalan Pathuk nomor 75, Jogja. Nah, dari situlah asal nama Bakpia Pathuk.
Ada satu bakpia yang enak sekali. Yang buat adalah kenalan bapak saya di Kelurahan Purwodirjan. Jarak kampungnya agak jauh sedikit dengan kelurahan saya. Bakpia yang satu itu jelas nikmat sekali dan sedap. Begitu makan satu, terasa mau terus. Baru berhenti kalau sudah habis satu dos!
Itu yang terjadi saat lebaran di rumah nenek saya di Grobogan, Jawa Tengah. Saya lupa tahun berapa, saat itu nenek saya masih hidup, masih sehat. Bapak membawa beberapa dos untuk dibagikan dengan sanak keluarga dari berbagai kota. Eh, saya sendiri yang banyak melahap bakpia itu. Mumpung masih ada, hehe…
Bakpia berbeda dengan gudeg dalam hal dikirim dari kampung halaman. Kalau bakpia, hanya bisa bertahan sekitar satu pekan saja. Bila lebih dari waktu itu, bisa berjamur. Makanya, tidak mungkin saya pesan bakpia secara online, apalagi lewat marketplace, meski dengan internet cepat sekalipun. Sebab, jarak pengiriman ke Bombana rata-rata satu pekan, kadang lebih sedikit. Masa saya mau memakan bakpia campur jamur? Hiii…
Yang Ada Saja
Lebaran di kampung halaman, kota Jogja, memang telah menjadi kenangan yang indah, terutama pada masa kecil dan remaja saya. Kini saya sudah dewasa, sudah berkeluarga dan memiliki seorang istri dengan tiga anak seperti yang saya tulis di atas. Makanan khas lebaran di kampung halaman sudah pernah saya santap dengan nikmat bertahun-tahun yang lalu. Kini yang ada adalah makanan di sini, khas Bugis.
Kue nastar jelas selalu ada. Begitu pula konro, coto makassar, ikan palumara, sinonggi, tape ketan, selalu ada tiap lebaran datang. Apalagi tahun lalu, saya ke Bone, kampung halaman istri saya. Menikmati makanan khas lebaran di sana juga dong.
Intinya, mau lebaran di manapun, selama hati kita bahagia, maka akan selalu bisa menikmati sajian makanan yang ada. Terlebih makan di tengah anggota keluarga, ini membuat nafsu makan jadi meningkat, hehe.
Seperti kalau kamu berkomunikasi dengan keluarga yang terpisah jauh, maka solusinya mesti pakai internet cepat. Dan, pilihan itu memang jatuh pada IndiHome dari Telkom Indonesia. Ini memang internet provider yang oke punya!
Kualitas internet cepat IndiHome memang tidak diragukan lagi. Kamu pakai di sini, begitu pula keluarga kamu di ujung bumi sana kalau perlu. Jadi, kedua tempat menggunakan IndiHome ini, membuat komunikasi jadi tidak terputus. Masa mau video call harus memanjat pohon demi mendapatkan sinyal sih? Hadeh. Apalagi pakai internet provider ecek-ecek, jelas tidak mungkin banget, lah yauw!
Sudahlah, ganti saja paket data kamu dengan IndiHome saja. Nikmati internet cepat yang ada. Apalagi ini sudah bulan Ramadhan, beberapa pekan lagi akan lebaran, Insya Allah. Kalau keluarga bisa didatangi rumahnya, jelas itu lebih bagus. Namun, jika karena satu dan lain hal, maka komunikasi tetap bisa terjalin, tetapi menggunakan teknologi. Nah, IndiHome siap memfasilitasi silaturahmi kamu! Coba deh dan nikmati keunggulannya!