Tersebutlah sebuah kisah alias cerita alias kisah lagi. Seorang laki-laki dewasa bernama Ridwan. Dia sudah punya anak. Sudah punya istri. Otomatis, sudah menikah juga. Ya, iyalah.
Kebiasaan Ridwan memang sholat berjamaah di masjid. Lima waktu dia sholat berjamaah di masjid. Kadang datang sebelum adzan. Kadang sebelum iqomah. Tapi jarang sekali datang setelah salam. Ridwan memang menjaga sholatnya.
Baca Juga: Pertemuan, Perpisahan, dan Air Mata Karena Luka di Hati
Termasuk dalam hal ini adalah suasana di masjid. Dia juga berusaha untuk menjaganya. Dia paham betul larangan ribut di masjid. Ridwan akan marah jika ada yang mengganggunya sholat. Biasanya ini adalah anak kecil.
Malam Hari
Malam itu, Ridwan mau sholat berjamaah. Berarti kalau malam, namanya sholat Isya. Dia merasa dari balik hijab, anak-anak perempuan yang yang di belakang ribut sekali. Tentu dong, suasana masjid jadi cukup ramai. Cukup bersisik, eh, berisik. Dia pun memperingatkan, “Akhwat di belakang jangan ribut!”
Suaranya cukup menggelegar. Apalagi karakternya memang cenderung keras. Mendengar suaranya yang cetar membahana, yang di belakang langsung diam seribu bahasa. Mereka pun langsung menurut.
Termasuk anak-anak kecil yang di situ, mereka berada dalam posisi siap di shaf masing-masing. Ketakutan juga.
Saat Sholat
Larangan ribut di masjid yang diterapkannya, menjadi berbalik untuknya. Saat sedang sholat, tiba-tiba hapenya berbunyi. Nada deringnya cukup keras dan mengganggu jamaah. Dia lupa mematikan hapenya. Dan, memang selalu lupa. Temannya sering menegur, nyatanya masih begitu juga.
Begitu tahu hapenya berbunyi waktu sholat, dia berusaha untuk mematikan. Selesai sholat, dia ketawa-ketawa saja. Hem..
Kesimpulan
Menerapkan larangan ribut di masjid memang susah-susah tidak mudah. Sebab masjid diisi oleh berbagai macam jenis orang. Ada orang dewasa, ada anak muda, ada anak kecil.
Lalu, ketika ada larangan ribut di masjid, maka itu jangan serta-merta domain pribadi. Sebab, akhirnya bisa jadi berbalik ke dirinya sendiri. Kan lucu kalau sampai terjadi begitu. Kan jadi anu. Ya ‘kan?