Nafsu Terkendali di Bulan Ramadhan Karena Ini, Sudah Tahu Belum?

Nafsu Terkendali di Bulan Ramadhan Karena Ini, Sudah Tahu Belum?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Sudah memasuki hari kedua, Alhamdulillah masih ada 27/28 hari lagi kita akan lebaran. Masih lama, Bro. Yuk, manfaatkan waktu yang ada.

Hakikat puasa adalah memang mengendalikan diri. Makan dikendalikan, minum begitu juga, dan hubungan suami istri juga seperti itu. Khusus yang ketiga ini adalah yang sudah menikah. Tidak mungkin ‘kan seorang jomblo disuruh menahan diri dari hubungan suami istri. Meskipun yang sering ditahan adalah perasaan ingin memiliki suami atau istri, tetapi belum sanggup. Kasihan.

Mengapa Begitu?

Mungkin ada yang mengatakan, mengapa di bulan puasa ini, pintu-pintu surga dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup? Bukankah sekarang surga dan neraka itu masih kosong? Bukankah orang-orang yang sudah meninggal itu masih berada di alam kubur? Lalu, untuk apa dibuka dan ditutup begitu?

Ustadz H. Aswanto Muhammad Takwi, Lc, MA, mengatakan kemarin dalam ceramah onlinenya lewat Facebook, hikmah dibukanya pintu surga dan ditutup pintu neraka adalah sebagai motivasi bagi orang-orang yang beriman. Kalau di bulan biasa, orang beriman pasti sudah termotivasi oleh surga, dan termotivasi untuk terhindar dari neraka.

Sekarang, di bulan Ramadhan, lebih didorong lagi. Ibaratnya, ini lho pintu untuk kesenangan abadi sudah terbuka lebar. Pintu untuk kesengsaraan abadi sudah ditutup serapat-rapatnya.

Baca Juga: Bombana: Tidak Cuma Terasi, Tetapi Juga Literasi

Beliau mencontohkan sebuah perlombaan. Hadiah-hadiah yang ada dipajang di meja atau panggung khusus. Mungkin hadiahnya sepeda, TV, kulkas dua pintu, HP, laptop, dan lain sebagainya. Contoh lebih gampang adalah lomba panjat pinang saat tujuh belasan. Meskipun yang benar itu dipinang dulu, baru dipanjat. Itu kata orang-orang lho, haha…

Ketika seorang peserta melihat hadiah-hadiah yang menggiurkan itu, tentu dia akan makin semangat ikut. Dia akan mengerahkan segenap jiwa dan raga untuk bisa menang. Kalau bisa sih juara satu. Yang penting caranya benar sih tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah berbuat curang. Padahal, kalau curang, ya, tinggal ditambahi ya!

Hal yang lebih menarik lagi, kata Ustadz Aswanto adalah surga itu lebih diupgrade daripada HP. Lho, yang benar? Mungkin ada di antara kita yang bangga bisa mendapatkan merek HP terbaru, fitur terbaru, atau segudang fasilitas lain di dalam benda yang kadang juga dinamakan dengan setan gepeng itu.

Seperti dulu teman saya di SMA. Bangga sekali memamerkan HP terbarunya, yang merek Nokia dengan bentuk mirip daun itu. Waktu itu, teman-teman pasti merasa takjub plus kagum, karena mungkin tidak banyak orang yang memilikinya. Begitu juga teman saya itu. Pasti milik orang tuanya. Lha wong dia saja belum punya kerja plus gaji kok. Anak SMA masa punya gaji? Kerja sudah pasti punya, yaitu: belajar, tapi gaji hanya gurunya yang dapat. Eh, sekarang saya jadi guru juga ternyata.

Kebanggaan akan perkara duniawi itu memang tidak akan ada habisnya. HP Nokia yang bentuknya mirip daun itu sekarang sudah pasti ketinggalan zaman. Merek Nokia saja sudah ketinggalan kok. Mana ada sih sekarang orang yang punya Nokia? Yang punya jelas suaminya. Wah, kalau ini bukan Nokia, melainkan Novia. Salah, Mas! Oh, iya, ya.

Kalau di dunia saja orang bisa senang dengan update terbaru, maka semestinya di akhirat nanti lebih senang dengan hasil yang akan didapatkannya berupa surga. Kok bisa sih surga terus diupgrade, terus diperindah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala?

Jawaban mudahnya adalah karena kita belum meninggal. Masih diberikan kesempatan untuk beribadah sebanyak-banyaknya sesuai aturan syariat Islam. Tiap berdzikir, ada pohon di surga. Pohon itu jelas punya kita. Sholat sunnah rawatib 12 rakaat dalam sehari, dibangunkan rumah di surga. Semakin banyak amalan kita, maka surga kita di akhirat jadi makin cantik. Barulah nanti di hari kiamat, surga itu disempurnakan untuk diberikan kepada kita. Masya Allah.

Setan Dibelenggu

Pada bulan Ramadhan ini, setan-setan dibelenggu. Itu maksudnya apa? Nah, Ustadz Aswanto kembali menegaskan mengutip dari perkataan Imam Al-Qurthubi rahimahullah, bahwa yang dibelenggu adalah setan-setan yang sangat jahat, yang sangat benci kepada manusia, yang ilmu persetanannya sudah tingkat senior, master, profesional, dan sangat berpengalaman. Setan jenis ini kalau menggoda manusia, lebih banyak berhasilnya. Lebih terasa masuk racunnya. Lebih terasa masuk jarumnya. Eh, ini bukan bicara vaksin covid-19 lho ya, sebab masih banyak yang takut jarum suntik vaksin, padahal kecil bentuknya. Hihi…

Setan-setan yang lebih junior tidak dibelenggu, dibiarkan saja. Lho, kenapa tidak sekalian? Setan memang bisa dibelenggu sehingga godaan kemaksiatan jadi berkurang, tetapi bukankah kita punya pula hawa nafsu? Bukankah hawa nafsu itu lebih condong kepada keburukan? Di situlah tantangan kita sebagai manusia. Dari luar digoda oleh setan, dari dalam digoda oleh hawa nafsu. Hanyalah kepada Allah kita berlindung menghadapi semua godaan itu.

Baca Juga: Bayar Sekarang Atau Nanti?

Meskipun tadi disebutkan biangnya setan-setan yang dibelenggu, menyebabkan ketika kita berpuasa jadi bisa sedikit mengerem kemaksiatan. Mau merokok yang haram hukumnya itu tidak jadi, karena sedang puasa. Takut merusak puasanya. Mau mencuri juga tidak mau, sedang puasa, kecuali mungkin mencuri hati seorang gadis. Waduh, ini malah bicara jomblo lagi!

Ketika siang hari bisa menahan, waktu malam hari, juga lebih semangat meskipun sholat yang kita lakukan lebih berat daripada biasanya. Keberkahan membuat nafsu terkendali di bulan Ramadhan. Tidak hanya ke yang haram, bahkan ke yang halal juga bisa terkendali. Makan dan minum pada dasarnya bolah-boleh saja di siang hari, tetapi menjadi terlarang saat puasa.

Begitu pula dengan hubungan suami dan istri. Secara prinsip, kalau ada suami melihat yang bening-bening di luar, lalu timbul nafsu, pelariannya ke istri. Itu kalau hari biasa. Sedangkan di bulan Ramadhan tidak bisa. Apalagi konsekuensinya berat, seperti: berpuasa dua bulan berturut-turut, memerdekakan budak, hingga memberi makan orang miskin dalam jumlah yang lumayan banyak.

Kesimpulan

Bersyukur dan kita harus terus bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas nikmat plus karunia yang amat sangat besar di bulan suci Ramadhan ini. Nafsu terkendali di bulan Ramadhan ini, terutama nafsu-nafsu yang buruk. Sedangkan nafsu-nafsu yang baik bisa meningkat dibandingkan bulan-bulan biasa. Alhamdulillah.

Hal yang perlu dicermati adalah jangan sampai dompet kita jadi terbelenggu juga ya. Soalnya mumpung banyak diskon nanti, masa mau dibelenggu juga sih? Diskon belanja memang menggiurkan, tapi sekali lagi, yang lebih enak dan menarik itu adalah diskon besar-besaran untuk bisa masuk surga yang pintunya terbuka pada saat ini. Siapa lagi yang bisa memberikan diskon lebih besar dan baik daripada Allah Subhanahu Wa Ta’ala?

nafsu-terkendali-di-bulan-ramadhan-1

Baca Juga: Narsis dan Eksistensi Kita

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

8 Comments

  1. Semoga saya bisa meningkatkan nafsu sodakoh di bulan ramadhan ini tulisannya memberi masukan buat saya

  2. Maasya Allah, tulisan yg informatif dan edukatif. Jd tahu bahwa surga itu selalu diupgradr seperti itu. Semakin banyak amalan baik kita semakin indah surga kita. Semoga kita mendapat maghfiroh Allah SWT…

  3. Semangat menikmati diskon Allah di bulan Ramadhan ini. Terima kasih berbagi ilmunya. Jadi pengingat diri.

  4. Paragraf terakhir menarik sekali, nafsu dompet ini juga perlu dikritisi.
    Karena terkadang masalah tersebut timbul dari mata turun ke dompet…

  5. Tulisan Pak Rizky selalu enak untuk dibaca. Ada yang lucu, saat jomblo harus menjaga nafsu ke-3 (sudah diralat).

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.