Menyikapi Lagu Aisyah Istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Antara Memuji dan Mencela

Menyikapi Lagu Aisyah Istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Antara Memuji dan Mencela

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Mungkin masih terdengar viral ya tentang lagu Aisyah Istri Rasulullah Shallallahi ‘Alaihi Wasallam. Lagu yang dinyanyikan oleh beberapa penyanyi, saya sendiri tidak hafal siapa saja, kalau kamu sendiri?

Sebenarnya, kaitannya dengan lagu, memang selalu saja ada perdebatan tentang hukum musik itu sendiri. Namanya perdebatan, pastilah ada yang pro, ada yang kontra. Mana ada yang satunya pro, satunya setengah pro? Wah, kalau itu jelas bukan perdebatan. Namanya apa ya yang cocok? Hehe…

Bagi yang menyatakan haram, memang mengacu kepada dalil-dalil dalam agama Islam yang mulia ini. Kamu boleh lihat lengkapnya di sini. Sementara bagi yang tidak menyatakan haram, atau setengah pro dengan musik tadi, menganggap bahwa musik juga bisa untuk kebaikan kok. Ada pula yang menyebutkan tentang musik Islami. Ohh, begitu..

Musik Islami, Adakah?

Jenis musik yang semacam ini, lirik-liriknya jelas tidak sembarangan. Tidak mungkin di situ ada kalimat “Om, telolet, om” atau “cinta satu malam” atau “suamimu milikku juga” dan lain sebagainya, mungkin kamu yang hafal. Hohoho…

Malah, mungkin ada yang berpendapat bahwa bisa dapat hidayah karena mendengar musik-musik Islami itu. Liriknya yang teduh, menenteramkan, membuat jadi ingat Allah, dianggapnya bagus. Yah, daripada dengar musik dangdut, apalagi sampai dangdut koplo, jelas membuat si pendengarnya bisa plonga-plongo.

Musik Islami dijadikan alternatif hiburan pendengaran. Mungkin mendengar murottal Al-Qur’an, dia tidak tahan, terasa panas di kuping, makanya diganti dengan musik Islami semacam itu. Lebih adem, katanya. Memangnya, lagi di tempat ber-AC?

Tokoh-tokohnya dalam hal ini seperti Opick, Ustadz Jefri Al-Bukhari yang sudah meninggal (semoga Allah merahmati dan mengampuni beliau), yang sekarang Emha Ainun Nadjib. Kalau disebutkan terakhir ini, beberapa bukunya ada di rumah saya. Sebab tulisan beliau memang cukup bagus kok, menurut saya lho. Kamu sendiri, punya buku-buku apa saja di rumah?

Sekilas Tentang Musik

Sebelum membahas lebih jauh tentang lagu Aisyah istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, saya mau cerita sedikit tentang musik, berdasarkan pengalaman yang saya alami. Melihat dengan mata kepala sendiri. Eh, musik lebih pas dengan mendengar dengan telinga kepala sendiri. Begitu mungkin.

Musik dipakai untuk acara resepsi pernikahan. Itu sudah wajar dan jamak terjadi, meskipun sekarang beberapa pesta pernikahan dibubarkan oleh polisi. Lho, apakah nikahnya tidak sah? Ya, tetap sah, cuma acaranya yang dibubarkan. Apalagi kalau bukan gara-gara Corona? Wah, Corona ini memang tukang merusak acara orang juga!

Dulu, sewaktu saya masih jomblo ting-ting dan tong-tong dan masih belum begitu paham tentang dalil musik tersebut, saya datang saja di sebuah acara pernikahan, cukup jauh dari kost. Ketika itu, yang punya hajatan adalah tetangga kost, seorang haji berusia cukup lanjut, sekarang sudah meninggal.

Saat itu, belum ada virus Corona, mungkin belum lahir juga. Namun, saya berusaha untuk tidak menyalami si pengantin perempuan, plus ibu-ibunya. Jadi, ketika saya naik di panggung, saya menangkupkan tangan di depan dada.

Baca Juga: 9 Alasan Tanpa Pakai Adat Pernikahan

Si orang tuanya juga menangkupkan tangan. Lucunya, ketika sampai di depan pengantin pria, eh, lha kok dia juga menangkupkan tangan! Ini bagaimana sih? Maksudnya itu untuk istri sama ibu-ibumu, Bambang…! Kenapa kamu juga ikut begitu?

Pengalaman lucu itu ditambah lagi ketika saya mengambil sajian dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Tentunya di dalam tenda, lah, masa ditaruh di tengah jalan?!

Saya mau berbicara dengan pak haji yang punya acara. Ternyata susah luar biasa! Apalagi kalau tidak karena suara musiknya yang luar biasa menghentak. Sampai menembus dagdigdug ke dalam jantung saking kerasnya. Apakah kamu juga pernah begitu?

Akhirnya, kesulitan setengah mati untuk bicara dengan tamu lainnya. Mungkin dikasih keras sekali begitu supaya orang tidak saling bicara ya? Supaya fokus di musiknya dan di pengantinnya di bagian paling depan.

Aihh, dinikmati itu wajah pengantin perempuannya. Sebelum suaminya yang menikmati, para tamu sudah duluan, meski cuma lewat pandangan dan bisa terbawa sampai ke pikiran.

Jadi, kalau ada pesta pernikahan pakai musik semacam itu, maka siap-siap saja untuk bikin gendang telinga berpotensi jebol. Lho, kok bisa Mas? Bisa saja bila telinga itu ditempelkan betul-betul di speaker yang ada. Walah…!

Masih Tentang Musik Pernikahan

Masih ada kaitannya dengan saya yang belum menikah. Masih juga dengan saya yang tinggal di kost. Ada acara pernikahan lagi di belakang kost. Luar biasa kerasnya juga.

Nah, yang lucu adalah suasana di dalam dapur. Waktu itu, saya kost satu kamar di bagian depan dari sebuah rumah yang juga ditinggali satu keluarga. Ayah, ibu dan anak gadisnya. Kamar yang saya tempati ada di samping ruang tamu. Jadi, ruang tamunya juga bisa saya pakai.

Malam ketika acara pernikahan di belakang, wuih, dinding dapur terasa bergetar semua! Mirip dengan gempa lokal! Rumah itu di bagian depannya adalah rumah batu, sementara di belakang masih papan. Seperti mau roboh saja bangunan dapur itu.

Bahkan, acaranya sampai tengah malam. Hem, untunglah tidak setiap hari. Lho, Mas, waktu itu datang juga ke acaranya tidak? Nggak! Sory, lah yauw! Mending di kamar kost, membayangkan kapan ya saya menikah juga? Halah…

Kali Ini Musik Dalam Perjalanan

Sebelum ada virus Corona, saya memang lumayan sering ke Kendari. Entah itu karena ada urusan kantor maupun urusan pribadi lainnya. Seringnya malah kedua hal itu tercampur jadi satu.

Dari Kabupaten Bombana, tempat saya tinggal, untuk ke Kendari menggunakan mobil angkot. Namun, jangan sembarang mobil angkot, sebab mobil yang dipakai tergolong bagus dan lumayan mahal juga. Seperti Avanza, Innova, Xenia dan semacamnya. Waktu itu memang terlihat mahal ketika saya pertama naik. Sekarang, kebutuhan mobil malah jadi mirip kebutuhan primer.

Karena saya hanyalah penumpang, dengan penumpang lainnya, maka kami ikut dengan sopir saja. Dia mau lewat jalan mana, terserah dia, yang penting sampai di tujuan. Nah, dalam perjalanan itulah, si sopir seringkali memutar musik.

Jika ditanya alasannya, agar musik-musik tersebut tidak membuatnya mengantuk. Yah, rata-rata sopir juga perokok. Jadi, dua hal itu adalah obat mengantuk, menurut dia.

Baca Juga: Temukan 5 Manfaat Ketika Berhasil Menemukan Kepribadian Anda

Bila ada orang yang mengharamkan musik, maka pasti akan terganggu dengan suguhan musik itu. Kadang juga disetel dengan volume lumayan keras. Sudah pasti akan tambah terganggu.

Mau tidur tidak nyaman, karena telinga pasti masih mendengar. Begitu juga bila penuh orang, kursi yang seharusnya kapasitas untuk tiga orang, menjadi empat orang.

Ada satu pengalaman yang betul-betul membuat saya jengkel. Beberapa sopir memang suka seenaknya sendiri. Ketika saya memintanya untuk memelankan suara musiknya, ada juga yang tidak mau. Padahal itu jelas ada dalam jangkauan tangannya.

Semestinya, mereka tahu juga dong teori tentang Manajemen Pelayanan seperti yang saya pelajari dulu ketika kuliah. Bahkan ada seorang pemilik rumah makan yang menasihati karyawannya, bahwa bukan dia yang membayar gajinya, melainkan pelanggan. Nah, jadi yang memberi penghasilan memang konsumen. Lalu, kalau konsumen minta lebih nyaman, kok malah si produsen ogah-ogahan?

Akhirnya, dalam hati saya bertekad untuk tidak akan menggunakan mobil dengan sopir dengan nama itu. Alhamdulillah, saya berhasil menemukan seorang sopir yang ramah, murah senyum, suka tertawa dan yang paling penting, mau juga tidak pakai musik sepanjang perjalanan.

Orang itu jadi langganan saya. Pokoknya meskipun harus berangkat lebih pagi, bahkan belum sempat mandi, tetapi saya ikut juga. Atau ketika pulangnya, saya juga ikut dia. Jadi, maaf-maaf untuk sopir yang lain, saya bukan lagi pelanggan kalian, kecuali si sopir ini sakit, ada urusan lain jadi tidak berangkat atau meninggal dunia.

Bagaimana dengan Lagu yang Viral Itu?

Keadaan yang membuat lagu itu semakin viral adalah penyanyinya perempuan. Berada dalam satu grup musik yang temanya keislaman begitu. Sebenarnya yang membuat viral mungkin karena penyanyinya termasuk cantik ya? Jadi, sambil melihat wajahnya, hem, langsung hanyut dalam lagunya sekalian.

Kalau ada perempuan bahwa perempuan itu cantik, maka perempuan itu memang benar-benar cantik. Kalau laki-laki mah selalu bilang perempuan itu cantik, kecuali yang tidak! Halah..

Bagi yang tidak setuju atau tidak mendukung lagu tersebut, pastilah dibilang haram dengan dalil-dalil yang ada. Namun, tunggu! Bagi yang setuju, tidak gampang lho menjelaskan ke mereka bahwa itu haram. Inilah sebagian sifat dan akhlak manusia, bahkan kaum muslimin sendiri.

Baca Juga: 5 Ciri Penting Jika Anda Cerdas Atau Pintar

Ketika ada yang bilang bahwa seperti itu adalah haram, mungkin mereka akan langsung mencari pendapat lain bahwa musik itu tidak apa-apa. Mungkin dengan ulama ini, ulama itu, pokoknya ulama atau yang dianggap ulama menurut mereka.

Terus, pendapatnya juga mengatakan bahwa ini kan demi untuk mengingat Aisyah juga, istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lewat lagu Aisyah istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, katanya bisa mengingatkan kepada sosok bunda orang-orang yang beriman itu atau Ummul Mukminin.

Repot ya berhadapan dengan mereka? Ya, jelas. Jangankan itu, yang perkara syirik sama bid’ah saja, mereka bisa bantah kok. Makanya, bagi yang mengaku ahlus sunnah, hati-hati lho, karena bisa dipengaruhi oleh mereka.

Membantah Lagu Itu

Okelah, mungkin kamu di antara orang-orang yang tidak setuju atau tidak sepakat dengan lagu Aisyah tersebut. Namun, semestinya, kalau mengaku sebagai penuntut ilmu, ya, buatlah tulisan dengan bahasa sendiri. Ini kan juga berlatih menulis. Jangan terus-menerus copas sana-sini!

Ada ustadz yang mengatakan pendapat seperti ini dan seperti itu, langsung copas, share, sebarkan. Bisa juga seperti itu, tetapi alangkah lebih baik juga, kita mulai berlatih dengan tulisan sendiri. Dalilnya tetap ada, dasarnya tetap ada, tetapi dibuat bahasa yang lebih masuk untuk orang-orang seusia kita.

Susah? Ya, memang susah kalau belum dicoba. Jadi, tulisan yang ada itu akan selalu fresh atau segar. Selain itu, bisa membuktikan bahwa ternyata kamu ini ternyata bisa menulis juga. Bukankah membaca dan menulis itu adalah keterampilan dasar sejak SD? Lha kok sekarang cuma membaca tanpa bisa menulis?

Jadi, bagaimana pendapatmu dengan lagu Aisyah istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam? Kalau memang sudah ada dalil dari Allah, kenapa masih mau dibantah? Hayo..

Ternyata, Ada yang Justru Membencinya

Ibunda Aisyah Radhiyallahu Anha sebagai Ummul Mukminin memang dicintai oleh banyak kaum muslimin. Namun, ternyata ada pula yang membencinya. Mereka adalah kaum Syiah. Lha, kok bisa sampai seperti itu ya? Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa lihat di sini.

Kesimpulan

Mungkin ketika mendengar lagu tersebut, ditambah dengan penyanyinya yang merupakan biduan terkenal, maka kamu bisa hanyut di dalamnya. Lalu, kamu mungkin akan membayangkan entah jadi Aisyah maupun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri. Membayangkan rumah tangga indah dan harmonis seperti mereka, tetapi nyatanya? Tidak gampang bukan?

Begitulah efek dari sebuah lagu. Yang penting laris dan laku. Apalagi jika sudah diupload di Youtube, didownload oleh banyak orang, maka tujuannya tercapai.

Terus, perasaan mendayu-dayu yang ada di dalam hatimu membuat perasaanmu jadi melambung tinggi. Ditambah lagi ketika kenyataan mengatakan bahwa kamu sendiri belum menikah. Hem, tambah parah itu perasaanmu!

Baca Juga: Tong Kosong Nyaring Bunyinya [Ternyata Ada Hubungannya dengan Ayam dan Kura-kura]

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.