Malam Jum’at biasanya punya kesan menyeramkan. Namun, materi tentang mempersiapkan anak memasuki usia prabaligh bisa termasuk seram juga lho! Hah, kok bisa?
Menurut kamu, usia prabaligh itu yang seperti apa? Bisa jadi, ada yang beranggapan bahwa itu adalah saat anak memasuki masa remajanya. Ketika anak sudah bukan anak kecil lagi.
Agar lebih mengetahui tentang persiapan anak memasuki usia prabaligh tersebut, saya bersama ratusan orang lainnya, sebagian besar orang tua, mengikuti webinar premium yang diselenggarakan oleh Fatherman. Nama ini adalah sebuah channel Telegram dengan 49.304 subscribers. Tentu, sebanyak itu tidak bisa saya kenal semua. Mana yang suka masakan pedas, mana yang suka nasi goreng, lebih susah dikenal lagi.
Acara webinar tersebut berjalan dengan lancar dan sukses pada Kamis (19/01/2023). Dimulai dari dari jam 19.45 WIB. Berarti kalau di tempat saya, di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, dimulai jam 20.45 WITA. Itu WITA ya, bukan WATI, apalagi RETNO!
Pemaparan Kak Nur Firdaus
Pembicara utama pada webinar premium tersebut ada dua, yaitu: Kak Nur Firdaus, seorang praktisi dan konselor anak dan remaja. Satunya lagi adalah Ayah Irwan Rinaldi, praktisi dan penggiat keayahan. Kalau Ayah Irwan Rinaldi (AIR), maaf saya singkat saja, eh, kok singkatannya jadi AIR, sudah sering saya baca dan lihat sharingnya tentang parenting. Luar biasa dan sangat penuh mengandung materi apik tentang pengasuhan keluarga.
AIR membuka webinar dan menyerahkan giliran pertama kepada Kak Nur Firdaus (KNF), saya juga mohon izin disingkat namanya agar lebih singkat ditulis. Sebagai bagian dari ratusan peserta, sampai tembus 500-an, saya mematuhi aturan yang ada. Menggunakan nama dan asal daerah, membuka kamera, menyalakan video, memakai baju yang sopan. Selain itu, saya juga mematikan mikropon karena belum diberikan hak untuk berbicara.
Oh, ya, kok namanya webinar premium ini bukan karena harus beli bensin premium dulu di Pertamina, baru bisa ikutan. Bukan. Soalnya tidak mungkin, lah, beli bensin begitu lagi, kecuali mau kembali lagi ke zaman dahulu. Lebih tidak bisa lagi bukan?
Hal yang benar, disebut webinar premium karena berbayar. Harganya sangat murah kok, cukup Rp49.000,00, harga coret dari Rp149.000,00. Ini dia bannernya:
Sangat murah bukan? Hanya dengan 50.000 kurang seribu, kita bisa mendapatkan ilmu berkualitas dari para pakar dahsyat. Apalagi ini materinya memang bukan main-main, karena menyangkut keluarga yang notabene adalah tempat kita menghabiskan waktu sehari-hari, tempat pulang kembali setelah rutinitas luar yang melelahkan. Lanjut!
KNF memulai materinya dengan mengungkapkan kecenderungan banyak orang tua yang berfokus untuk membahagiakan anak. Padahal, menurutnya yang lebih penting itu adalah mendidik anak. Kalau membahagiakan anak, nantinya jadi dituruti semua keinginan anak. Hal itu jelas akan menimbulkan masalah sekarang dan di kemudian hari. Anak bisa jadi manja dan susah terkontrol.
Kalau kaitannya dengan pendidikan, selalu menyinggung tentang sekolah. Ada pertanyaan, sekolah apa yang paling bagus? Kata KNF, sekolah yang paling bagus adalah sekolah yang dimulai dari rumah. Waow, mendengar jawaban itu, saya langsung kaget! Selama ini saya punya persepsi jika sekolah paling bagus itu di sekolah negeri, yang bayarannya mahal, atau di pesantren sana, dan sebagainya. Rupanya, dimulai dari rumah terlebih dahulu. Oke, oke. Lanjut pembahasan selanjutnya!
Dari Rumah Sampai Keluar Rumah
Melihat gambar di atas, ada yang bisa menghitung berapa jumlah harimau yang tampak? Ingat, ini bukan harimau yang ada di iklan Biskuat ya! Bagaimana, sudah ada jawabannya? Coba tulis di kolom komentar. Eits, tapi nanti dulu, karena kolomnya ada jauh di bawah.
KNF ternyata tidak memberikan kuis tentang berapa jumlah harimau, tetapi beliau memberikan ilustrasi tentang kehidupan seorang anak. Awalnya, anak yang diibaratkan dengan anak harimau itu berada dekat dan lekat dengan kedua orang tuanya. Akan tetapi, seiring perkembangan usianya, mereka mulai lepas. Mulai mencari dan memiliki kehidupan sendiri. Makanya, dari gambar, ada harimau yang di atas pohon, dekat matahari, dan lain sebagainya.
Ketika anak mulai lepas tersebut, mereka ditampung di sekolah. Kembali kepada pertanyaan, manakah sekolah yang terbaik? Apakah sekolah Islam? Ternyata, KNF mencontohkan salah satu sekolah Islam saat jalan-jalannya ke berbagai daerah.
Ada kasus anak kelas 7, perempuan, dan anak kelas 9, jelas ini laki-laki, berpelukan di kantin. Padahal, jelas-jelas di situ adalah sekolah Islam, ya ‘kan. Mestinya murid-muridnya tahu batasan tentang hukum-hukum Islam.
Nah, guru yang mengetahui kejadian tersebut tentu bertanya kepada si murid, kenapa melakukan hal tersebut? Kenapa sampai berpelukan di kantin? Lalu, apa jawabannya? Bukan dibalas, “Kamu nanya, kamu bertanya-tanya?” Jawabannya justru pertanyaan balik, “Lho, memangnya nggak boleh ya? Bukannya sudah banyak yang begini?”
Kejadian lain, tentang anak yang berani melawan gurunya. Pengetahuan apa yang masuk ke kepala si anak tersebut? Mungkin, yang masuk adalah semacam tantangan dari temannya juga, “Eh, lu berani nggak lawan guru? Kalau nggak berani, ah, cemen banget lu!”
Pengetahuan yang masuk ke kepala anak memang bisa mendorong perilakunya. Tentang pengetahuan ini, KNF mendasarkannya kepada dalil Al-Qur’an, Surah Al-Isra ayat 36:
Pengetahuan yang perlu ditanamkan kepada anak yang mulai baligh adalah softwarenya. Dikenalkan adanya top up pahala dan top up dosa. Mau top up pahala atau dosa lagi-lagi tergantung lingkungan, dalam hal ini temannya. Dimulai dari permainan misalnya. Anak yang belum pernah tahu dan main PUBG atau disingkat pabji, akan main juga jika diajak temannya.
Susahnya, anak yang mulai baligh ketika dinasihati temannya yang sebaya, maka anak yang dinasihati tersebut akan mengatakan, “Lebay banget sih lu!”, “Serius banget sih lu!”, “Ini ‘kan cuma bercanda!”
Tugas Perkembangan Anak
Mungkin kamu baru tahu, dan saya juga, bahwa ada lima tugas perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun) menurut Havighurst. Di antaranya adalah:
- Belajar bergaul dan bekerja sama dalam kelompok yang sebaya;
- Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung;
- Belajar menjadi pribadi yang mandiri;
- Mengembangkan konsep-konsep penting dalam kehidupan sehari-hari;
- Mengembangkan hati nurani, moralitas, dan sistem nilai sebagai pedoman perilaku.
Anak sebagai pribadi tersendiri tentunya menangkap berbagai macam informasi dari luar. Tentunya berefek bagus kalau informasi yang masuk ke pikirannya itu tepat. Namun, kalau sebaliknya? Bagaimana bila tidak? Nah, ada empat empat akibatnya, yaitu:
- Melakukan hal-hal yang bisa beresiko;
- Mengabaikan norma dan etika;
- Lunturnya nilai-nilai yang sudah dimilikinya;
- Bisa terjadi penyimpangan perilaku.
Itu adalah akibat jika informasinya tidak tepat. Jika tepat, maka yang akan didapatkan dari anak tersebut adalah:
- Basic knowledge artinya pengetahuan dasar;
- Basic filter, mempunyai penyaring dasar;
- Basic value, nilai-nilai dasar;
- Basic attitude, artinya perilaku yang harusnya menjadi utama;
- Standar akhlak.
Mengenali Perkembangan Anak
Ada tiga tahapan dalam perkembangan anak, yaitu:
- Tamyiz, pada tahap ini anak sudah bisa membedakan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
- Baligh, tahap ini kematangan fungsi fisik semakin berkembang pada usia anak;
- Aqil baligh, tahap ketiga ini ada kematangan fungsi mental (pikiran, perasaan, dan perilaku) dan perlu diketahui bahwa tahap ini tidak selalu bersamaan dengan tahap kedua.
Sering kita dengar, antara baligh dan aqil baligh sering disamakan. Padahal, keduanya memang berbeda. Berikut perbedaannya:
Baligh:
- Tubuh anak mulai dewasa dan jelas terlihat berkembang;
- Asupan nutrisi yang disantap anak menjadi mulai berpengaruh;
- Hormon mulai bekerja, termasuk hormon seksualnya;
- Hawa nafsu ikut berkembang;
- Organ reproduksi mulai berfungsi dan berada dalam kondisi sebenarnya;
- Ada keinginan untuk memenuhi hawa nafsu.
Pada gambar di atas, tampak seorang anak yang saya tidak tahu namanya. Tampaknya, dia melihat sesuatu yang mengagetkannya. Kira-kira, dia melihat apa ya? Coba dong, tulis di kolom komentar.
Selain ada gambar anak tersebut, juga ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan oleh anak yang memasuki usia baligh. Adanya emosi dan hormon, memunculkan keadaan baru, yaitu: timbulnya rasa penasaran dan ingin mencicipi hal-hal baru. Jika tidak dikendalikan dengan baik. keinginan anak mulai dari mencari tahu, mencoba tahu, meniru, akhirnya mendorong nafsu. Yang namanya nafsu, selalu konotasinya negatif ya?
Contoh dari nafsu-nafsu yang negatif itu ada di bawah gambar ini!
Menurut kamu semua, kira-kira dari semua akibat itu, mana yang paling mengerikan? Silakan tulis di kolom komentar di bawah ya!
Generasi Strawberry
Pastinya kamu pernah tahu dan mungkin makan buah ranum merah yang satu ini ya? Kalau tidak sempat makan buahnya, mungkin kamu pernah mengonsumsinya dalam bentuk selai, minuman kemasan, atau yang lainnya. Buah strawberry memang tidak setiap tempat bisa dijumpai. Adanya di supermarket atau hipermarket, namun lagi-lagi tidak di semua tempat. Di atas gunung tidak ada supermarket lho!
Strawberry menurut KNF mengacu ke generasi sekarang. Menurutnya, generasi ini terlihat mulus di luar, tetapi ringkih di dalam. Hal-hal yang membuat generasi strawberry memang terlihat lemah di antaranya: mageran, rebahan, sandaran, minderan, ngeluhan dan baperan.
Kasus-kasus yang menimpa generasi strawberry ini contohnya sebagai berikut, sungguh mengerikan memang!
Pernah dengar ada kasus gadis yang menyayat diri? Kira-kira apa penyebabnya? Apakah semata-mata karena ingin bunuh diri? Biasanya sih kalau ada yang menyayat diri, dalam hal ini pengguna narkoba. Dia ingin menghisap darahnya sendiri yang dikeluarkan melalui jalur nadinya.
Saya pernah ikut pesantren kilat waktu SMA. Hanya selama dua hari, satu malam, kami ikut di sebuah desa yang saya lupa namanya, tentunya kamu juga tidak ingat bukan?
Oleh panitia, diputarkan sebuah film tentang penyalahgunaan narkoba. Dan, film tersebut diputar menjelang waktu berbuka puasa. Jadi, kami melihat tangan disilet-silet. Namun, rupanya, hal itu tidak terlalu menghalangi nafsu makan kami, terutama saya. Kalau lapar, ya, makan saja. Setelah makan, jadi terlupa deh video tersebut. Kasihan deh panitianya.
Nah, kembali pada gambar di atas, ada cewek yang nekat menyayat diri karena memang menganggap pacarnya sudah tidak lagi peduli. Dia tidak ditegur sang pacar. Sayatan itu dinamakan barcode, lalu difotokan dan dikirim ke si pacar. Akhirnya, si pacar pun balik lagi. Mungkin yang tadinya mau putus, jadi kembali bersama.
Mengerikan ya? Namun, tidak hanya berhenti atau berkutat seputar pacar-pacaran, tetapi juga dalam dunia pesantren. Kata KNF, ada santri perempuan yang menggores tangannya dengan jarum pentul sampai berdarah. Pembinanya bingung, lalu menghubungi orang tuanya. Jadi deh, orang tuanya datang. Padahal ‘kan dalam aturan pesantren, orang tua diberikan batasan untuk mengunjungi anaknya. Ada yang mencoba? Jangan ya!
Aqil Baligh
Masih pemaparan dari KNF. Kali ini membahas tentang aqil. Dari bentuk katanya, terlihat memang ada kaitannya dengan akal ya? Kalau baligh itu lebih ke arah perkembangan usia dan tubuh anak, tetapi kalau aqil hubungannya dengan pola pemikiran.
Contoh pada masa aqil baligh, anak bercerita bahwa temannya pacaran. Kita sebagai orang tua jangan langsung menghukumi atau menyalahkan si anak, “Itu tidak boleh!”, “Itu terlarang!”, “Itu haram!”
Ada beberapa fase yang perlu untuk dilewati seperti pada gambar berikut:
Misalnya, jawaban yang bisa disampaikan orang tua adalah, “Kenapa ya temanmu itu pacaran?”
Pertanyaan tersebut untuk menggali latar belakang teman si anak yang pacaran tersebut. Gali latar belakangnya terlebih dahulu. Selanjutnya, bagaimana dan di mana kejadiannya? Kok bisa seperti itu?
Anak akan mengungkapkan sebab-sebabnya. Kita bisa mengungkapkan baik dan buruknya dari pacaran tersebut. Jika anak mulai mengerti, mungkin bisa disampaikan ke dia untuk menasihati temannya si pelaku pacaran. Sekaligus juga dengan kapan hal itu mau dilakukan?
Pemaparan Ayah Irwan Rinaldi
Dalam mendidik anak laki-laki maupun perempuan menjelang baligh, memang tidak mudah, apalagi aqilnya jangan sampai tertinggal juga. Tujuan pendidikan anak laki-laki dan perempuan itu berbeda. Untuk laki-laki diarahkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan perempuan diarahkan untuk benar-benar menjadi perempuan dewasa yang matang.
Ada beberapa penyebab anak menjadi baligh, tetapi aqilnya ketinggalan, di antaranya adalah:
Tips dari AIR atau Ayah Irwan Rinaldi, beliau mengutip dari Ibnul Qayyim rahimahullah, paradigma dalam pendidikan anak memang dimulai sejak sebelum menikah. Caranya pun harus sesuai syar’i. Pada tahap berikutnya, setelah menikah, harus selalu ada doa dan harapan agar anak laki-laki betul-betul menjadi laki-laki sejati atau ayah sejati nantinya dan anak perempuan menjadi perempuan sejati atau ibu sejati nantinya juga.
Itulah tadi rangkuman dari Webinar Premium dengan tema Mempersiapkan Anak Memasuki Usia Prabaligh. Silakan tunggu sesi webinar lainnya ya, semoga bisa dibuat juga resumenya!