Kaitannya dengan Perjuangan Palestina: Perumpamaan Seorang Perantau di Tanah Rantau

Kaitannya dengan Perjuangan Palestina: Perumpamaan Seorang Perantau di Tanah Rantau

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Sejak tahun 2010, saya sudah tinggal di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Alhamdulillah, punya pekerjaan yang mapan di sini. Punya keluarga kecil juga.

Sejak bayi sampai kuliah, saya masih tinggal dengan orang tua. Barulah sudah lulus kuliah dan sekarang tinggal di Bombana, saya hidup terpisah dengan kedua orang tua. Awalnya memang ngekost bersama teman-teman, waktu masih jomblo. Begitu menikah, sudah punya rumah sendiri yang cukup nyaman untuk ditempati.

Bombana adalah daerah kedua saya yang ditinggali setelah Jogja. Di daerah ini, banyak sekali orang Bugis, sementara saya asli orang Jawa. Otomatis pastilah berbeda bahasa, budaya, latar belakang, latar depan, latar samping. Walah, ini apa lho?!

Saya menjadi perantau di tanah rantau, kampungnya orang. Lalu, apa yang bisa membuat saya betah di sini? Selain suasana daerah yang aman dan nyaman, saya bertemu dengan orang-orang baru yang cukup ramah. Tapi, saya merasa lebih betah lagi ketika bertemu dengan sesama orang Jawa. Rasanya, yah, mirip waktu masih berada di Jogja. Ada beberapa orang di ibukota Bombana yang berbahasa Jawa. Alhamdulillah, bahasa asli dari ibu jadi tidak sepenuhnya hilang waktu berada di kampung orang.

Konteks Lebih Luas Lagi

Manusia itu memang berbeda dengan magnet. Kalau magnet, kutub yang sama akan tolak-menolak, sedangkan manusia yang punya kesamaan akan tarik-menarik. Orang yang cerewet, akan lebih tertarik kepada orang yang cerewet pula. Orang yang punya hobi bersepeda, juga akan mencari orang-orang dengan hobi yang sama, meskipun akhirnya jangan di tengah jalan juga ya! Nanti malah kena acungan jari “manis” dari pengendara sepeda motor, hadeh.

Baca Juga: Qalbu yang Sedang Kelabu

Lalu, apa konteks yang dimaksud ini? Seputar hal-hal yang sama antarmanusia. Nah, ini momen yang sangat pas, karena belum terlalu lama terjadi penyerangan zionis Israel terhadap Palestina. Dimulai dari kejadian malam-malam terakhir bulan Ramadhan, tentara Israel menyerang jamaah Masjid Al-Aqsa.

Kejadian tersebut meluas hingga pertempuran lagi yang tidak seimbang antara Hamas dengan Israel.

Saat ada peristiwa penyerangan Israel yang membabi buta, bahkan membabi tuli juga, korban yang jatuh di pihak Palestina sangatlah banyak. Kamu bisa mengecek langsung di situs-situs berita, bahwa yang jatuh korban itu tidak semuanya orang dewasa. Justru sepertinya yang lebih banyak adalah perempuan dan anak-anak.

Itu ‘kan tidak sesuai dengan hukum internasional kaitannya dengan perang atau pertempuran. Apa salahnya perempuan dan anak-anak coba? Mereka ‘kan tidak bisa mengangkat senjata!

Dan, Israel sudah sangat sering seperti itu. Dengan memakai pesawat-pesawat tempur yang canggih, menembakkan rudal ke berbagai bangunan. Bahkan, bangunan milik jurnalis asing juga diruntuhkan. Ini benar-benar serangan yang sangat mengerikan sekaligus sadis dari zionis Israel.

Muncul Kepedulian

“Tidak perlu menjadi seorang muslim untuk merasakan derita rakyat Palestina, tetapi cukup jadi manusia.”

Itulah yang menjadi keprihatinan berbagai kelompok manusia di seluruh dunia. Mereka melontarkan aksi protes terhadap kekejaman Israel dalam menyerang Palestina. Berbagai aksi unjuk rasa bisa dilihat di bawah ini:

palestina-1

palestina-2

palestina-3

palestina-4

palestina-5

palestina-6

palestina-7

palestina-8

Namun, pertolongan dan bantuan yang sebenarnya lebih dibutuhkan oleh rakyat Palestina adalah berupa kebutuhan hidup. Bantuan berupa makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Oleh karena itu, bantuan memang sangat pantas untuk kita keluarkan dengan alasan kesamaan antara Indonesia dengan Palestina:

Pernah Terjajah

perjuangan-palestina

Menurut sejarah dalam sekolah-sekolah, Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun dan oleh Jepang selama 3,5 tahun. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Itu menjadi bukti bahwa Indonesia bukan lagi dijajah oleh negara lain. Sudah menjadi bangsa yang berdaulat. Negara yang berwibawa.

Setelah menjadi negara yang merdeka, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengesahkan UUD 1945 dengan pembukaan yang berisi penentangan terhadap penjajahan. Dilihat dari alinea pertama: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Tidak cuma itu, di alinea keempat tercantum pula: “…. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial..”

Baca Juga: Cerita Sederhana Tentang Tukang Parkir Mobil

Dari dua alinea tersebut, terlihat bahwa Indonesia dan Palestina memang sama-sama terjajah. Bedanya, Indonesia sudah merdeka, sementara Palestina masih belum sampai sekarang. Dari situ, maka kita sebagai bangsa Indonesia patut ikut memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari penjajahan zionis Israel.

Agama Islam

 

Negara kita sebagian besar muslim, begitu pula Palestina. Atas kesamaan agama Islam, maka Palestina perlu ditolong, perlu dibantu. Sebab, antarumat Islam adalah bersaudara. Jadi, meskipun kita tidak berkeluarga secara langsung dengan orang Palestina, tidak ada hubungan pernikahan maupun darah, tetapi tetap bersaudara. Apalagi kalau bukan dipersaudarakan dalam Islam? Ya ‘kan?

Menghargai Sejarah

Mufti Agung Palestina telah mengucapkan selamat atau mengakui kedaulatan Indonesia pada bulan September 1944 di radio Berlin selama dua hari berturut-turut.

Itu menjadi bukti bahwa ada pengakuan dari negara lain terhadap Republik Indonesia. Waktu itu, pengakuan dari Palestina menjadi hal yang sangat diharapkan. Makanya sekarang, dukungan dari kita juga diperlukan bagi perjuangan Palestina di sana. Sama-sama saling mendukung.

Rasa Kemanusiaan

perjuangan-palestina-2

Antara rakyat Indonesia dengan rakyat Palestina adalah sesama manusia, sesama hamba ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Coba kita buat analogi, ketika ada tetangga meninggal, “Mas, tetangga kita, Pak Abdi meninggal dunia!”

Lalu, apakah kita jawab, “Ah, bukan urusan saya kok! Saya saja sudah susah makan begini?!”

Nah, itu jelas bukan wujud manusia yang sejati. Rasa kemanusiaan yang sama, maka kita perlu berempati. Seandainya ada kata yang lebih dari empati, maka kita akan pilih limati, enamti, sampai berapapun, sebagai wujud kepedulian kita yang besar kepada sesama manusia.

Rakyat Palestina menderita terkena serangan bertubi-tubi Israel, tidak bisa kita cuek. Apalagi jika mengatakan bahwa Palestina terlalu jauh untuk kita urus, di sini saja sudah banyak masalah. Eits, jika sampai terjadi bencana alam di daerah kita, berarti bantuan hanya berasal dari daerah kita. Betapa menderitanya kita kalau begitu.

Serasa Ditemani, Serasa Dibersamai

Sesama perantau di kampung orang, menemukan sesama suku, batin akan terasa sangat senang. Bahasa daerah yang tidak sempat digunakan karena memakai bahasa Indonesia, menjadi lancar kembali, menjadi fasih lagi. Terlebih jika ada cerita-cerita menarik dari kampung. Ah, rasa rindu untuk mudik menjadi bisa tertunda sedikit, karena terasa suasana di kampung meskipun kita hanya bicara dengan beberapa gelintir orang.

Perjuangan Palestina yang mendapat dukungan serta donasi dari rakyat Indonesia karena berbagai kesamaan yang ada, menjadikan rakyat Palestina lebih kuat secara batin juga. Mereka sudah kehilangan nyawa, keluarga, harta benda, pekerjaan, pendidikan, akses kesehatan, dan lain sebagainya.

Banyak kenikmatan dunia yang kita rasakan, hilang dalam kehidupan mereka. Lalu, dengan kondisi seperti itu, apakah perlu juga kehilangan rasa empati dan cinta kita? Rasa persaudaraan antara sesama muslim, dan lebih luas, antara sesama manusia juga mesti terhapus? Jika demikian halnya, maka kita bukanlah perantau yang baik. Maksudnya, untuk menuju kampung sebenarnya, kampung akhirat, hingga ke surga, justru mulai dirusak dari sekarang.

Baca Juga: Ukhti atau Ustadzah?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

22 Comments

  1. Saya masih gak habis pikir dengan orang-orang yang merasa gak terketuk hatinya melihat penderitaan Palestina. Bahkan ada yang senang dengan kesedihan mereka. Lalu kita sebut apa mereka? Manusia tanpa nurani?

    1. Nurani sih sudah hilang, diganti dengan nurmoney, mungkin mereka mencela orang-orang yang berdonasi untuk Palestina, demi dibayar juga.

  2. Konflik Palestina Israel kembali terjadi lagi, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebagai sesama manusia kita memang harus punya empati untuk menolong. Masalahnya, percuma kalau yang menjadi akar permasalahan ndak bisa di selesaikan. Nah, itu yang bikin puyeng.

    1. Masalah Palestina ini akan terus ada sampai hari kiamat sepertinya. Soalnya yang dihadapi juga bangsa Israel yang terkenal keras kepala dan suka melanggara kesepakatannya sendiri.

  3. Terima kasih kak Rizky atas edukasinya. Yups, setuju bahwa membela Palestina merupakan cara kita menghormati dan menghargai agama islam kebanggan kita. Juga kita semakin lebih peka dengan sikap/rasa kemanusiaan kita terhadap sesama manusia.

    Saya juga beberapa waktu lalu melihat banyak teman2 saya yang melakukan aksi solidaritas Palestina di bundaran Tugu kota Bandarlampung. Ini bentuk kepedulian kita juga kan ya?

    Terakhir saya berdoa semoga bangsa Palestina tetap sabar menjalani ujian ini, semoga Allah Ridho dan menempatkan para syuhada agar masuk ke surgamu ya Rabb..aamiin.

  4. Aku berharap penderitaan palestina segera hilang, segeralah merdeka. Ingatku palestina diseraaang terus oleh isarel sejak aku kecil tapi kok gak selesai2 ya. Hmmm kalau tentang palestina kadang aku bayangin aku senditi jika aku sbg warga palestina tentunya aku jg butuh dukungan untuk kebutuhan hidup, dukungan pula untuk memberhentikan israel menyerang palestina, dukungan senjata, dukungan doa, dan dukungan lain2nya..m

    1. Palestina memang tidak bisa berjuang sendiri, perlu dukungan dari negara lain, yang paling diharapkan justru Indonesia. Kenapa bukan negara-negara Arab ya?

  5. Asli Jawa Mas Rizky? Saya kira anak Sultra. Hahaha. Tapi mengingat sejak kecil sudah hidup di sana, pastilah budaya di sana lebih kental dibanding budaya asli sendiri ya.

    Konsep yang mengumpakan Palestina dengan seorang perantau di tanah rantau ini pas banget mas. Toh yang melakukannya sekarang ini bukan cuma saudara seiman, tapi yang tidak seiman pun ikut turun ke jalan. Memang Palestina sudah menjadi masalah kemanusiaan, bukan lagi agama. Gak perlu alergi atau sensi menunjukkan dukungan.

    1. Ya, dong, tetap Jawanya masih ada. Dan, itu menjadi ciri khas di sini yang tidak bisa hilang, yaitu: suara medok. Orang Sulawesi kan tidak medok, jadi gaya bicara Jawa jadi sangat khas di sini, hehe..

  6. permasalahan Palestina dan Israel adalah pekerjaan rumah kita bersama, memang tidak akan mudah karena ada berbagai macam kepentingan di sana.. namun atas nama perdamaian dunia, semua upaya berapapun harganya harus tetap dilakukan…

  7. sepakat, tak harus manjdi muslim untuk merasakan dan bersimpati terhadap rakyat palestina. Gunakan saja jiwa kemanusiaanya. Sayangnya masih banyak juga yang nyinyir saat ada tokoh yang melakukan penggalangan dana untuk palestina.

    1. Nah, itu dia, yang nyinyir itu bikin jengkel. Sudah nggak berdonasi, mulutnya gak bisa dijaga lagi. Hadeh…

  8. Sudah banyak bangsa yang peduli dengan Palestina, bahkan di negara Amerika juga. Tapi entahlah , dunia masih diam saja. Negara-negara belum memberikan sanksi kepada Israel. PBB masih diam tak berkutik. Tapi tetap berharap agar semua tersadar dan membantu Palestina. aamiin

  9. rasanya sedih karena belum maksimal membantu saudara2 kita di sana. ya Allah mudahkan mereka dan persatukanlah kami sebagai umat muslim

  10. perjuangan demi perjuangan yang dilalui oleh masyarakat palestina semakin hari saya merasa kasian bahkan berdoa terus agar bebas dari penjajan oleh bangsa Israel. saya yakin bangsa palestina terbebas dari penjajahan suatu saat nanti

  11. Harapan saya pribadi mengenai kemelut yg terus terjadi di Palestina segera selesai. Dan Palestina memperoleh kemerdekaan. Semoga saja dukungan dari negara lain untuk kemerdekaan Palestina semakin besar

  12. Saya berharap semoga sih negara yang mendanai Israel berhenti secepatnya. Dan semoga perang tersebut akan segera berakhir.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.