Ucapan Selamat Hari Natal dan yang Lebih Luas daripada Itu

Ucapan Selamat Hari Natal dan yang Lebih Luas daripada Itu

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pada hari ini, Ahad (25/12/2022), kaum Nasrani merayakan Natal. Berbagai ucapan, utamanya Selamat Hari Natal mengalir kepada mereka, baik dari sesama Nasrani maupun dari muslim juga. Lho?

Perdebatan mengenai bolehnya mengucapkan Selamat Hari Natal ini terus muncul menjelang tanggal 25 Desember maupun pas tanggal tersebut. Ya, jelaslah, momen Natal ‘kan tanggal ini. Tidak mungkin berdebat tentang ucapan Natal tanggal 31 Februari bukan?

Toleransi Kebablasan

Bagi yang tidak mau mengucapkan Selamat Hari Natal, termasuk saya, memang menganggap bahwa ucapan tersebut tidak sekadar ucapan. Arti dari mengucapkan Selamat Hari Natal adalah pengakuan terhadap agama Nasrani itu sendiri.

Dalam Islam, konsep ketuhanan dan persepsi terhadap Nabi Isa alaihissalam memang berbeda dengan Nasrani. Bagi kaum Nasrani, Nabi Isa alaihissalam atau mereka sebut dengan Yesus itu adalah Tuhan. Pernah ada sebuah debat, Nabi Isa dianggap Tuhan karena lahir tanpa ayah.

Kalau begitu persepsi atau alasannya, Nabi Adam alahissalam lebih hebat dong, karena lahir tanpa ayah dan ibu. Namun, mengapa beliau tidak dijadikan Tuhan juga? Dan, seorang pendebat muslim di acara tersebut mengatakan bahwa sekarang pun banyak kok bayi yang lahir tanpa ayah. Artinya, ayahnya ada, tetapi entah ke mana dan di mana?

Jika seorang muslim benar memahami agamanya sendiri, Nabi Isa alahissalam adalah seorang nabi, rasul, dan memang utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Beliau bukan Tuhan, anak Tuhan, melainkan hanyalah utusan Tuhan. Jadi, bukan karena lahir tanpa ayah lalu disebut sebagai anak Allah. Kan Allah sendiri sudah membantah bahwa beliau bukanlah anak-Nya dalam Al-Qur’an? Masa sih Allah diserupakan dengan manusia yang beranak?

Dalilnya ada di dalam Surah Al-Ikhlas, surah favorit bagi sebagian besar kaum muslimin karena cepat dan hafalnya memang itu.

Allah Ta’ala berfirman,

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4

Artinya:

Allah tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 3-4)

Surah ini memang istimewa. Selain karena biasa dibaca dalam sholat, dari namanya Surah Al-Ikhlas, tetapi tidak ada kata “ikhlas” di dalamnya. Yang ada adalah kata “Ahad”. Selain menjadi nama hari dalam Islam, juga simbol bahwa kaum muslimin menyatakan diri bahwa Tuhan itu satu, Allah itu satu. Tidak ada Tuhan lain yang berhak disembah selain Allah.

Dalil yang lain tentang bantahan Allah punya anak, ada di dalam Surah Maryam. Dari namanya Maryam dan menjadi Bunda Maria di kalangan Nasrani, terdapat keterangan yang sangat keras tentang Allah memang tidak punya anak.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا , لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا , تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا, أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا, وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

Dan mereka berkata: “Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh karena mereka menyatakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)

Efek perkataan Allah punya anak atau mengambil anak ternyata memang sangat besar. Disebutkan hampir langit pecah dan gunung-gunung runtuh. Sekarang saja, ada gempa kecil, orang sudah sangat panik. Mereka keluar rumah, keluar gedung, keluar bangunan, dengan muka cemas. Takut mati di dalamnya, takut tertimpa di dalamnya.

Padahal itu kekuatan gempanya tidak sebesar kalau gunung runtuh, ditambah bumi terbelah. Jika bumi sampai terbelah, maka manusia bisa masuk ke dalam liang bumi, jatuh dalam sekali dan terkubur di dalamnya langsung seperti dalam adegan film itu.

Begitulah konsekuensi dari sebuah ucapan. Keadaan langit hampir pecah, bumi terbelah, dan gunung runtuh, menandakan bahwa pengakuan Allah punya anak memang mendatangkan dosa yang sangat besar.

Allah yang menjadi Tuhan sama sekali tidak bisa disamakan dengan manusia yang punya anak dong. Bahkan, banyak pula manusia yang tidak punya anak. Seperti beberapa teman saya, mereka terus menantikan anak sampai sekarang, sementara yang pacaran, tanpa ikatan pernikahan, malah dapat anak, walah…

Seharusnya, umat muslim sakit hati dong, karena nabinya yang mulia dipertuhankan oleh kaum Nasrani. Namun, kaum muslimin tetap menjaga toleransi dan hubungan baik dengan saudaranya kaum Nasrani. Saudara di sini memang bukan dalam satu aqidah, melainkan saudara yang memang sesama manusia yang hidup di muka bumi. Harus saling membantu selama tidak saling merusak agama masing-masing.

Kata Cak Nun

Salah seorang penulis favorit saya yang memang beliau sangat produktif dalam membuat buku, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, pernah mengatakan bahwa jika kita setuju dengan agama lain, maka tiap hari kita bisa berpindah agama. Mungkin hari ini kita Islam, besoknya Kristen, lusa Katholik, besoknya lagi Hindu, besoknya lagi Budha. Ya ‘kan?

Bila kita setuju dengan agama lain, berarti anggapan kita bahwa semua agama itu benar. Lah, kalau semua agama benar, kenapa tidak dipeluk semuanya? Bandingkan misalnya memeluk istri. Cuma satu akan terasa nikmat, tetapi jika langsung empat langsung, akan terasa sesak dan susah. Ini bagi yang berani berpoligami lho. Saya yakin kamu tidak berani, begitu pula saya, hehe…

Mengapa saya dan kamu memeluk Islam? Karena kita yakin bahwa Islam adalah agama yang paling benar di muka bumi. Pemeluk agama lain boleh dan silakan saja menganggap agama mereka paling benar dan memang begitu seharusnya. Jika mereka sudah meyakini agamanya paling benar, maka silakan beribadah sesuai cara mereka. Fokus saja ke agama mereka dan mencari ketenangan di dalamnya.

Namun, jika kita sendiri tidak yakin dengan agama Islam, maka dari sikap dan pernyataan, cenderung akan menjelek-jelekkan agama sendiri. Mulai ngelantur membela agama lain. Contohnya: Abu Janda, Ade Armando, Deny Siregar, mereka ini malah mengkritik agama sendiri. Mencela Islam dan diumumkan pula melalui media. Akhirnya menjadi viral dan disantap oleh ribuan atau mungkin jutaan orang.

Jika mereka bertiga terus berbuat begitu, kenapa tidak keluar dari Islam saja? Buat apa juga mengaku pemeluk agama Islam, tetapi terus mencela agama sendiri? Keluar saja dari Islam dan pilih agama yang mereka suka. Jangan jadi orang munafik dong, terlihat muslim, terlihat memeluk agama Islam, tetapi dalam hatinya benci dengan Islam.

Saya teringat dengan Abdullah bin Saba. Dia adalah orang munafik di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Berpura-pura masuk Islam, tetapi menggerogoti dari dalam. Orang munafik itu, menurut yang saya tahu, akan masuk di keraknya neraka Jahannam. Artinya neraka yang paling bawah. Orang kafir masih di atasnya, masih mendingan, lah.

Kenapa orang munafik di tingkatan neraka paling bawah? Sebab mereka melakukan penipuan yang sangat besar. Menipu Allah dan menipu manusia. Terlihat Islam, ikut sholat berjamaah, ikut puasa, tetapi dalam hatinya kafir, membenci Islam, tidak suka melihat ajaran Islam terus berkembang dan makin disukai manusia.

Makanya, mengerikan juga jika tiga orang pentolan pembenci Islam yang saya sebutkan di atas memasuki neraka yang paling bawah. Kasihan kepada mereka, manusia mana sih yang sanggup masuk neraka? Lha wong siksaan paling ringan saja diberikan batu di kakinya, terus kepalanya mendidih kok. Kita kena air mendidih sudah sangat tersiksa kepanasan, apalagi jika otak kita yang mendidih. Naudzubillah min dzalik.

Mirip Mengucapkan Selamat Hari Natal

Ucapan Selamat Hari Natal hanya di tanggal ini, tetapi yang mirip dengan itu adalah ucapan ketika memberikan sambutan. Saya berkali-kali mendengar ada pejabat yang mengucapkan, “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”, lanjut dengan, “Salam sejahtera untuk kita semua, om swasiastu, namo budaya, salam kebajikan.”

Salam yang lengkap hingga menjangkau pemeluk agama lain itu sebenarnya untuk apa ya? Mungkin jika si pejabat mau mencalonkan diri untuk Pemilu maupun Pilkada, akan lebih cocok karena dia ingin menarik hati pemeluk agama lain di luar Islam. Namun, jika pejabat tersebut tidak mau ikut Pemilu maupun pemilihan lainnya, dan memang pejabat di instansi tersebut, buat apa juga sih salam panjang tersebut?

Itu ‘kan jelas lebih mengakui agama lain, termasuk ajaran ibadah mereka. Salam itu bukan hanya sekadar ucapan lho, melainkan ada nilai ibadah di dalamnya. Dalam Islam, mengucapkan salam adalah sunnah, sementara menjawabnya adalah wajib. Hukum wajib, jika dikerjakan dapat pahala, tidak dikerjakan itu berdosa. Berarti ‘kan mirip dengan ibadah sholat, ya ‘kan?

Atau si pejabat tersebut kurang yakin dengan agama Islam yang dipeluknya, sampai harus melipir ke salam agama lain? Entahlah, yang jelas, saya tidak pernah begitu ketika diminta tampil di depan umum. Dan, semoga tidak akan pernah begitu seumur hidup saya. Cukuplah saya mengucapkan “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”, dilanjutkan dengan syahadat dan sholawat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Itu sudah sangat cukup dan lebih menenteramkan jiwa.

Sebenarnya Ini Lho!

Ucapan Selamat Hari Natal sebetulnya lebih luas diterjemahkan pada kata “selamat” itu sendiri. Artinya apa? Artinya adalah kita sebagai muslim membiarkan kaum Nasrani menjalankan Natal mereka. Tentu saja, Natal itu sendiri adalah ibadah. Dan, keyakinan mereka juga akan mendapatkan pahala.

Kita tidak mengganggu, tetap menjalani hari-hari kita seperti biasa, maka itu sudah suatu selamat bagi kaum Nasrani. Hari libur Natal ini, kok pas tanggal merah hari Ahad ya? Tidak sampai pula menyerang gereja, apalagi melemparkan bom, waduh jangan deh ya, itu juga lebih dari selamat. Silakan kaum Nasrani merayakan Natal dengan ritual-ritual tertentu, itulah simbol keselamatan bagi mereka.

Aparat keamanan juga menjalankan tugasnya dengan baik, menjaga kondisivitas lingkungan, maka itu juga suatu tanda keselamatan. Jadi, tidak hanya sekadar ucapan, bahkan lebih dari ucapan sekalipun.

Tentu saja, perdebatan seputar bolehnya mengucapkan Selamat Hari Natal atau tidak, maka umat Islam yang paham dengan agamanya sendiri, paham dalil-dalilnya, paham pendapat ulama yang benar, tidak akan mengucapkan yang seperti itu. Sebab, ucapan yang terbaik pada hari raya, cuma ada dua, yaitu: di Idul Fitri dan Idul Adha. Sudah dua hari raya itu diberikan Allah, tidak perlu melipir ke hari raya lainnya. Oke?

Sumber https://rumaysho.com/25109-allah-tidak-punya-anak-kandungan-dari-surat-al-ikhlas.html

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.