Menurut orang-orang yang sudah sukses, pekerjaan paling menyenangkan di dunia ini adalah hobi yang dibayar. Salah satu hobi yang banyak dilakukan orang adalah olahraga. Orang yang dibayar dari sini biasanya adalah atlet. Namun, ternyata, atlet bisa terpapar Covid-19 alias Corona. Kenapa begitu?
Sebelum membahas tentang atlet, saya juga punya hobi baru sekarang. Olahraga naik sepeda. Yah, saya memang punya sepeda yang saya beli dari ipar, tepatnya kakak istri. Dulu dia beli sepeda dengan merek Wim Cycle itu untuk menurunkan berat badan. Ini maksudnya bukan berat badannya turun dari perut ke kaki.
Nyatanya, dengan sepeda yang lumayan bagus itu, dia merasa bosan. Sampai akhirnya, sepeda itu kasihan, cuma teronggok begitu saja di rumah. Waduh, jangan-jangan sepeda itu sedih karena merasa tidak dipedulikan lagi! Apalagi aku tahu, sepeda itu memang masih jomblo. Halah..
Baca Juga: Sepeda Cinta
Alhamdulillah, saya memiliki rezeki berlebih. Saya pun beli sepeda dengan warna merah itu. Beberapa aksesoris juga saya beli. Misalnya, tempat minum, rantai pengaman dan pelapis sadel agar lebih empuk di pantat. Untuk yang terakhir ini saya tidak lagi pakai karena mleyot-mleyot alias goyang-goyang ketika saya duduk di sadelnya. Merepotkan.
Sampai sekarang, Alhamdulillah, sepeda tersebut masih ada. Tadinya saya taruh di ruang tamu, sekarang di garasi saja. Bahkan, juga saya pakai beberapa kali ke kantor. Yah, sekadar untuk menunjukkan bahwa kita bisa juga berolahraga sambil bekerja. Apalagi pekerjaan saya memang lebih banyak duduknya dan kurang berbaringnya di kantor.
Video Balapan Sepeda
Jadi, karena saya lumayan menggemari olahraga bersepeda, sempat saya tertarik juga untuk gabung klub sepeda. Namun, itu dulu, lah. Jangan sampai nanti malah menyita waktu saya! Apalagi saya masih punya hobi yang lain, yaitu: menulis. Oh, ya, hobi kamu apa sih? Boleh komen dong di bawah ini! Hehe…
Untuk lebih menyemangati saya dalam olahraga bersepeda, saya beberapa kali memutar video di Youtube. Maksudnya, di sini bukan hapenya yang diputar-putar lho, tetapi videonya. Jadi, videonya ditayangkan, begitu lah! Ditayangkan juga bukan berarti di bioskop atau layar tancap ya! Waduh, bagaimana ya bahasa yang benar?
Video yang saya tonton tersebut adalah balap sepeda. Ada yang indoor, ada pula yang outdoor, tetapi tidak ada yang main tembak-tembakan, dor-dor. Video yang masih saya ingat adalah balapan di luar negeri sana. Saya lupa tempatnya di mana, yang jelas masih di bumi ini, lah!
Start balapan sudah lumayan berat. Sebab, para atlet menempuh medan pegunungan atau perbukitan. Ya, tahu sendiri, lah, bagaimana sih jalan gunung atau bukit itu!
Namun, dasar atlet, untuk jalan mendaki saja, mereka menempuh dalam kecepatan yang lumayan. Padahal, berat lho! Kalau jalan lurus bin mulus saja ngebut itu wajar banget, tetapi kalau jalan mendaki, menanjak? Wah, luar biasa memang mereka itu!
Apalagi tentu saja juga didukung dengan sepeda yang tidak kalah luar biasa. Entah, apa mereknya, yang jelas, harganya bisa ratusan juta, lebih mahal daripada mobilmu di rumah. Itupun kalau kamu punya mobil lho! Hehe…
Baca Juga: 5 Tips Agar Tetap Sehat dan Segar, Meskipun Sering Kerja Malam
Sepeda yang mahal, tentu kualitasnya tidak sembarangan. Mungkin ketika dipakai, ibarat peribahasa, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Namun, masih kaitannya dengan sepeda, jangan langsung dipakai sepedanya untuk jalan di air ya! Bisa kelelep kamu lho! Apalagi yang berbahaya adalah tenggelam di lautan cinta tak bertepi. Hadeh, kapan halalnya nih?
Wajar dong, jika bisa ngebut, karena sepedanya bagus, yang mendayung pedalnya juga terlatih. Para atlet saya yakin mereka berlatih keras setiap hari. Oleh karena itu, medan seberat apapun bisa dilewati dan dijalani dengan biasa-biasa saja. Sementara saya sendiri, untuk jalan menanjak sedikit saja saat pulang ke rumah, sudah lumayan ngos-ngosan.
Selain latihan keras setiap hari, para atlet juga sudah menjalani olahraga sejak kecil atau sejak dini. Bahkan, biasanya dari orang tua diturunkan ke anaknya. Ketika kita sedang asyik main, keluyuran ke sana ke mari, mereka sudah mulai berlatih, meskipun belum langsung skala besar.
Ternyata Bisa Juga!
Pagi ini, saya kaget juga ternyata atlet bisa juga terkena virus Covid-19 atau Corona itu. Padahal, secara logika, mereka kan terbiasa hidup sehat, makanannya terjamin, sering dikontrol dokter khusus, pokoknya penyakit apapun seperti susah masuk, lah. Rupanya, bisa terpapar juga.
Atlet bisa terpapar Covid-19 memang sudah ada contohnya. Daniele Rugani, Paulo Dybala, Callum Hudson Odoi, hingga Patrick Cutrone. Wah, saya sendiri tidak begitu kenal mereka dan tentu mereka pun tidak kenal dengan saya! Untuk lengkapnya, boleh cek langsung di berita ini.
Menurut kamu sendiri, atlet itu berolahraga demi tujuan apa sih? Ini ada jawaban menarik dari seorang praktisi kesehatan olahraga bernama dr Michael Triangto SpKO. Menurut dr. Michael, bahwa olahraga itu ada tiga tujuannya. Pertama agar sehat, berikutnya untuk prestasi dan ketiga atau terakhir adalah untuk rekreasi. Atlet cuma mengejar yang kedua itu, sebagian besar menurut saya. Sumbernya dari sini.
Ketika ada atlet bisa terkena Corona, maka bisa dipastikan bahwa mereka sedang dalam kondisi yang lemah atau tidak seperti biasanya. Hem, seperti yang sudah saya sebutkan tadi bahwa mereka dituntut untuk selalu berprestasi. Mungkin juga terus dimarahi pelatihnya, managernya atau siapapun yang berkecimpung dalam bisnis olahraga. Kalau tidak berprestasi, maka mungkin akan dipecat, potong gaji atau sanksi lainnya.
Tertekan? Oh, jelang dos, eh, jelas dong! Bisa jadi ditambah pula dengan masalah keluarga misalnya. Bukankah banyak atlet luar negeri yang punya pacar? Dan, kita tahu, bagaimana gaya pacaran di sana, ‘kan? Hem, jangankan di sana, di sini pun bisa mirip atau malah lebih parah ya? Naudzubillah min dzalik.
Dalam kondisi fisik dan jiwa yang tidak stabil, atlet bisa terpapar Covid-19. Intinya, bukan dalam kondisi fisik saja, tetapi juga di dalam badannya itu sendiri. Bahkan, jiwa itu adalah penyusun fisik. Bagaimana mungkin para atlet akan berlatih dengan baik, jika kondisi jiwanya sedang tidak fit?
Bisa jadi, pelatih yang ada tidak terlalu memperhatikan itu. Pokoknya, latihan, latihan, latihan! Pertandingan sudah dekat. Jangan sampai kalah lagi kayak kemarin! Mungkin begitulah kalimat penekanannya. Entahlah, karena saya sendiri bukan juga seorang pelatih.
Kesimpulan
Mau atlet, mau bukan, siapapun bisa terkena. Oleh karena itu, kita berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar tidak terpapar penyakit yang masih belum ada vaksinnya ini.
Terus, masih mau olahraga? Oh, ya, dong, olahraga tetap memegang peranan yang penting. Meski kita tidak masuk di tujuan olahraga kedua, yaitu: prestasi, tetapi kita bisa dapat sehat dan rekreasinya.
Ada juga sih tujuan olahraga yang lain, yaitu: untuk mempercepat detak jantung secara tidak normal. Lho, apa maksudnya ini?
Itu lho ada cerita fiksi, ketika ada orang suka olahraga lari, tetapi waktunya dini hari, beberapa jam sebelum Subuh. Begitu ditanya, olahraga apa itu jam pagi buta? Rupanya dia adu lari dengan petugas keamanan dan warga masyarakat. Oalah, ternyata maling toh?!
Kalau itu sih, badannya sehat, tetapi jiwanya yang sakit. Haha…