Review Buku Maukah Jadi Orang Tua Bahagia?

Review Buku Maukah Jadi Orang Tua Bahagia?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Biasanya, saya kalau berbelanja buku itu lewat marketplace. Pertama beli lewat Bukalapak. Pernah juga di Tokopedia kalau tidak salah, dan tentu saja Shopee.

Namun, saya rasa baru kali ini beli dari Instagram. Awalnya, saya menyaksikan iklannya yang berseliweran di pajangan story. Eh, kok cukup tertarik ya? Saya coba pesan melalui link yang ada dan mengarahnya ke WA. Saya makin tertarik hingga berniat untuk membeli dengan sistem COD. Keterangan bukunya ada di bawah ini:

  • Judul buku: Maukah Jadi Orang Tua Bahagia?
  • Penulis: dr. Aisah Dahlan, CHt., CM.NLP
  • Penerbit: Pustaka Elmadina
  • Cetakan: 3 (Agustus 2022)
  • Isi: 203 halaman

Saat Datang Bukunya

Namanya sistem COD, harus siap-siap di tempat menerima buku itu plus membayarnya ke kurir. Sempat ada kekhawatiran karena waktu itu saya sedang berada di Kendari. Ada suatu urusan dinas. Jangan-jangan barangnya datang pas saya tidak di tempat lagi. Alhamdulillah, kondisinya memang begitu, tetapi barang tetap bisa saya terima dengan baik.

orang-tua-bahagia-1

Bukunya memang eksklusif dengan boks kardus. Dapat pula bonus buku doa untuk anak. Wah, meskipun untuk anak, tetapi saya sendiri merasa belum banyak doa yang dihafal! Oh, mungkin maksudnya saya ini ‘kan juga anak dari orang tua saya.

orang-tua-bahagia-2

orang-tua-bahagia-3

Saat membuka halaman pertama, saya melihat ada halaman persembahan. Wah, jadi teringat skripsi pakai halaman persembahan! Selain itu ada pula tulisan “kenang-kenangan dari”. Oleh karena saya membeli dengan uang sendiri, maka di situ saya tulis nama saya dan di atasnya nama anak-anak saya.

orang-tua-bahagia-4

Oke, sekarang kita coba ulik bukunya secara lengkap. Ada apa saja di dalamnya? Tentunya ada tulisan dan kertas dong! Iya ‘kan?

Berbagai Sudut Pandang Tentang Anak

Penulis buku ini, dr. Aisah Dahlan, CHt., CM.NLP memang sudah lama dikenal sebagai seorang praktisi parenting. Saya suka dengan video-videonya dalam membawakan materi tentang ilmu keluarga tersebut. Gaya bicaranya lucu, santai, enak dinikmati, tetapi tetap dengan pesan-pesan yang mendalam kepada setiap orang tua. Ilmu-ilmu yang diberikan mungkin tidak banyak diketahui oleh para orang tua, maka buku ini cocok sebagai penambah wawasan tentang dunia mendidik anak yang sangat luas itu.

Ada 34 bab dalam buku ini. Dimulai dari Anakmu, Amanahmu, Berkahmu di halaman 12. Bab berikutnya adalah Otak Manusia, Emosi Anak dan Emosi Orang Dewasa, dan diakhiri dengan Mengatasi Anak yang Terkena Pornografi dan Narkoba. Dari sekian banyak bab itu, kita sebagai pembaca boleh kok memulai dari bab berapapun. Bisa dari belakang, tengah, atau depan seperti biasa. Kalau saya memang harus dari depan. Sebab, kalau dari belakang, nanti tersodok. Lho, opo toh iki?

orang-tua-bahagia-5

Melihat bab 1 ini saja, saya langsung tertampar. Betapa tidak, penulis mencantumkan dalil dari Al-Qur’an, Surah At-Tahrim ayat 6. Allah menyuruh kita untuk memelihara diri dan keluarga dari api neraka. Itu tanggung jawabnya siapa? Tentu saja yang paling utama adalah pemimpin keluarga. Siapa lagi jika bukan para ayah?

Dalil itu sebagai motivasi sekaligus niat yang mulia agar memang jangan sampai ada di antara kita dan keluarga yang tercemplung ke dalam api neraka. Seharusnya sih bisa reuni lagi nanti di surga. Bisakah itu? Insya Allah semoga saja bisa dong. Aamiin.

Buku ini juga sedikit menabrak aturan baku dalam berbahasa Indonesia. Memakai format tulisan di HP. Biasanya, kalau dalam satu paragraf itu teorinya ada tiga sampai empat kalimat. Begitu bukan? Masih ingat nggak kamu di sekolah dulu? Jangan sampai kamu membolos dengan menyamar sebagai kepala sekolah?

Saya menemukan kalimat dalam satu paragraf adalah satu kalimat juga. Banyak yang seperti itu di buku ini. Jadi, kesannya dibaca lebih ringkas dan sederhana, begitu. Tidak terkesan capek. Semakin mengasyikkan deh membaca buku ini.

Pada halaman 25, ada pesan yang kiranya menjadi pengingat bagi semua orang tua. Suami istri jika ada hal penting yang ingin dibicarakan agak serius dan bisa mendatangkan perdebatan, lebih baik dibicarakan berdua saja. Jangan di depan anak-anak. Mengapa? Karena anak merekam. Si anak memang belum bisa ngomong, tapi dia merekam. Dan rekaman ini bisa mengganggu kehidupan seterusnya. 

Saya jadi teringat dengan postingan Instagram, dari akun Parenting Asyik. Memang, pada dasarnya anak-anak itu punya memori yang sangat kuat. Apapun yang terjadi pada masa kecilnya bisa teringat terus sampai dewasa nanti. Saya juga teringat dengan teman saya di Kabupaten Bombana sini juga. Masya Allah, anak-anaknya semua penghafal Al-Qur’an. Anak sulungnya di Makassar, sudah jadi imam masjid. Hafalannya 30 juz. Ketika saya tanya-tanya ke beliau, salah satu tipsnya adalah jangan pernah bertengkar di depan anak. Nanti sembunyi-sembunyi saja, baru bertengkar.

Pada Intinya adalah Komunikasi

Bayangkan jika antara orang tua dan anak tidak mengobrol dalam sehari, pasti itu terasa seperti 24 jam. Betul bukan? Eh, bukan?

Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Elmadina ini mengulas tentang komunikasi antara orang tua dan anak. Sebelum membahas komunikasi semacam itu, dr. Aisah mengajarkan orang tua untuk ikhlas. Wah, kata yang satu ini memang gampang sekali diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilakukan! Kalau cuma untuk jadi nama rental komputer itu juga gampang, seperti dulu rental komputer satu jalan dengan rumah saya. Ketika itu, saya naksir anaknya yang punya, tetapi tidak sampai berjodoh. Halah, malah buka masa lalu.

Penjabaran menjadi orang tua yang ikhlas ini, menurut penulis, adalah dengan mengatakannya. Misalnya, “Ya, Allah, mohon ikhlas ya Allah…” (Halaman 41).

Kita pernah melakukan belum? Biasanya, ikhlas ini berkaitan dengan tingkat emosi. Contohnya saat istri marah kepada suami, terus menemani suami makan padahal masih kesal, maka itu bisa dikatakan istri masih berada di luar zona ikhlas. Penulis memberikan tips untuk menaikkan level emosi, artinya agar menjadi lebih baik dengan membaca istiqfar.

Jika kita tidak mengucapkan istiqfar, maka ada kemungkinan nanti keluarnya adalah kata-kata yang negatif. Pada halaman 55, penulis memberi judul: Hati-hatilah! Kata-katamu adalah Doa.

orang-tua-bahagia-6

Seberapa sering kita sebagai orang tua mengucapkan kata-kata buruk untuk anak-anak kita? Semakin sering diucapkan, maka nantinya akan jadi kenyataan lho! Apalagi salah satu doa yang mudah terkabul adalah doa orang tua kepada anaknya.

Komunikasi antara orang tua dan anak juga menyangkut komunikasi dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pada bab 14 halaman 95, melalui kekuatan doa ibu, muncul sinyal kepada anak-anak. Menurut penulis, sinyal kita itu berasal dari ibu kita, bukan ayah. Makanya, amat dahsyat doa ibu kepada anak-anaknya.

Ada penelitian biomolekular tentang asal mitokondria (halaman 96). Kalau diterangkan di sini, rasanya kurang cocok deh! Mending beli saja buku ini langsung ya, hehe..

Lebih Mengenal Anak

Kalau bukan anak laki-laki, sudah pasti anak perempuan. Dua jenis kelamin tersebut tidak bisa kita pilih. Anak laki-laki pasti ada kebaikannya, anak perempuan pun pasti ada keunggulannya.

Perbedaan anak laki-laki perempuan di buku ini mulai dibahas bab 16 halaman 103. Pada bagian kanan otak laki-laki ada program sport dan game yang lebih banyak daripada perempuan. Anak laki-laki pada dasarnya senang bermain. Makanya, jangan heran jika anak laki-laki kita minta main basket malam-malam.

Sementara pada otak perempuan, yang lebih dominan adalah belanja, bukan olahraga. Diharapkan memang adanya program itu agar perempuan bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Selain perbedaan jenis kelamin, ada pula tentang watak anak. Ada tiga, yaitu: introvert, extrovert, dan ambivert. Penjelasannya lebih lengkap di buku ini dari halaman 114-119.

orang-tua-bahagia-7

Menyelesaikan Permasalahan Anak

Tidak ada hidup yang tanpa masalah. Ibaratnya, tidak ada kapal yang akan terkena badai. Kalau kapal yang tidak mau kena badai, maka itu namanya kapalan! Hiii..

Masalah yang bisa muncul pada diri anak adalah tentang anak yang tidak mandiri dan berani. Selain itu, bagaimana mengatur anak, tetapi menghindari terlalu mengatur anak? Menanggulangi anak-anak yang berbuat kesalahan dan harus ditegur, bagaimana caranya agar cukup dengan satu menit saja? Untuk yang terakhir ini, bisa kamu baca di bab 25 halaman 152.

Anak dengan gadget yang menjadi masalah paling banyak menimpa orang tua saat ini. Penulis membahasnya dalam dua bab, yaitu: 30 dan 31. Kalau sampai dua bab, berarti memang masalah tersebut tidak bisa dianggap main-main. Namun, ketika kamu membaca dua bab itu, akan kaget, ternyata lho bisa toh seperti itu! Penasaran ‘kan apa itu? Nah, segera miliki saja buku ini.

Mencapai Tujuan Menjadi Orang Tua Bahagia

Banyak orang mendambakan kebahagiaan dengan mengeluarkan uang cukup banyak. Mungkin mereka pergi ke tempat hiburan, berwisata, berkumpul melakukan hobi, sampai yang negatif dengan mabuk dan menggunakan narkoba. Namun, semua itu bisa menimbulkan kerugian yang cukup banyak bagi pelaku dan keluarganya.

Pada bagian akhir buku ini, diungkapkan tentang menghadapi anak yang terkena penyalahgunaan narkoba. Ini yang memang sangat mengerikan. Jangan sampai deh ada korban anak lagi di keluarga kita ya!

Selain itu, diungkapkan bahwa orang tua itu pada dasarnya manusia biasa juga yang bisa terjatuh ke dalam kesalahan. Bila terlanjur bersalah kepada anak, maka mesti segera minta maaf. Nah, rupanya ada perbedaan antara “Bunda minta maaf” dengan “Maafin Bunda ya Nak!” Lho, di mana bedanya? Segera temukan jawabannya di halaman 201 buku ini ya!

Buku dengan hard cover ini memang tidak menjanjikan kebahagiaan bagi para orang tua pembacanya, tetapi paling tidak sudah membuka jalan ke sana. Setelah membaca, orang tua sendiri yang mesti berusaha menciptakan kebahagiaan dirinya dan anak-anaknya.

Membaca buku ini juga akan menjadi bekal yang penting bagi orang tua untuk mengarungi kehidupan bersama anak-anaknya tercinta. Namanya bekal, jika tidak dibawa, nantinya bisa menderita di tengah perjalanan. Sementara mendidik anak itu bukan perjalanan satu atau dua hari, melainkan selamanya.

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

4 Comments

  1. ngobrol nggak ngobrol tetap 24 jam. . wehehehe. Yaa mau banget jadi orang tua bahagia hihi
    paling2 deh klo lg suntuk sama anak2 buka yucup kayak bu Aisah, Buya Yahya, dan buka2 buku kayak gini2 nih.. refresh lagi.
    Buku bu Aisah ini mirip2 dengan seminar2nya ya via YT ku nontonnya, nggak boseeen padahal 1-2 jam haha karena haus ilmunya, dibukukan jadi bisa akses dlm bentuk tulisan jg

  2. Wah buku ini paket lengkap belajar jadi orang tua. QS At Tahrim:6 jadi panduan membangun keluarga. Terima kasih pengingatnya.

    Untuk bagian ikhlas yaa memang perlu dilatih, Tak semudah menuliskannya.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.