3 Hikmah Sudah Minggir di Jalan, Masih Juga Diklakson Mobil

3 Hikmah Sudah Minggir di Jalan, Masih Juga Diklakson Mobil

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Sebagai bagian dari piranti kendaraan, klakson memang semestinya ada. Bunyinya pun macam-macam. Yang standar sih “tin, tin”. Ada pula yang cukup aneh, misalnya telolet, seperti yang pernah viral lama dahulu. Om, tulalit, om! Halah, salah. Om, telolet, om.

Biasanya, klakson dipakai ketika ada suatu halangan di jalan. Contohnya, ada kendaraan lain di depan. Kita akan menyalip atau melambung, dalam istilah Sulawesi tempat saya tinggal, sehingga lebih aman karena jalan sudah terbuka lebar.

Bisa juga untuk menandai kendaraan sudah datang. Seperti di sini, daerah saya Kabupaten Bombana dihubungkan dengan Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara dengan mobil angkot. Begitu istilahnya. Mobil yang sering mereknya adalah Avanza, Innova, APV, diberi plat kuning, otomatis menjadi kendaraan penumpang.

Nah, mobil-mobil itu akan menjemput penumpang di rumahnya. Klakson menjadi tanda bahwa mobil sudah tiba di depan rumah. Atau, tidak terlalu persis sama mungkin, asal sudah dekat dengan posisi target. Penumpang tinggal ke luar dari rumah, membawa barang-barang sewajarnya, masuk mobil dan bersiaplah untuk sampai ke tujuan dengan selamat. Aamiin.

Lampu Merah

Dari beberapa tulisan yang saya baca di Mojok.co, klakson bisa menjadi menyebalkan ketika di lampu merah. Sudah menjadi fardhu ain, artinya harus kita sendiri yang melakukan, untuk berhenti saat lampu merah menyala terang. Kalau tidak berhenti, ya, siap-siap akan ditilang, jika polisinya ada di situ lho.

Namun, semestinya panggilan jiwa lebih diutamakan, lah. Disuruh berhenti, ya, berhenti saja. Jangan sampai pas kita jalan, di bagian jalan lain sedang hijau, sama-sama melaju, jika ketemu dengan terpaksa di tengah persimpangan bagaimana? Bukankah itu suatu pertemuan yang tidak direstui oleh kedua belah pihak?

Klakson jadi menjengkelkan karena kita belum jalan sudah kena bunyi itu. Padahal lampu hijau belum tampak, tapi sudah diklakson. Dikira kita ini melamun, mengantuk, atau bahkan sedang main HP, hingga tidak perhatian dengan lampu lalu lintas tersebut apa?

Jika memang punya nyali, marahi saja tuh yang tukang klakson pas di lampu merah! Kita ini sudah punya urusan masing-masing, memakai jalan itu sebagai wasilah untuk mencapai tujuan. Lha, kok tenggang rasa tidak ada? Memangnya dia sendiri yang punya jalan?

Kali ini, saya tidak akan membahas tentang lampu merah, kuning, maupun hijau, karena di kabupaten tempat saya tinggal ini tidak ada begituan. Hah, serius kamu, Mas? Iya, beneran. Di sini mana ada begitu? Jalannya tidak terlalu lebar, penduduknya masih sedikit, dan alasan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan di sini karena saya memang tidak tahu. Hehe…

Fenomena yang beberapa kali saya alami sendiri adalah saya diklakson pas di pinggir jalan. Ini betulan, saya sudah di pinggir, bahkan mendekati trotoar, tetapi masih diklakson juga. Ini sebenarnya gimana sih? Toh, saya sama sekali tidak menghalangi. Bukankah klakson itu tujuannya adalah meminggirkan kendaraan lain? Lha kok saya sudah minggir, masih kena klakson juga?

Waktu itu, saya naik sepeda motor. Pernah juga naik sepeda. Dua-duanya tetap diklakson. Dan, pelakunya adalah pengemudi mobil. Tahu mobil ‘kan? Itu lho yang bannya ada empat. Hehe…

Saya coba merenung. Salah saya apa ya? Saya merasa ketika naik sepeda motor atau sepeda tanpa motor, saya tidak meliuk-liuk macam ular itu. Saya tetap lurus, melihat ke depan, sesekali melihat spion kanan dan kiri. Intinya tidak termasuk berkendara yang berbahaya, lah.

Kalau motor ugal-ugalan, memang wajar harus diklakson. Tetapi, saya yang berkendara secara lembut, layaknya hati saya itu, tidak luput dari bunyi kendaraan lain di belakang. Pada akhirnya, saya pun menemukan hikmah tersembunyi dari kejadian ini. Apa saja itu?

#1 Mensyukuri Nikmat

Orang yang sukses itu mampu melihat hal yang positif di setiap kejadian yang negatif. Kecuali kalau kena corona lho ya. Orang yang positif corona jelas bukan hal yang positif.

Saya ketika diklakson, justru saya bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lho, apa yang disyukuri? Oh, ada beberapa, Mas. Pertama adalah nikmat pendengaran. Coba kalau kamu budek, mungkin klakson nyaring tidak akan dengar. Telinga saya masih normal, kotoran di dalamnya sedikit, bunyi klakson bisa menyusup melewati gendang telinga dengan aman dan sentosa.

Mensyukuri yang kedua apa? Nah, yang kedua adalah saya tidak ditabrak dari belakang. Bukankah mata kita ada di bagian depan? Memang sih ada spion yang membantu melihat ke belakang, tetapi keadaan belakang tidak bisa 100 % kita jaga. Bisa saja ada kendaraan nyelonong lalu menghantam kita.

Jadi, pada poin pertama ini adalah nikmat pendengaran dan keselamatan di jalan.

#2 Harta Mewah, Isi Otak Murah

Meskipun mobil sekarang dianggap barang biasa, begitu, harganya tetaplah lumayan mahal. Puluhan hingga ratusan juta rupiah. Kalau mau yang bagus, ya, ratusan juta. Nyatanya, tidak setiap orang bisa membeli, meski dengan cara kredit sekalipun.

Akan tetapi, uang yang merupakan benda fisik itu dan dipakai untuk membeli mobil, belum tentu mencerminkan isi otak dari si pemilik. Betapa banyak kelakuan pemilik mobil yang otaknya berharga sangat murah. Perilakunya sembarangan, termasuk dalam urusan klakson-mengklakson ini. Sepertinya itu hobinya juga.

Berita yang baru ini, ada mobil Vellfire yang masuk jalur sepeda permanen. Padahal, jalur di luarnya masih terlihat lancar. Tapi kok dia malah masuk ke jalur sepeda? Mobilnya sih keren, harganya milyaran, tapi kelakuan sopirnya? Hem dan hem..

Atau jangan-jangan orang mengklakson itu sekadar menunjukkan bahwa dia punya mobil? Seperti lawakannya Dodit Mulyanto di SUCI ketika cerita dia punya HP berbunyi, lalu tidak diangkat-angkat. Katanya, dia begitu agar orang lain tahu bahwa dia punya HP. Tepuk jidat dulu, deh!

Jadi, kalau ada pengendara yang sudah di pinggir, janganlah terlalu sering mengklakson. Ambil jarak yang lumayan jauh dengan motor atau sepeda di pinggir, sehingga aman waktu menyalipnya. Jika diklakson, yakinlah bahwa kita yang lebih pintar darinya. Setuju?

#3 Memang Harus Mengalah

Begini, di jalan itu meskipun dipakai untuk semua pengendara, tetaplah ada hierarkhisnya. Sepeda motor dan sepeda pantasnya memang di pinggir jalan. Sedangkan kendaraan macam mobil, truk, dan bus cocok di tengah jalan karena kecepatan lebih tinggi. Akan sangat susah bukan kalau terbalik?

Klakson pada motor untuk selalu di pinggir jalan itu sejatinya untuk mengembalikan harkat dan martabat sepeda motor sendiri yang tidak usah di tengah-tengah. Boleh berada di posisi itu, kalau jalanan sedang sepi. Jika jalan ramai, akan lebih bagus untuk mengalah. Diklakson pun tidak apa-apa. Anggap saja itu peringatan bahwa memang sepeda motor maupun sepeda derajatnya di bawah mobil atau kendaraan besar lainnya.

Jika mau dituruti, emosi memang tidak akan ada habisnya. Termasuk apabila sebagai pengendara sepeda motor yang seakan-akan dikalahkan oleh mobil dengan suara klaksonnya. Tentunya, akan lebih baik untuk mengalah saja. Sebab, kekuatannya jelas kalah. Ketika tabrakan antara mobil dengan motor, di pihak motorlah yang lebih parah. Sebelum itu terjadi, klakson menjadi tanda yang jelas.

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

30 Comments

  1. Klw sering² di klakson meski udh di pinggir jalan, itu udah tanda disuruh beli mobil, itu lho yg empat ban nya..hehe

  2. Jangan-jangan yg ngelakson mo kasih tahu aja kalau dia mau lewat. Biar kita ga kaget…
    Hehe…
    Setuju banget kalau di traffic light, belum juga ijo udah diklakson. Jadi senewen…

  3. Aku kalo pas jalan sama teman terus tiba-tiba di klakson padahal udah di jalur yang aman buat kendaraan lain menyalip, pasti bilang dalam bahasa Jawa, “dhisik o!” Artinya silahkan duluan hehee.. kita buat seolah itu teman yang lagi lewat dan nyapa ke kita dan kita nyuruh dia buat jalan lebih dulu hehee..

    Pengalaman klo yang suka klakson itu biasanya usianya di atas 60 tahun jadi kadang ya gimana lagi, semoga nanti pas di usia itu aku gak ngelakuin hal yang sama hehe..

  4. di tempat lampu merah gitu kebanyakan pada enggak sabaran. Sering saya nunggu pas lampu ijo, mau jalan lagi, mobil belakang udah buru-buru klakson. Padahal enggak harus begitu juga, toh enggak usah klakson saya juga pasti jalan lagi.

  5. Saya dulu juga suka sebel kalau pas di lampu merah, lampunya masih merah, hitungan mundur masih di angka 3, eh udah ada yang bunyikan klakson di belakang.

    Kalau sekarang masih sebel juga sih. Tapi sambil saya angkat tangan dan menunjuk ke arah lampu lalu lintas

  6. Wah saya jujur suka emosi kalo lihat orkay tapi kelakuan minus kaya gitu, kesian attitudenya gak ikut naik derajatnya hihii, yang suka songong dijalan duh serempet dikit aja boleh gak sih hahhaha

  7. Positif banget sih mas.
    Hehehe tapi emang iya. Kadang klakson mobil ini bikin pengendaranya terlihat Maruk.
    Saya pernah juga berada di jalur macet. Macet kan artinya gak bisa bergerak ya.. ngapain juga mobil itu mencet klakson berkali-kali. Siapa juga yang mau berada di jalan terus ya kan.. hihi bener ya mas. Harga mobil gak menjamin isi otak pemiliknya ikutan mahal.

    1. Yah, mau gimana juga Mbak? Mau positif, diklakson, negatif, juga diklakson. Jadi, mending positif aja, lah.

  8. Bete juga sih sering di klakson tuh. Ga kuat ndredegnya itu kagetnya lhooo. Makanya aju tuh jaraaangg banget nglaksooon. Hampir ga pernah malah. Sabar sabar sabar!

  9. Pernah sebel juga sama yang suka klakson-klakson, tetapi pas tengok si pengendara yang klakson teriak, “Bu, lampu send kirinya nyala!”
    Padahal motor yg saya kendarai jalan lurus.
    Auto terima kasih deh sama yang klakson.

  10. Pengalaman yang sering dialami banyak orang. Hehe…kreatif banget mampu dicurhatkan lewat tulisan..

  11. Aduhh iya juga sih emang kalo nurutin emosi kaga ada habisnya. Tapi gimana yaa, kadang tuh kesel bangettt sampe puncak haha ga tahan kalo ga teriakin mobilnya 😭😭

  12. soal di klakson saya juga pernah, bukan sama mobil tapi sama bus. kebayang dong kagetnya denger suara klakson bus. bukan telolet tapi yang aslinya, hihihihi

  13. Wah ternyata ada hikmahnya juga ya naik motor. Baru tahu nih hikmahnya klakson. Jadi terpikir tetangga yang suka mencet klakson tiap pagi. Apa nunjukin kalau dia punya mobil. Padahal loh ya itu mobil majikannya. Tiap minggu beda dan bagus semua. Lawong kerjanya supir. Tapi tingkahnya ngebos. Lah…

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.