Kini Naik Angkot Pakai Aplikasi Online: TRON

Kini Naik Angkot Pakai Aplikasi Online: TRON

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Dulu, seorang dosen sekaligus ustadz, Dr. Harwanto Dahlan pernah membuat singkatan Angkot itu berarti Angel Kon Tertib. Itu dari Bahasa Jawa, yang sama saja dengan susah disuruh tertib. Naik angkot memang mendatangkan kenikmatan tersendiri, di balik ongkosnya yang murah meriah. Bagaimana kalau ada naik angkot pakai aplikasi online?

Zaman sudah berkembang, Mas. Kata zaman sekarang sudah berubah menjadi jaman now. Berbagai kemudahan dalam teknologi pun hadir memenuhi kebutuhan kita sebagai manusia.

Kembali ke masalah naik angkot tadi. Saya mengalaminya di Kendari. Angkot dikenal orang sana sebagai pete-pete. Ini huruf “e-nya” sama dengan ekor, enak, emang sama edan. Begitulah cara pengucapannya.

Naik angkot di Kendari sebagai ibukota Provinsi Sultra tarifnya lima ribu rupiah. Jauh dekat sama saja. Ada rute yang ke arah kota, dengan strip hitam di samping. Ada pula yang ke arah selatan, biasa dikenal dengan Lepo-lepo, strip warna pink. Masih ada juga sih jalur lain, tetapi saya tidak terlalu kenal dan tahu. Kan saya bukan sopir angkot. Hehe…

Ciri khas naik angkot di Kendari adalah suara musiknya yang membahana, bahkan sepertinya sampai ke seluruh penjuru alam semesta. Kencangnya luar biasa. Pakai suara dari speaker yang biasa ada di acara pesta pernikahan atau acara panggung lainnya. Jadi, kita sebagai penumpang itu seperti artis, lah. Karena naik panggung. Meskipun panggungnya itu ya di atas angkot!

Baca Juga: Miliki 5 Kemampuan Dasar Untuk Bisnis Online

Angkot pete-pete itulah yang sudah banyak berjasa mengantar begitu banyak orang ke tempat tujuan mereka. Meskipun sekarang sudah ada Gojek dan Grab di Kendari, tetapi kehadiran pete-pete masih belum hilang sama sekali dari peredaran. Gojek dan Grab adalah aplikasi online untuk transportasi. Lalu, bagaimana seandainya ada aplikasi angkot online? Wah, sepertinya ini menarik!

Naik Angkot Pakai Aplikasi Online Dimulai di Bekasi

Biasanya Kita yang Jalan Menuju Angkot, Kini Angkot yang Menjemput Kita Pakai Tron

Dari Kendari, kita coba masuk di Bekasi. Tempatnya jauh memang antara keduanya, meskipun kalau di peta, jelas tidak sampai satu meter jaraknya. Terlebih kalau itu yang dipakai adalah peta buta. Maksudnya, bisa jadi dianggap buta, karena tidak tahu Bekasi yang mana, Kendari yang mana? Nah…

Kini naik angkot pakai aplikasi online sudah bukan lagi mimpi. Sebuah layanan pemesanan angkot online dengan basis Ride-Sharing, TRON, menggunakan aplikasi serta chart board yang dapat dipakai para penumpang untuk memesan angkutan.

Menurut CEO Tron, David Santoso, misinya adalah ingin mengurangi kemacetan. Modalnya mau tahu berapa? Ternyata kurang dari USD 1 Juta saja. Ya, pakai “saja”. Mungkin kamu punya uang segitu? Minimal punya mimpi, lah, bisa punya uang sebanyak itu. Bener kan?

Baca Juga: 7 Teknis Sukses Berbicara di Depan Umum

Sampai dengan saat ini, jumlah pengemudi yang telah tergabung ke dalam Tron kurang lebih seribu orang. Targetnya pada tahun depan alias tahun 2020, Tron dapat meraih pengguna sampai dengan 10.000 orang. Tidak cuma itu, akan dikembangkan sampai ke bisnis layanan lini parkir hingga sepeda listrik. Wow…

Angkutan Umum yang Mendobrak Teknologi

Lihat Apa Pak?

 

Sebenarnya, konsep berbagi tumpangan itu bisa lewat Gojek dan Grab. Padahal itu yang dipakai adalah mobil pribadi. Sementara, sudah ada memang kendaraan yang dari dulu begitu, berbagi tumpangan, penumpangnya bisa banyak, yaitu: angkot. Nah, Tron menjawab kebutuhan itu, dengan lebih milenial, alias sesuai dengan kondisi teknologi saat ini. 

PT Teknologi Rancah Olah Nusantara mengelola aplikasi Tron ini. Aplikasi jasa transportasi ini memberikan keunggulan rute yang dinamis (jangan diartikan Dina manis). Mengambil Bekasi sebagai target pertama untuk operasionalnya.

Sudah ada 30 unit angkot dengan dua rute perjalanan. Pertama, Angkot Nomor K11 A rute Rawalumbu-Rawapanjang. Kedua, K11 B Narogong-Rawapanjang. Rupanya, Tron ini sudah ada sejak 10 April 2019 Tron di Bekasi. Akan tetapi, baru sekarang diperkenalkan secara resmi. Begitu, Bang…

Chief Executive Officer (CEO) Tron, David Santoso, menjelaskan bahwa Tron tidak hanya sekadar teknologi booking atau trip planning, tetapi juga dapat mengubah pola operasi. Maksudnya, ada perbedaan yang signifikan, bila pengemudi angkot menggunakan Tron.

Bagaimana sih bedanya? Penasaran ‘kan?

Sebagai contohnya, bila angkot tidak pakai Tron, maka konsekuensinya, angkot cuma beroperasi di rute yang sama. Ini dengan kata lain, 15-20 menit sekali akan melakukan hal yang sama. Bosan juga ya? Sebenarnya, hal ini bisa mendatangkan kerugian yang lumayan besar, jika ternyata rute tersebut sepi penumpang. Pengemudi angkot kan jelas mencari penumpang manusia, bukan pengemudi gelap. Kalau yang begituan, hati-hati saja, karena bisa jadi syirik. Hii, ngeri…

Menurut David, angkot konvensional sebagai rekan atau mitra dari Tron. Diharapkan ke depannya, mampu siap untuk menerima perubahan.

“Kalau ojek online perbandingan begini 1 motor 1 penumpang, nah di Tron satu kendaraan umum 10 penumpang. Dari sisi masyarakat, mana yang lebih menguntungkan? Tentu ada kebutuhan kan kalau kebutuhan mendesak naik motor lebih cepat tapi unsur keselamatan menjadi risiko tinggi, sedangkan kalau kita 10 orang bersama-sama [booking via Tron] tapi cepat layanannya.”

Bagaimana dengan komisi? David mengatakan bahwa komisi sebesar 10 sampai 15% dari tarif untuk setiap penumpang. Ini lebih kecil daripada pembagian komisi pada ojek online dan tentu murah pastinya.

Alasan Memilih Kota Bekasi

Kota Bekasi, Kota Pertama Muncul Tron

Bekasi, Jawa Barat, ternyata memiliki 15 % dari total perjalanan pulang-pergi di Jabodetabek yang telah mencapai 15 juta perjalanan. Wah, banyak juga! Jelang dos, eh, jelas dong, kota padat penduduk begitu.

“[Total perjalanan di Jabodetabek] 15% disumbang dari Bekasi yang merupakan kota terpadat nomor 3,” kata David yang menjadi mantan Direktur PT Express Transindo Utama Tbk tersebut.

David berharap, Tron bisa jadi primadona angkutan umum di Kota Bekasi yang terkenal dengan kemacetannya. Ini dia yang jadi dilema, kota besar dengan segudang fasilitas, tetapi dengan konsekuensi menghadapi macet tiap hari. Itulah faktor yang menjadikan David merasa optimis terhadap potensi bisnis yang bisa digarap oleh Tron dengan sentuhan teknologi. Naik angkot jadi tidak lagi repot.

“Angkot di sini belum ada sentuhan teknologi yang memastikan kelayakan layanan angkot, padahal angkot merupakan angkutan umum resmi,” tuturnya. Jika diramu dengan teknologi, maka angkot mampu memberikan layanan maksimal untuk warga Bekasi.

Alasan lain yang diambil oleh David adalah kota Bekasi termasuk sangat strategis. Kota ini terdapat beberapa proyek pembangunan infrastruktur untuk transportasi umum berskala nasional. Misalnya: Light Rapid Transit (LRT), pembuatan jalur ganda kereta api (double-double track), dan tol elevated Jakarta-Cikampek.

Pengusaha perlu berpikir lebih luas. Kalau sudah berhasil di Bekasi, David mempunyai rencana hingga akhir tahun 2019 ini, Tron bisa menambah cakupan operasional di 5-10 kota di Jawa dan Sumatera. Untuk di pulau Jawa akan hadir di Kota Solo, Surabaya, Bogor, Yogyakarta, dan Semarang.

Siap-siap saja bagi kamu yang ada di Bekasi, untuk mencoba naik angkot Tron. Bandingkan rasanya dengan naik Gojek maupun Grab. Angkot adalah moda transportasi resmi dari pemerintah. Siapa yang cinta dengan pemerintah, hendaknya naik angkot. Hehe…

Baca Juga: Ide Bisnis Ngetren dan Prospektif di Tahun 2019

Sumber: CNBC Indonesia

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.