Kata Sri Mulyani: Gadget Bagi Anak Lebih Disukai Daripada Buku

Kata Sri Mulyani: Gadget Bagi Anak Lebih Disukai Daripada Buku

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Namanya saja zaman, pastilah berbeda tiap waktu. Dulu, ya, dulu, sekarang, ya, sekarang. Termasuk dalam hal ini adalah fenomena lebih menariknya gadget bagi anak yang lebih dipilih daripada buku.

Ketika belum ada gadget, anak-anak zaman dulu memang lebih suka main di luar rumah. Bermain petak umpet, lompat tali, kelereng, bola atau yang lainnya. Bagi generasi 80-an atau 90-an, pastilah teringat permainan masa kecil yang dulu sering dimainkan dan jadi kenangan indah selamanya.

Kalau sekarang ini, banyak permainan anak yang cenderung dilakukan di dalam rumah. Baik rumah sendiri maupun rumah tetangga. Atau malah rumah-rumahan? Permainan yang muncul dari gadget bisa memuaskan hasrat anak-anak untuk tidak ke luar rumah. Cukup dari HP saja.

Tantangan Besar Kaitannya dengan Gadget Bagi Anak

Sebuah tantangan memang muncul dalam kehidupan kita sebagai manusia. Meskipun kita mungkin jarang sekali atau hampir tidak pernah menantang orang berkelahi, tetapi justru ada tantangan yang lebih besar lagi daripada manusia itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah tantangan tentang manfaat gadget bagi anak. Apakah benar ada lebih banyak manfaat negatif atau positifnya ya? Bagaimana menurut kamu sendiri?

Menurut Ibu Sri Mulyani – maaf bagi yang nama ibunya mirip – Menteri Keuangan di era sekarang sebelum diganti atau dipertahankan nanti, entahlah, perubahan dari anak-anak yang lebih memilih gadget daripada buku jelas menjadi suatu tantangan besar. Padahal, anak-anak itu belajar, misalnya mulai dari menari, menyanyi, membaca, mengenal warna, dapat dilakukan sesuai alam sekitarnya. Anak-anak mesti dong mengenal lingkungannya sendiri.

“Gadget kan membuat mereka terabsorb terlalu besar, jadi memang harusnya setiap orang tua juga memberikan semacam policy, batasan,” kata Sri Mulyani dalam acara Story Telling buku aktivitas anak “Pergi ke Kantor Ayah” masih dalam rangka Festival Literasi di Kementrian Keuangan (30/9/2019).

Baca Juga: Mendidik Versi Kurikulum Para Binatang

Batasan dari orang tua atau keluarga punya tujuan supaya anak-anak tidak kehilangan skill atau kemampuan berinteraksinya. Membentuk karakter misalnya berbagi, yang mana karakter ini tidak akan muncul jika anak-anak cuma kerjanya main gadget. “Dia nggak punya sense untuk saling berbagi, kemudian untuk berkompetisi, mengalah, itu anak-anak kecil itu hal yang penting sekali untuk pembentukan karakter awal,” tambahnya lagi.

Sifat supaya anak-anak mau antre, meminta, dan mengucapkan terima kasih, itu semuanya mesti dimunculkan di dalam interaksi langsung.

“Kalau saya lihat anak-anak semuanya suka karakter lebih banyak dari Disney, Princess Elsa, Princess Anna, Jasmine, nggak ada yang bilang tentang Bawang Putih, Bawang Merah, Paman Gembul, jadi memang ini tantangan untuk industri kita untuk memperkenalkan,” ungkapnya.

Cita-cita Anak

Acara tersebut, menyajikan perbincangan Sri – jelas ini masih Sri Mulyani – dengan anak-anak. Ternyata masih banyak di antara mereka yang mengutarakan cita-citanya secara serius, lho! Ada anak yang ingin jadi polisi, astronot, pilot dan dokter. Menurut Sri Mulyadi, eh, Sri Mulyani, membawakan ide kepada anak-anak tentang ingin jadi apa, masih cukup diminati.

“Saya juga merasa ini tantangan ini adalah environment buku-buku yang tersedia mungkin harus diperkaya, sehingga anak-anak punya pilihan. Atau aplikasi yang ada di gadget itu kontennya perlu dikembangkan,” begitu pendapat Bu Sri Mulyani. Kalau kontennya dikembangkan, maka itu akan jadi atau bisa muncul dampak positif gadget bagi anak. Sri Mulyani berbicara dari kapasitas sebagai seorang ibu agar dampak buruk gadget bagi anak dan cara mengatasinya.

Membaca Buku Sejak Masih Kecil

Memang, salah satu perkataan yang luar biasa dari Tung Desem Waringin adalah kita akan berubah dalam lima tahun dari sekarang tergantung apa yang kita baca dan siapa yang kenal kita! Dari poin pertama, apa yang kita baca, mengacu juga pada buku. Mengapa masih perlu baca buku? Sebab buku adalah teman yang setia, tidak seperti gadget. Buku mana yang bisa lowbat dan hilang sinyalnya? Ya ‘kan?

Pengembangan minat baca anak di keluarga memang mesti dilakukan sedari awal. Begitu pula yang dialami oleh Sri Mulyani waktu kecil. Jangan tanya nama kecilnya, karena yang menulis ini juga tidak tahu. Kalau Sri Mulyani nama besarnya, maka nama kecilnya bisa jadi sri mulyani. Tinggal ganti huruf depannya saja. Setuju? Hehe…

Bu Mulyani, aduh, maksudnya Bu Sri Mulyani, mengaku bahwa beliau sudah suka membaca buku NH Dini. Waktu masih sangat kecil dirinya suka membaca Majalah Kuncung, Bobo, Putri Nirmala dan Dumbo. “Tapi kalau sudah agak besar kita jadi kenal literasi yang agak berat juga. NH Dini karena dari Semarang juga jadi kita suka,” kenangnya.

Kalau kamu sendiri dengan anak-anak, lebih suka gadget atau buku?

Baca Juga: [3 in 1] Whatsapp, Instagram dan Facebook Messenger Dalam Satu Jempol

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.