Yang Lebih Hebat daripada Menjadi Suami Siaga

Yang Lebih Hebat daripada Menjadi Suami Siaga

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Sebutan “suami siaga” adalah berkaitan dengan posisi suami ketika istrinya melahirkan. Kepanjangannya adalah Siap, Antar, Jaga. Ternyata, menjadi suami siaga manfaatnya memang banyak.

Namun, menjadi suami siaga itu tidak mudah bagi setiap laki-laki. Pasti ada saja alasannya tidak bisa mendampingi istri saat mau melahirkan. Seperti kisah seorang bapak, sebut saja P. Empat anaknya yang lahir sama sekali tidak didampingi olehnya. Alasannya kenapa? Ternyata, si bapak ini takut lihat darah.

P mengaku memang tidak kuat melihat organ tubuh cairan yang berwarna merah itu. Melihat tayangan operasi di TV saja dia sudah merasa mual. Yang lucu, ketika yang lalu masa pandemi, dia juga takut melihat jarum suntik padahal mau divaksin. Sempat was-was saat lengannya mau dicoblos. Eh, begitu selesai, ternyata dia merasa lega, bagaikan buang air yang ditahan bertahun-tahun. Halah.

Teman saya juga takut jarum suntik. Sebut saja namanya A. Ketika mau dirapid, dia menghindar jauh-jauh. Akan tetapi, sejauh dia lari dan menghilang, tetap dicari bosnya. Akhirnya, dia tetap dirapid dan masih hidup kok sampai sekarang.

Kadang saya merasa heran, apa sih yang membuat laki-laki itu takut darah dan jarum suntik? Secara fisik harusnya ‘kan lebih kuat daripada perempuan. Masa disuntik takut? Lha ‘kan laki-laki itu kodratnya memang menyuntik. Kalau ada laki-laki yang lebih suka disuntik, maka bisa dikatakan itu ada kelainan. Eh!

Jatuh di Kamar Mandi

Lain lagi cerita laki-laki juga, sebut saja W. Ketika berada di kampus, tepatnya perpustakaan, dia bertemu dengan teman KKN-nya. Tentu saja waktu itu, tahun 2007, belum ada KKN di Desa Penari. Kalau Ponari? Saya tidak tahu dia muncul tahun berapa dengan kekuatan batunya itu. Sementara Ponari Sweat lebih lama lagi pastinya.

Teman KKN si W bercerita kalau dia pernah menjadi saksi kecelakaan. Hasrat ingin menolong, dia menemukan potongan kaki korban. Iya, pergelangan kaki patah, dia cuma dapat kaki itu. Berarti memang kecelakaan itu termasuk parah sekali.

Saat W mendengarkan cerita itu, dia mengangguk-angguk. Mengerti dia dengan jalan ceritanya. Lalu, dia ingin ke kamar mandi. Saat sudah melaksanakan hajatnya, dia teringat dengan cerita temannya itu. Kaki yang ditemukan. Tiba-tiba dia tidak sadarkan diri. Terjatuh di kamar mandi yang masih tergenang air guyuran plus air kencingnya sendiri itu. Alhamdulilah, dia bisa bangun lagi tanpa ada orang yang menolongnya.

Lain lagi cerita laki-laki yang satu ini. Namanya adalah G, begitu ya inisialnya. Ketika masih bujangan, anak muda ini termasuk rajin. Rumah bapak kost dibersihkan jendelanya. Tanpa disadarinya, ada bagian kaca jendela yang pecah. Terbelah di pinggir begitu. Nah, waktu dia mengusap kain ke jendela itu, dengan sangat cepat, ada yang menculat ke jendela. Hah apa itu? Dia baru sadar bahwa itu potongan daging jempol kanannya!

Darah pun mengalir cukup keras dari jempolnya. Dia mengambil tindakan dengan berjalan ke apotek terdekat untuk membeli kapas, plester, atau apalah yang bisa menghentikan keluarnya darah. Melihat darahnya yang terus mengalir plus kengerian daging jempolnya melompat sampai jendela, dia terjatuh di depan etalase apotek! Jatuh begitu saja. Salah seorang keluarga dari pemilik apotek itu dengan santainya mengatakan, “Oh, ini pasti karena begadang!”

Lebih Mengerikan

suami-siaga

Menjadi suami siaga, apalagi menemani istri yang akan melahirkan tentu dibutuhkan keberanian. Sebab, di situ tidak hanya darah, melainkan kotoran, plus cairan yang lain. Selain itu, peralatan medis juga diperlukan. Jadi, kalau ada laki-laki yang ingin jadi suami siaga, hal yang harus dilawan adalah takut akan darah.

Alhamdulillah, tiap istri saya melahirkan, saya berusaha untuk menemani. Melupakan sedikit pekerjaan kantor. Mengalihkan tanggung jawab sementara ke staf atau orang lain.

Pada anak ketiga, saya full menemani. Ibu saya datang dari Jogja. Begitulah kebiasaan beliau selalu datang tiap istriku melahirkan. Beliau di rumah saya menemani anak-anak. Malam setelah istri saya melahirkan dan masih menginap di rumah sakit, dua anak saya merasa bengong, khawatir, ada rasa takut, dan ingin segera bertemu dengan orang tuanya. Mendengar cerita ibuku, rasanya trenyuh juga. Malam mereka tidur tanpa kehadiran orang tuanya di rumah. Biasanya minimal istriku yang menemani jika saya sedang keluar kota.

Saat anak kedua saya lahir, saya juga tetap setia menemani istri. Bayi sudah ditaruh di boks yang aman dan nyaman. Saya membantu istri ke kamar mandi untuk buang air. Memegangi badannya saat berjalan sambil memegangi juga infusnya. Rasanya hati ini jadi terharu bahwa inilah perjuangan istri saya dalam melahirkan keturunan kami.

Masih cerita tentang anak kedua lahir. Waktu dia habis dari kamar mandi, tiba-tiba darah banyak tertumpah dari balik sarungnya. Betul-betul banyak dan tumplek blek ke lantai. Eh, melihat darah banjir ke lantai itu, istriku langsung mengepelnya dengan kain yang ada. Mengepelnya dengan kaki. Santai saja begitu.

Menyaksikan hal seperti itu, saya langsung oleng. Sakit kepala tiba-tiba. Saya bilang ke dia, “Sebentar ya, baring-baring dulu.”

Saya mencari brangkar atau tempat tidur beroda yang ada di ruangan bangsal tersebut. Untuk menenangkan pikiran karena melihat darah yang tumpah ruah, ternyata saya ini ada sedikit ketakutan dengan darah ya?

Harus Siap untuk Itu

suami-siaga-2

Jika suami takut darah, maka itu pertanda yang tidak bagus. Bila ada kejadian bahaya di keluarganya yang sampai mengeluarkan darah, bagaimana dengan suami dan kepala keluarga tersebut? Paling tidak, dari yang awalnya takut sekali, menjadi ditingkatkan keberanian, lah. Salah satunya dengan apa? Cobalah donor darah. Di situlah ajang uji nyali bagi orang yang tidak takut darah. Jarumnya besar dan menusuk agak lama, sekitar 10 menit, di lipatan lengan.

Suami siaga memang sangat diperlukan bagi istri. Suamilah yang akan dimintai pertolongan dan membantu bidan jika sewaktu-waktu memang dibutuhkan. Selain itu, sebelum melahirkan, suami sudah mengantar dari rumah ke puskesmas atau rumah sakit. Bagaimana mau mengantar, kalau bayangannya ke puskesmas atau rumah sakit darah melulu?

Perlu juga diketahui, suami siaga ini sebenarnya juga bagian dari tanggung jawab. Bukannya suami juga yang bikin istrinya sampai hamil dan melahirkan begitu? Masa dulunya ikut berpartisipasi, sekarang malah ditinggal lari? Ya ‘kan?

Bila sudah menjadi suami siaga, selanjutnya apa dong? Dari asal katanya “siaga”, itu adalah level dalam Pramuka. Maka, tingkatan selanjutnya adalah suami penggalang! Lho, suami penggalang? Apa pula maksudnya ini?

Ini artinya adalah suami penggalang yang betul-betul menggalang kekuatan untuk melindungi istrinya. Saya melihat ada banyak fenomena baby blues. Ini adalah penyakit atau perasaan negatif yang biasanya timbul pada ibu yang baru melahirkan. Dia kadang dibully, direndahkan, disindir, dianggap tidak bisa mengurus bayi dan semacamnya. Sialnya, hal itu dilakukan oleh keluarganya sendiri.

Termasuk mengejek bayi yang ditujukan ke ibunya. “Ini bayinya kok hitam ya, oh, pantas ibunya hitam kayak arang begitu!”

Suami penggalang harus melindungi istrinya dari baby blues. Dia harus menyejukkan perasaan istri, memberinya semangat, makin menyayangi, dan menjelaskan ke orang lain, terutama keluarga untuk tidak sembarang bicara. Baby blues jika semakin parah, bisa saja ibu tersebut membunuh bayinya. Makanya, jangan sampai hal itu terjadi, jadikan suasana hati istri ceria dan gembira.

Jadi, sampai di sini, sudah jadi suami yang mana nih? Suami siaga, suami penggalang, atau lebih tinggi lagi? Kalau yang paling tinggi sih namanya suami pembina ya? Eits, dari asal katanya “pembina”, bisa diplesetkan menjadi pembini. Artinya bininya lebih dari satu. Begitu yang saya tahu dari istilah “pembini.”

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

5 Comments

  1. Wih kerennya bapak2 jaman now bisa jadi lebih wonderful ketimbang label jadi yang siaga seperti pada umumnya hehe

  2. Ternyata begitu ya dari sudut pandang suami siaga. Harus berani, tegar melihat darah. Dimulai dari menunggu istri melahirkan, nanti kalau anak jatuh, kejedot, atau apalah tingkah anak siap-siap dia pulang dengan wajah berdarah *kisah nyata.
    Walau sempat menenangkan diri dulu yah saat lihat banyak darah, Good job, mas!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.