Alhamdulillah, tanggal 1 Desember telah tiba tengah malam yang lalu. Welcome to December. Begitulah kata orang-orang jika menyambut bulan baru. Meninggalkan bulan November 2023 yang pastinya tidak akan pernah kembali lagi. Seperti mantan?
Bagi kamu yang sudah gajian, Alhamdulillah, selamat, ya! Lho, kok selamat, Mas? Iya, selamat karena kamu masih menerima gaji di bulan ini. Kamu juga dalam keadaan sehat wal afiat, walaupun kadang, yah, sehat wal syahwat juga.
Kamu juga masih punya pekerjaan yang menghasilkan gaji itu. Betapa banyak orang di luar sana yang sudah tidak lagi mempunyai pekerjaan. Entah itu di-PHK, menganggur, dan berharap bisa bekerja lagi. Tapi kapan?
Kalau orang banyak kreditnya, maka gaji biasanya cuma numpang mampir. Numpang ngombe kalau kata orang Jawa. Singgah sebentar di dompet atau di ATM, seterusnya melaju lagi ke pemilik yang baru.
Begitulah nasib pegawai atau karyawan, untuk mendapatkan sesuatu yang agak besar, harus dibarengi dengan kredit. Bisa kredit ke bank dengan menggadaikan SK atau istilahnya menyekolahkan SK. Bisa juga ke lembaga pembiayaan, atau malah pinjol.
Bulan Baru, Semangat Baru?
Welcome to December. Kalimat ini sebenarnya menyiratkan semangat untuk menjadikan bulan Desember lebih baik daripada bulan-bulan sebelumnya di tahun 2023. Bahkan, dengan Desember 2022, bulan Desember ini juga mesti lebih baik.
Namun, apakah bisa? Apakah mungkin? Saya sendiri kadang tidak merasakan hal itu. Menjalani hari demi hari, di tengah rutinitas menjalani pekerjaan, hari-hari, ya, biasa saja. Kalau pun ada peningkatan, cuma sedikit, lebih banyak malah kejelekan yang meningkat!
Kalau hari dirasa cepat berlalu, sebenarnya, hem, ini bisa dikatakan wajar, apalagi hidup sebagai pegawai itu sebenarnya memang dikendalikan orang lain. Kalau PNS, dikendalikan pemerintah, sementara yang karyawan, dikendalikan kepala perusahaan.
Bagi yang pengusaha pun, tidak serta-merta bebas, bas! Ketika ada orderan atau proyek, dia juga bisa dikendalikan oleh konsumen atau customernya. Apalagi jika si konsumen itu maunya cepat selesai, sementara bayarnya cuma mau semurah mungkin, kalau perlu gratis! Ini biasanya dihadapi oleh mereka yang bergerak di usaha jasa desain grafis. Dari yang tadinya desain grafis, malah jadi mirip desain gratis!
Kalau welcome to December, maka ini dikaitkan dengan resolusi tahunan yang katanya sudah dibuat di awal tahun ini. Sudah dibuat betul-betul kah? Atau hanya ikut-ikutan orang?
Resolusi? Apa itu resolusi? Malah resolusi tahun ini adalah meneruskan resolusi tahun lalu yang tidak selesai di tahun lalu juga dan bertahun-tahun yang lalu. Selalu saja sama dari tahun ke tahun. Katanya buat resolusi, tetapi cepatnya berjalan waktu, eh, tahu-tahu sudah akhir tahun lagi. Niatnya mau bikin resolusi lagi, deh, awal tahun depan.
Sebenarnya, resolusi itu memang berdasarkan tujuan hidup, sih. Kita ini hidup untuk apa? Mau mencari dunia sebanyak-banyaknya?
Saya tadi atau kemarin, ya, membaca bahwa dunia ini dicari betul-betul, dicari dengan sangat semangat, tetapi pada hakikatnya dunia ini adalah tempat hukuman dan pembuangan bagi Nabi Adam alaihissalam dan Hawa. Dari surga dibuang ke dunia, berarti dunia ini memang derajatnya jauh lebih rendah daripada surga. Perumpamaannya, sudah berada di tempat yang enak, tiba-tiba dibuang di Nusakambangan karena karirnya bermasalah. Kalau sudah nyaman di Jakarta, ternyata dibuang ke IKN. Ups!
Jadi, welcome to December, masih semangat untuk menjemput resolusimu? Yah, bagaimana mau semangat kalau tidak ada resolusi yang mau dikejar? Tidak ada target hidup, tidak ada bayangan tentang masa depan. Tidak ada terpikir nanti mau jadi apa dan sebagainya, makanya malas-malas saja. Rebahan saja. Hidup, ya, begini-begini saja.
Akhir tahun, seperti tahun-tahun sebelumnya. Nanti malam tahun baru, ikut pesta. Ikut turun ke jalan. Kumpul bersama teman-teman. Hura-hura. Makan-makan. Bikin sampah.
Pas jam dua belas malam, tiup terompet, bakar kembang api, bakar petasan. Hore, tahun 2024 telah tiba! Seterusnya, bangun terlambat lagi. Sholat Subuh jam 7 pagi lagi. Itu sudah terlambat 30 menit. Biasanya sholat Subuh jam setengah tujuh, malah jadi jam tujuh!
Lalu, apa yang berubah? Kalau perut sih makin membesar, jerawat makin banyak, rambut mulai memutih, tetapi isi kepala malah tidak bertambah.
Justru yang ada seringnya scroll-scroll tidak jelas. Nonton video TikTok yang sangat singkat itu, gonta-ganti ke bawah-bawah terus. Tidak ada pembelajaran di situ. Yang ada cuma ketawa-ketiwi, haha-hihi tidak jelas. Hem, mau dibawa ke mana kalau hidup cuma begitu?
Sementara, orang lain makin sukses. Yang sudah jadi pengusaha kaya, makin kaya lagi. Yang sudah berkarir bagus, makin bagus karirnya. Padahal, waktunya sama, 24 jam. Tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang.
Saya juga sering merasa heran tuh. Pengusaha yang punya gedung-gedung tinggi, perusahaannya banyak, karyawannya bejibun, asetnya miliaran hingga triliunan, kok semuanya bisa terkontrol, ya? Kok semuanya bisa jalan dengan baik, ya? Apa sih rahasianya? Padahal, itu tadi, waktunya sama, makan nasi juga sama, tetapi dia bisa, kok kita tidak bisa?
Memang sih, ini menyangkut rezeki juga. Ada yang Allah lebihkan, ada yang Allah tidak lebihkan. Tapi, rezeki itu selalu cukup. Rezeki itu selalu tertakar dan tidak pernah tertukar sedikitpun.
Dan, rezeki itu memang tidak harus berupa uang. Mungkin uang kita cuma sedikit, pas-pasan, tetapi ‘kan sudah pas. Untuk beli mobil mewah, jelas tidak bisa. Namun, untuk naik mobil yang agak mewah, tinggal pesan yang online. Naik juga mobil yang agak mewah. Malah, disopiri lagi. Lebih enak lagi tuh.
Perlunya Fokus
Terlalu banyak yang mau diraih di kehidupan ini, tetapi sumber dayanya sangat terbatas. Kita dibatasi dengan kekuatan tubuh, kita dibatasi dengan waktu.
Lalu, solusinya? Ya, fokus saja. Apa yang mau kamu kejar? Apa yang mau kamu raih? Fokus di situ saja. Ini memang tidak mudah. Saya sendiri pun berkali-kali gagal fokus. Mau menulis sesuatu saja, harus fokus ke mana nih? Begitu banyak peluang, begitu banyak arah, jadi bingung sendiri.
Kalau fokus memang lebih enak. Kita jadi bisa mencurahkan segenap jiwa dan raga di situ. Bayangkan saja, orang-orang sukses di luar sana, mereka sudah fokus sejak lama.
Contohnya, seorang atlet, dia bertarung di satu cabang olahraga saja. Pernah dengar belum Cristiano Ronaldo main bola, main bulutangkis, sepak takraw, sampai ikut balapan F1? Nggak pernah bukan? Dia main bola terus dari dulu. Dari situlah, dia mendapatkan sukses. Dari situlah, dia menjadi kaya raya sampai dengan sekarang.
Saya dan kamu, fokusnya mau ke mana nih? Ini bulan baru, tanggal baru, tanggal muda. Welcome to December seperti kalimat yang tertulis di atas.
Kalau bulan baru, tetapi semangatnya masih yang lama, ya, nggak cocok juga. Jika begitu terus, kapan kita mau sukses? Kapan kita mau jadi orang kaya? Meskipun, kaya itu tidak selalu kaya harta. Kaya hati, itu lebih utama. Kaya pikiran, itu lebih bagus.
Welcome to December. Welcome to your passion!